Ini 3 Legenda Tongseng Khas Nusantara
A
A
A
JAKARTA - Untuk melestarikan kekayaan kuliner Nusantara, khususnya tongseng, pecinta kuliner bisa merasakan sensasi dari tiga legenda kuliner tongseng kambing yang tak hanya lezat, juga variatif.
Ada tongseng kambing dengan sajian dan rasa otentik, tongseng dengan tingkat rasa pedas yang berbeda-beda, hingga tongseng yang disajikan dengan kuah yang meresap ke dalam daging.
Legenda kuliner pertama adalah tongseng Pondok Sate Kambing Muda Pejompongan, Jakarta milik Sukatni yang telah berdiri sejak 1994. Saking tersohornya, Pondok Sate Kambing Muda Pejompongan ini dinobatkan sebagai salah satu Duta Bango pada pelaksanaan Festival Jajanan Bango 2009.
Selain sate, tongseng juga menjadi menu favorit pengunjung karena cita rasa daging kambingnya yang sangat empuk dan berbumbu. Salah satu rahasianya adalah penggunaan nanas yang diblender saat menumis daging kambing sehingga daging terasa lebih empuk.
Selanjutnya Tongseng Petir Pak Nano di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tongseng ini mencerminkan nama warung yang sudah berdiri sejak 1984. Tongseng kambing yang satu ini memiliki rasa pedas yang menggelegar karena penggunaan cabai rawit yang sangat banyak dan bumbu-bumbu lainnya yang juga sangat terasa.
Uniknya pecinta kuliner bisa memesan tingkat kepedasannya, mulai level PAUD (Pendidikan Anak Usai Dini), play group, hingga yang paling pedas dengan cabai lebih dari 50 biji yakni level profesor.
Legenda tongseng lainnya adalah Tongseng Kicik Pak Jede, Yogyakarta. Cara membuat tongseng kicik ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan tongseng pada umumnya, tapi jika tongseng biasanya berkuah encer dan banyak, tongseng kicik dimasak sedemikian rupa sehingga tampilannya sekilas mirip dengan ‘baceman’. Kuah yang diresapkan sepenuhnya hanya meninggalkan sedikit kuah yang sebih mirip saus yang kental, gurih, dan berbumbu.
“Mereka adalah sumber inspirasi terbaik untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, sehingga para ibu tidak perlu lagi merasa ragu mengolah tongseng dengan sajian variatif dan menggugah selera di rumah,” kata Head of Marketing Savoury and Spread PT Unilever Indonesia Tbk Meila Putri Handayani.
Ada tongseng kambing dengan sajian dan rasa otentik, tongseng dengan tingkat rasa pedas yang berbeda-beda, hingga tongseng yang disajikan dengan kuah yang meresap ke dalam daging.
Legenda kuliner pertama adalah tongseng Pondok Sate Kambing Muda Pejompongan, Jakarta milik Sukatni yang telah berdiri sejak 1994. Saking tersohornya, Pondok Sate Kambing Muda Pejompongan ini dinobatkan sebagai salah satu Duta Bango pada pelaksanaan Festival Jajanan Bango 2009.
Selain sate, tongseng juga menjadi menu favorit pengunjung karena cita rasa daging kambingnya yang sangat empuk dan berbumbu. Salah satu rahasianya adalah penggunaan nanas yang diblender saat menumis daging kambing sehingga daging terasa lebih empuk.
Selanjutnya Tongseng Petir Pak Nano di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tongseng ini mencerminkan nama warung yang sudah berdiri sejak 1984. Tongseng kambing yang satu ini memiliki rasa pedas yang menggelegar karena penggunaan cabai rawit yang sangat banyak dan bumbu-bumbu lainnya yang juga sangat terasa.
Uniknya pecinta kuliner bisa memesan tingkat kepedasannya, mulai level PAUD (Pendidikan Anak Usai Dini), play group, hingga yang paling pedas dengan cabai lebih dari 50 biji yakni level profesor.
Legenda tongseng lainnya adalah Tongseng Kicik Pak Jede, Yogyakarta. Cara membuat tongseng kicik ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan tongseng pada umumnya, tapi jika tongseng biasanya berkuah encer dan banyak, tongseng kicik dimasak sedemikian rupa sehingga tampilannya sekilas mirip dengan ‘baceman’. Kuah yang diresapkan sepenuhnya hanya meninggalkan sedikit kuah yang sebih mirip saus yang kental, gurih, dan berbumbu.
“Mereka adalah sumber inspirasi terbaik untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, sehingga para ibu tidak perlu lagi merasa ragu mengolah tongseng dengan sajian variatif dan menggugah selera di rumah,” kata Head of Marketing Savoury and Spread PT Unilever Indonesia Tbk Meila Putri Handayani.
(tdy)