Kemeriahan Akhiri Rangkaian Ijen Summer Jazz 2016
A
A
A
BANYUWANGI - Setelah sukses menghadirkan kemeriahan serta nostalgia di Ijen Summer Jazz sebelumnya pada 30 Juli dan 10 September lalu, Ijen Summer Jazz 2016 memasuki rangkaian terakhirnya pada Sabtu, (22/10/2016). Festival yang digelar di panggung terbuka (amphitheater) Jiwa Jawa Resort, Desa Taman Sari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyuguhkan kolaborasi antara keindahan panorama alam dengan lantunan melodi jazzy.
Ijen Summer Jazz 2016 dibuat untuk mengakomodasi pencinta jazz di Banyuwangi dan Indonesia pada umumnya dibalut panggung dengan tata suara dan tata cahaya sederhana begitu indah karena berlatar pemandangan volkano Ijen yang menawan dengan latar belakang keindahan pegunungan Merapi, Suket, Raung dan Meranti.
Ijen Summer Jazz terakhir tahun ini menampilkan Gitaris Balawan & Batuan Ethnic Fusion, Shadow Puppets dan Harvey Malaihollo serta Lalare Orkestra. Balawan sebagai salah satu gitaris papan atas Indonesia yang terkenal dengan teknik memainkan gitar dengan 8 jari, tampil enerjik bersama grupnya yang telah berdiri sejak tahun 1997, yakni Balawan & Batuan Ethnic Fusion.
Di gelaran Ijen Summer Jazz, Balawan & Batuan Ethnic diperkuat oleh I Made Subandi, seorang maestro gamelan Bali dan seorang pemain drum berusia 12 tahun, Kanhaiya mereka membawakan lagu-lagu nasional seperti Keroncong Kemayoran dan Yamko Rambe Yamko.
"Malam ini saya tampil full team, menampilkan kolaborasi musik Bali dan modern, musik Jazz itu bisa berbaur dengan musik apa saja, saya juga mengajak dan memberikan kesempatan pada musisi muda, tujuannya agar anak-anak muda bisa maju jika ada musisi senior yang membimbing, mudah-mudahan penampilan kita dapat membuka pandangan musisi lain," ujar Balawan.
Penampil kedua adalah Shadow Puppets yang tampil bersama maestro dan penyanyi legendaris Indonesia, Harvey Malaihollo.
Shadow Puppets membawakan lagu-lagu dari album terakhir mereka berjudul Indonesian Songbook yang direkam bersama Harvey Malaihollo. Indonesian Songbook adalah album yang menghadirkan lagu-lagu maha karya abadi Indonesia yang diciptakan di tahun 50-an hingga 60-an dari berbagai pencipta lagu legendaris Indonesia dalam aransemen jazz yang modern.
Mereka membawakan beberapa lagu legendaris yang ada di album Indonesian Songbook seperti Nurlela ciptaan Bing Slamet, Di Wajahmu Kulihat Bulan ciptaan Mochtar Embut dan Siapa Namanya ciptaan Ismail Marzuki sukses membawa para penonton bernostalgia sekaligus memperkenalkan lagu-lagu abadi Indonesia kepada generasi muda.
"Penampilan malam ini, para anak-anak muda ini mengundang saya, kami mempunyai misi yang sama yaitu mencoba mencari lagi harta karun musisi besar Indonesia di tahun 50-60an, dengan hadirnya festival ini saya senang musisi lokal jadi tuan rumah di negeri sendiri," ucap Harvey.
Dengan kapasitas penonton sekitar 300 orang, Ijen Summer Jazz membuat sebuah festival musik tanpa sekat antara penampil dengan penonton. Keintiman dan interaksi langsung dapat terjalin harmonis.
Inisiator Ijen Summer Jazz 2016, Sigit Pramono, mengatakan bahwa event kali ini merupakan rangakaian terakhir festival yang dua tahun terakhir diselenggarakan di Kota Banyuwangi. "Kami sengaja mengundang Harvey Malaiholo dan Balawan untuk membawakan komposisi yang menarik dan segar, yang berbeda dengan gelaran Jazz gunung lainnya adalah formatnya, sebelumnya skalanya lebih besar bisa menampung ribuan orang, disini dibuat lebih kecil agar lebih intim, penonton bisa berkomunikasi dan berinteraksi, tidak hanya menonton, kali ini juga kita banyak menampilkan musisi muda," papar Sigit.
Ijen Summer Jazz 2016 dibuat untuk mengakomodasi pencinta jazz di Banyuwangi dan Indonesia pada umumnya dibalut panggung dengan tata suara dan tata cahaya sederhana begitu indah karena berlatar pemandangan volkano Ijen yang menawan dengan latar belakang keindahan pegunungan Merapi, Suket, Raung dan Meranti.
Ijen Summer Jazz terakhir tahun ini menampilkan Gitaris Balawan & Batuan Ethnic Fusion, Shadow Puppets dan Harvey Malaihollo serta Lalare Orkestra. Balawan sebagai salah satu gitaris papan atas Indonesia yang terkenal dengan teknik memainkan gitar dengan 8 jari, tampil enerjik bersama grupnya yang telah berdiri sejak tahun 1997, yakni Balawan & Batuan Ethnic Fusion.
Di gelaran Ijen Summer Jazz, Balawan & Batuan Ethnic diperkuat oleh I Made Subandi, seorang maestro gamelan Bali dan seorang pemain drum berusia 12 tahun, Kanhaiya mereka membawakan lagu-lagu nasional seperti Keroncong Kemayoran dan Yamko Rambe Yamko.
"Malam ini saya tampil full team, menampilkan kolaborasi musik Bali dan modern, musik Jazz itu bisa berbaur dengan musik apa saja, saya juga mengajak dan memberikan kesempatan pada musisi muda, tujuannya agar anak-anak muda bisa maju jika ada musisi senior yang membimbing, mudah-mudahan penampilan kita dapat membuka pandangan musisi lain," ujar Balawan.
Penampil kedua adalah Shadow Puppets yang tampil bersama maestro dan penyanyi legendaris Indonesia, Harvey Malaihollo.
Shadow Puppets membawakan lagu-lagu dari album terakhir mereka berjudul Indonesian Songbook yang direkam bersama Harvey Malaihollo. Indonesian Songbook adalah album yang menghadirkan lagu-lagu maha karya abadi Indonesia yang diciptakan di tahun 50-an hingga 60-an dari berbagai pencipta lagu legendaris Indonesia dalam aransemen jazz yang modern.
Mereka membawakan beberapa lagu legendaris yang ada di album Indonesian Songbook seperti Nurlela ciptaan Bing Slamet, Di Wajahmu Kulihat Bulan ciptaan Mochtar Embut dan Siapa Namanya ciptaan Ismail Marzuki sukses membawa para penonton bernostalgia sekaligus memperkenalkan lagu-lagu abadi Indonesia kepada generasi muda.
"Penampilan malam ini, para anak-anak muda ini mengundang saya, kami mempunyai misi yang sama yaitu mencoba mencari lagi harta karun musisi besar Indonesia di tahun 50-60an, dengan hadirnya festival ini saya senang musisi lokal jadi tuan rumah di negeri sendiri," ucap Harvey.
Dengan kapasitas penonton sekitar 300 orang, Ijen Summer Jazz membuat sebuah festival musik tanpa sekat antara penampil dengan penonton. Keintiman dan interaksi langsung dapat terjalin harmonis.
Inisiator Ijen Summer Jazz 2016, Sigit Pramono, mengatakan bahwa event kali ini merupakan rangakaian terakhir festival yang dua tahun terakhir diselenggarakan di Kota Banyuwangi. "Kami sengaja mengundang Harvey Malaiholo dan Balawan untuk membawakan komposisi yang menarik dan segar, yang berbeda dengan gelaran Jazz gunung lainnya adalah formatnya, sebelumnya skalanya lebih besar bisa menampung ribuan orang, disini dibuat lebih kecil agar lebih intim, penonton bisa berkomunikasi dan berinteraksi, tidak hanya menonton, kali ini juga kita banyak menampilkan musisi muda," papar Sigit.
(alv)