3 Wanita Ini Menginspirasi di Acara #PlayTalk
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangka menyambut Hari Kartini yang jatuh pada 21 April 2017, #PlayTalk menghadirkan perempuan hebat. Lewat tema Women of Change, MNC Play kembali menggelar acara bincang inspiratif bertajuk #PlayTalk di Program Komunikasi Binus International University, Jakarta, Selasa (4/4/2017).
“Kita percaya bahwa wanita memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan masyarakat. Kami mengundang Melanie Subono sebagai seniman dan aktivis, kemudian Ananda Fitria seorang drummer wanita, dan Najeela Shihab seorang aktivis pendidikan. Dengan kehadiran tiga pembicara ini diharapkan bisa mendapatkan inspirasi dan mau mulai melakukan perubahan,” kata Public Relations Supervisor MNC Play Nilasari Yani di Binus International University, Jakarta.
Najeela Shihab misalnya, mengungkap perjalanannya penggiat di bidang pendidikan, di mana dia memiliki cita-cita untuk meningkatkan akses, kualitas, dan kesetaraan dalam pendidikan. Dia pun mulai mendirikan sekolah Cikal pada 1999 dan kini telah memiliki ribuan murid.
Najeela pun telah menginisiasi beragam organisasi dan komunitas pendidikan. Saat ini, dia dan timnya juga mengorganisir Pesta Pendidikan untuk meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, guru, orang tua, murid dan sector public lainnya dalam memperjuangkan pendidikan. Namun dibalik itu semua, Najeela mengatakan bahwa itu semua bukanlah hal yang mudah dilakukan.
“Banyak sekali proses yang harus dilalui dan itu tidak semuanya menyenangkan. Saya pun pernah dianggap tidak berkompeten menjadi pemimpin hanya karena saya seorang wanita. Sebagai wanita kita harus percaya bahwa kita bisa punya karier yang sukses bersamaan dengan keluarga dan pendidikan yang juga sukses. Optimistis yang membuat saya mampu melewati pengalaman-pengalaman dalam hidup. Yang terpenting dari sebuah perubahan adalah bagaimana diri kita bisa melakukan apa yang menurut kita baik untuk perubahan itu sendiri” jelasnya.
Sementara, Ananda Fitria atau yang akrab disapa Nanda atau Chonky merupakan drummer wanita yang juga memproduseri album dan menulis lagu dari band lokal Sweet As Revenge.
Memiliki warna musik post-hardcore, Nanda sempat dilarang orang tuanya saat memilih menjadi drummer. Namun hingga kini dia membuktikan bahwa dirinya konsisten pada minat bermusik dan mampu mempertahankan eksistensinya di Indonesia dan telah melakukan tur ke Malaysia dan Singapura.
“Saya mulai bermain drum sejak usia 10 tahun, itu berarti sudah 18 tahun. Awalnya sempat dilarang ibu saya karena menurut ibu saya, sebagai wanita saya harusnya menjadi seorang yang feminine, tapi saya sukanya musik keras, saya sukanya main drum,” terang dia.
“Waktu itu saya ikut audisi drummer Sweet As Revenge. Ada empat orang yang ikut dan saya satu-satunya perempuan. Sempat dipandang sebelah mata karena ‘cewe main drum? Yakin bisa?’, tapi akhirnya mereka pilih saya jadi drummer. Your have to fight yourself. Akan selalu ada challenge yang harus dihadapi, tapi percaya diri dan terus berjuang. Kalian tidak pernah tahu sejauh apa kalian bisa kalau kalian tidak mencobanya” tambah Ananda.
Tak kalah inspiratif, Melanie Subono yang dikenal dalam kancah seni Indonesia dan seorang aktivis di berbagai gerakan social berbagi kisah. Anak Promotor musik Andrie Subono ini adalah pendiri dan penggagas Rumah Harapan yang berusaha untuk terus berbagi kebaikan kepada individu yang membutuhkan.
Sebagai orang yang juga berkecimpung dalam dunia seni, Melanie memiliki misi besar untuk mengharumkan nama Indonesia di mata dunia melalui kompetisi drum band terbesar di dunia, World Music Contest di Belanda.
Dia juga dipercaya untuk memimpin tim drum band Gita Bahana Nusantara yang terdiri dari 100 pemain muda Indonesia terbaik yang telah mendapatkan medali perunggu di 2013.
“Saya bangga terlahir sebagai wanita Indonesia. Saya sadar bahwa saya hidup dan saya cinta negara ini dan saya bangga menjadi perempuan, jadi itu yang saya pikirkan. Rumah Harapan saya mulai ada sejak sembilan tahun lalu, awalnya saya hanya datang ke rumah sakit, ketemu anak-anak, menanyakan apa keinginan dan harapan mereka, berusaha mewujudkannya dan tidak lama satu per satu dari mereka meninggal, meninggal dengan rasa bahagia. Saya berpikir, apa itu membuang waktu saya? Tidak. Apa saya membutuhkan banyak biaya untuk itu? Tidak. Jadi yang terpenting adalah ‘you do something or not’. Jangan pernah bangga dengan titel yang kalian miliki kalau itu tidak bermanfaat untuk sekitar, kalau kalian tidak melakukan apa-apa untuk sekitar. Please do something every 24 hours,” tegas Melanie.
“Kita percaya bahwa wanita memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan masyarakat. Kami mengundang Melanie Subono sebagai seniman dan aktivis, kemudian Ananda Fitria seorang drummer wanita, dan Najeela Shihab seorang aktivis pendidikan. Dengan kehadiran tiga pembicara ini diharapkan bisa mendapatkan inspirasi dan mau mulai melakukan perubahan,” kata Public Relations Supervisor MNC Play Nilasari Yani di Binus International University, Jakarta.
Najeela Shihab misalnya, mengungkap perjalanannya penggiat di bidang pendidikan, di mana dia memiliki cita-cita untuk meningkatkan akses, kualitas, dan kesetaraan dalam pendidikan. Dia pun mulai mendirikan sekolah Cikal pada 1999 dan kini telah memiliki ribuan murid.
Najeela pun telah menginisiasi beragam organisasi dan komunitas pendidikan. Saat ini, dia dan timnya juga mengorganisir Pesta Pendidikan untuk meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, guru, orang tua, murid dan sector public lainnya dalam memperjuangkan pendidikan. Namun dibalik itu semua, Najeela mengatakan bahwa itu semua bukanlah hal yang mudah dilakukan.
“Banyak sekali proses yang harus dilalui dan itu tidak semuanya menyenangkan. Saya pun pernah dianggap tidak berkompeten menjadi pemimpin hanya karena saya seorang wanita. Sebagai wanita kita harus percaya bahwa kita bisa punya karier yang sukses bersamaan dengan keluarga dan pendidikan yang juga sukses. Optimistis yang membuat saya mampu melewati pengalaman-pengalaman dalam hidup. Yang terpenting dari sebuah perubahan adalah bagaimana diri kita bisa melakukan apa yang menurut kita baik untuk perubahan itu sendiri” jelasnya.
Sementara, Ananda Fitria atau yang akrab disapa Nanda atau Chonky merupakan drummer wanita yang juga memproduseri album dan menulis lagu dari band lokal Sweet As Revenge.
Memiliki warna musik post-hardcore, Nanda sempat dilarang orang tuanya saat memilih menjadi drummer. Namun hingga kini dia membuktikan bahwa dirinya konsisten pada minat bermusik dan mampu mempertahankan eksistensinya di Indonesia dan telah melakukan tur ke Malaysia dan Singapura.
“Saya mulai bermain drum sejak usia 10 tahun, itu berarti sudah 18 tahun. Awalnya sempat dilarang ibu saya karena menurut ibu saya, sebagai wanita saya harusnya menjadi seorang yang feminine, tapi saya sukanya musik keras, saya sukanya main drum,” terang dia.
“Waktu itu saya ikut audisi drummer Sweet As Revenge. Ada empat orang yang ikut dan saya satu-satunya perempuan. Sempat dipandang sebelah mata karena ‘cewe main drum? Yakin bisa?’, tapi akhirnya mereka pilih saya jadi drummer. Your have to fight yourself. Akan selalu ada challenge yang harus dihadapi, tapi percaya diri dan terus berjuang. Kalian tidak pernah tahu sejauh apa kalian bisa kalau kalian tidak mencobanya” tambah Ananda.
Tak kalah inspiratif, Melanie Subono yang dikenal dalam kancah seni Indonesia dan seorang aktivis di berbagai gerakan social berbagi kisah. Anak Promotor musik Andrie Subono ini adalah pendiri dan penggagas Rumah Harapan yang berusaha untuk terus berbagi kebaikan kepada individu yang membutuhkan.
Sebagai orang yang juga berkecimpung dalam dunia seni, Melanie memiliki misi besar untuk mengharumkan nama Indonesia di mata dunia melalui kompetisi drum band terbesar di dunia, World Music Contest di Belanda.
Dia juga dipercaya untuk memimpin tim drum band Gita Bahana Nusantara yang terdiri dari 100 pemain muda Indonesia terbaik yang telah mendapatkan medali perunggu di 2013.
“Saya bangga terlahir sebagai wanita Indonesia. Saya sadar bahwa saya hidup dan saya cinta negara ini dan saya bangga menjadi perempuan, jadi itu yang saya pikirkan. Rumah Harapan saya mulai ada sejak sembilan tahun lalu, awalnya saya hanya datang ke rumah sakit, ketemu anak-anak, menanyakan apa keinginan dan harapan mereka, berusaha mewujudkannya dan tidak lama satu per satu dari mereka meninggal, meninggal dengan rasa bahagia. Saya berpikir, apa itu membuang waktu saya? Tidak. Apa saya membutuhkan banyak biaya untuk itu? Tidak. Jadi yang terpenting adalah ‘you do something or not’. Jangan pernah bangga dengan titel yang kalian miliki kalau itu tidak bermanfaat untuk sekitar, kalau kalian tidak melakukan apa-apa untuk sekitar. Please do something every 24 hours,” tegas Melanie.
(tdy)