Awas, Impotensi Incar Pria Muda yang Kecanduan Pornografi!
A
A
A
JAKARTA - Waspada jika Anda gemar menonton film porno. Pasalnya, sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa pria yang gemar menonton film porno berisiko kesulitan ereksi. Tak hanya itu, penelitian ini juga menunjukkan, bahwa kebiasaan tersebut juga menyebakan impotensi.
Dilansir dari Metro, psikoseksual, Angela Gregory mengungkapkan, bahwa ada masalah yang meningkat di kalangan anak muda berusia 20 tahun. Angela menemukan di mana semakin banyak pria muda yang mendapatkan perawatan karena disfungsi ereksi karena kecanduan film porno.
"Apa yang saya lihat selama 16 tahun terakhir, terutama lima tahun terakhir, adalah peningkatan jumlah pria muda dengan masalah ereksi," papar Angela.
Angela menilai, bahwa majunya perkembangan teknologi membuat setiap orang dengan mudah mengakses film porno. Bahkan, dari ponsel pintarnya. Selain itu, terpis seks mengatakan, bahwa menonton film porno bisa menyebabkan pria menjadi impotensi.
Untuk mengatasi masalah ini, Angela pun menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Pasalnya, jika dibiarkan masalah ereksi akan semakin parah.
"Jadi salah satu pertanyaan penilaian pertama saya adalah tentang pornografi dan kebiasaan masturbasi karena itu dapat menjadi penyebab masalah mereka tentang mempertahankan ereksi dengan pasangan,” tutur dia.
Salah seorang responden penelitian itu adalah seorang pria muda yang disebut Nick. Dia mengaku kali pertama nonton film porno di laptop ketika berusia 15 tahun. Meskipun ingin berhubungan seks dengan pasanganya di dunia nyata, dia gagal ereksi karena dia kecanduan pornografi. Kesehatan seksualnya pun mulai menurun dan dia menyalahkan pornografi sebagai penyebabnya.
“Pada puncaknya, saya bisa nonton pornografi hingga 2 jam setiap hari. Apa yang saya tonton, itu jelas bisa jadi lebih ekstrem dalam jangka pendek waktu saya. Tidak ada yang bisa melecut saya. Hal-hal biasa tidak ada gunanya, jadi saya harus mendapatkan material yang lebih ekstrem. Lalu saya temukan ketika saya berbaring di sebelah seorang gadis saya tidak bisa horny, meskipun saya benar-benar tertarik pada gadis itu dan ingin berhubungan seks dengannya,” tutur Nick.
Nick kemudian mendapatkan bantuan dari seorang dokter. Gangguan itu sembuh setelah dia tidak nonton pornografi selama 100 hari berturut-turut.
“Libido saya kembali dengan dendam dan saya bertemu gadis itu dan rasanya hebat. Untuk kali pertama dalam hidup saya, saya bisa menggoda dan dalam waktu pendek, saya bisa berhubungan seks dengan normal,” papar Nick.
Menurut sebuah kajian pada 2014 di Journal of Sexual Medicine, 1 dari tiap 4 pasien baru disfungsi ereksi berusia di bawah 40 tahun. Sementara, sebuah kajian baru di Behavioural Sciences Journal mengklaim bahwa pornografi online mencerminkan kualitas mirip kecanduan narkoba, yang menyebabkan menurunnya kesenangan seksual dan hilangnya libido.
“Potensi risiko kesehatan pornografi internet belum dipahami seperti penggunaan alkohol dan tembakau dan digambarkan sebagai perilaku biasa dan diterima,” tambah laporan tersebut.
Dilansir dari Metro, psikoseksual, Angela Gregory mengungkapkan, bahwa ada masalah yang meningkat di kalangan anak muda berusia 20 tahun. Angela menemukan di mana semakin banyak pria muda yang mendapatkan perawatan karena disfungsi ereksi karena kecanduan film porno.
"Apa yang saya lihat selama 16 tahun terakhir, terutama lima tahun terakhir, adalah peningkatan jumlah pria muda dengan masalah ereksi," papar Angela.
Angela menilai, bahwa majunya perkembangan teknologi membuat setiap orang dengan mudah mengakses film porno. Bahkan, dari ponsel pintarnya. Selain itu, terpis seks mengatakan, bahwa menonton film porno bisa menyebabkan pria menjadi impotensi.
Untuk mengatasi masalah ini, Angela pun menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Pasalnya, jika dibiarkan masalah ereksi akan semakin parah.
"Jadi salah satu pertanyaan penilaian pertama saya adalah tentang pornografi dan kebiasaan masturbasi karena itu dapat menjadi penyebab masalah mereka tentang mempertahankan ereksi dengan pasangan,” tutur dia.
Salah seorang responden penelitian itu adalah seorang pria muda yang disebut Nick. Dia mengaku kali pertama nonton film porno di laptop ketika berusia 15 tahun. Meskipun ingin berhubungan seks dengan pasanganya di dunia nyata, dia gagal ereksi karena dia kecanduan pornografi. Kesehatan seksualnya pun mulai menurun dan dia menyalahkan pornografi sebagai penyebabnya.
“Pada puncaknya, saya bisa nonton pornografi hingga 2 jam setiap hari. Apa yang saya tonton, itu jelas bisa jadi lebih ekstrem dalam jangka pendek waktu saya. Tidak ada yang bisa melecut saya. Hal-hal biasa tidak ada gunanya, jadi saya harus mendapatkan material yang lebih ekstrem. Lalu saya temukan ketika saya berbaring di sebelah seorang gadis saya tidak bisa horny, meskipun saya benar-benar tertarik pada gadis itu dan ingin berhubungan seks dengannya,” tutur Nick.
Nick kemudian mendapatkan bantuan dari seorang dokter. Gangguan itu sembuh setelah dia tidak nonton pornografi selama 100 hari berturut-turut.
“Libido saya kembali dengan dendam dan saya bertemu gadis itu dan rasanya hebat. Untuk kali pertama dalam hidup saya, saya bisa menggoda dan dalam waktu pendek, saya bisa berhubungan seks dengan normal,” papar Nick.
Menurut sebuah kajian pada 2014 di Journal of Sexual Medicine, 1 dari tiap 4 pasien baru disfungsi ereksi berusia di bawah 40 tahun. Sementara, sebuah kajian baru di Behavioural Sciences Journal mengklaim bahwa pornografi online mencerminkan kualitas mirip kecanduan narkoba, yang menyebabkan menurunnya kesenangan seksual dan hilangnya libido.
“Potensi risiko kesehatan pornografi internet belum dipahami seperti penggunaan alkohol dan tembakau dan digambarkan sebagai perilaku biasa dan diterima,” tambah laporan tersebut.
(alv)