Saat Gamelan Jawa Buat Publik Korea Lupa K-Pop
A
A
A
SEOUL - Meski K-Pop terus membahana di seantero jagad, namun gamelan Jawa mampu menembus jantung estetika warga Korea. Tidak seorangpun beranjak dari tempat duduknya hingga akhir pertunjukan. Semua ta'zim terhadap keagungan budaya tanah Jawa itu.
Tarian lemah gemulai dan terkesan magis itu tiba-tiba membawa suasana ruang pertunjukan ke masa-masa pra kemerdekaan negeri Ginseng. Aneka matera yang diucapkan pemain gamelan seolah mengantarkan para penonton ke sebuah pusat peribadatan masa lalu. Semua terangkai dengan apik dan tertata dibawah ulikan "Swara Gangsa" asal Solo.
Ya, Senin malam (20/2), grup gamelan yang terdiri dari anak-anak muda alumni ISI Surakarta ini tampil dalam konser berdurasi satu jam di Korea Foundation Gallery. Mereka membawakan tembang Jawa dan lagu rakyat Korea.
Penampilan Swara Gangsa ini mampu memukau sekitar 180 penonton publik negeri K-Pop yang memenuhi ruangan galeri yang dijadikan tempat pertujukan gamelan tersebut.
Di penghujung musim dingin dengan temperatur masih di bawah 0 derajat celcius, grup Swara Gangsa yang membawakan 7 lagu dan 2 tarian, mendapatkan sambutan hangat, khususnya saat membawakan lagu rakyat Korea, seperti Doraji, Neoyeong Nayeong dan Arirang.
“Kami ingin menunjukkan kepada publik Korea bahwa selain untuk mengiringi lagu-lagu tradisional Jawa, gamelan juga dapat mengiringi lagu tradisional Korea,” kata Ji-tae Chung, satu-satunya orang Korea diantara sebelas orang anggota grup gamelan Swara Gangsa.
Tertarik dengan suara magis yang keluar dari setiap instrumen gamelan milik KBRI Seoul ini, selesai pertunjukan para penonton tampak enggan untuk pulang. Mereka meminta dijelaskan nama dan karakteristik suara yang dihasilkan setiap instrumen.
“Suara gamelan dan penyanyinya (sinden) sangat luar biasa dan unik,” ujar Mrs. Yun Geum Jin, Executive Vice President Korea Foundation, yang mengaku baru pertama kali menyaksikan pertunjukan gamelan.
Dalam misi budayanya di Korea, selain tampil di Korea Foundation Gallery, grup Swara Gangsa juga tampil memukau penonton di Ansan Art Center. Tampil dua kali di depan sekitar 700 penonton yang memenuhi Dulmaji Hall, grup gamelan Swara Gangsa membawakan komposisi klasik mengiringi tari Gambyong Mudhatama dan komposisi kolaborasi berjudul “Floating Out to Sea” bersama grup Ansan Korean Music Orchestra.
Pertunjukan gamelan oleh Swara Gangsa di negeri Ginseng ini merupakan bentuk promosi pertukaran budaya antara Indonesia dan Korea yang diinisiasi oleh KBRI Seoul, Ansan Korean Music Orchestra dan Korea Foundation. KBRI Seoul memanfaatkan event tersebut dengan juga mempromosikan kopi Indonesia dan destinasi pariwisata Indonesia.
Tarian lemah gemulai dan terkesan magis itu tiba-tiba membawa suasana ruang pertunjukan ke masa-masa pra kemerdekaan negeri Ginseng. Aneka matera yang diucapkan pemain gamelan seolah mengantarkan para penonton ke sebuah pusat peribadatan masa lalu. Semua terangkai dengan apik dan tertata dibawah ulikan "Swara Gangsa" asal Solo.
Ya, Senin malam (20/2), grup gamelan yang terdiri dari anak-anak muda alumni ISI Surakarta ini tampil dalam konser berdurasi satu jam di Korea Foundation Gallery. Mereka membawakan tembang Jawa dan lagu rakyat Korea.
Penampilan Swara Gangsa ini mampu memukau sekitar 180 penonton publik negeri K-Pop yang memenuhi ruangan galeri yang dijadikan tempat pertujukan gamelan tersebut.
Di penghujung musim dingin dengan temperatur masih di bawah 0 derajat celcius, grup Swara Gangsa yang membawakan 7 lagu dan 2 tarian, mendapatkan sambutan hangat, khususnya saat membawakan lagu rakyat Korea, seperti Doraji, Neoyeong Nayeong dan Arirang.
“Kami ingin menunjukkan kepada publik Korea bahwa selain untuk mengiringi lagu-lagu tradisional Jawa, gamelan juga dapat mengiringi lagu tradisional Korea,” kata Ji-tae Chung, satu-satunya orang Korea diantara sebelas orang anggota grup gamelan Swara Gangsa.
Tertarik dengan suara magis yang keluar dari setiap instrumen gamelan milik KBRI Seoul ini, selesai pertunjukan para penonton tampak enggan untuk pulang. Mereka meminta dijelaskan nama dan karakteristik suara yang dihasilkan setiap instrumen.
“Suara gamelan dan penyanyinya (sinden) sangat luar biasa dan unik,” ujar Mrs. Yun Geum Jin, Executive Vice President Korea Foundation, yang mengaku baru pertama kali menyaksikan pertunjukan gamelan.
Dalam misi budayanya di Korea, selain tampil di Korea Foundation Gallery, grup Swara Gangsa juga tampil memukau penonton di Ansan Art Center. Tampil dua kali di depan sekitar 700 penonton yang memenuhi Dulmaji Hall, grup gamelan Swara Gangsa membawakan komposisi klasik mengiringi tari Gambyong Mudhatama dan komposisi kolaborasi berjudul “Floating Out to Sea” bersama grup Ansan Korean Music Orchestra.
Pertunjukan gamelan oleh Swara Gangsa di negeri Ginseng ini merupakan bentuk promosi pertukaran budaya antara Indonesia dan Korea yang diinisiasi oleh KBRI Seoul, Ansan Korean Music Orchestra dan Korea Foundation. KBRI Seoul memanfaatkan event tersebut dengan juga mempromosikan kopi Indonesia dan destinasi pariwisata Indonesia.
(tdy)