Uniknya Motif dan Pembuatan Kain Shibori Mbah Sukiyat

Jum'at, 12 Mei 2017 - 02:30 WIB
Uniknya Motif dan Pembuatan...
Uniknya Motif dan Pembuatan Kain Shibori Mbah Sukiyat
A A A
YOGYAKARTA - Kain Shibori tengah menjadi tren saat ini. Warna dan motifnya yang unik membuat kain ini jadi buruan utuk dijadikan selendang atau juga untuk membuat baju.

Bagaimana cara pembuatan kain ini? KORAN SINDO mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan langsung pencelupan kain hingga penjemurannya menjadi kain Shibori utuh saat mengunjungi salah satu perajin kain Shibori, yaitu Mbah Sukiyat asal Sleman, Yogyakarta.

Tangan Mbah Sukiyat dengan cekatan mencampur pewarna dengan air panas di atas nampan plastik berwarna merah. Meski hanya di halaman depan rumah tanpa alas, dia sudah terbiasa melakukannya untuk mencairkan pewarna tersebut dengan cepat.

Begitu air panas yang dituangkan di atas nampan berubah berwarna biru, sebuah kain putih yang dilipat dalam bentuk segitiga sama sisi dan diikat dengan karet gelang secara berlahan dicelupkan ke dalam cairan. Satu persatu sisi segitiga dicelupkan kedalam cairan yang ada di dalam nampan dan kemudian langsung ditiriskan ke atas sebuah kayu.

Pencelupan kemudian dilanjutkan dengan ikatan kain putih lain yang juga memiliki bentuk segitiga sama sisi. Namun, kali ini pencelupan dilakukan lebih dalam dan lebih lama. Sehingga akhirnya segitiga kain yang semula berwarna putih menjadi terlibat berwarna biru pekat. Usai memproses kain segitiga ke dua, tangan Mbah Sukiyat langsung melanjutkan dengan mencelup kain yang telah dilipat dan diikat dalam bentuk bujur sangkar.

Setelah semua kain yang diikat mendapatkan proses pewarnaan, sambil menunggu proses penirisan, warga Sendangagung, Minggir Sleman tersebut membersihkan halaman depan rumahnya. Dedauan yang jatuh di rerumputan disingkirkan. Lokasi tersebut akan dipergunakan untuk menjemur kain yang telah diberi warna. Perlahan, ikatan karet gelang dilepas dari lipatan kain yang telah berubah menjadi berwarna biru dari semula berwarna putih.

“Harus hati-hati membukanya agar corak tidak rusak. Dan dijemur dengan cara horizontal, agar pewarna tidak merembes sehingga corak menjadi rusak,” papar Sukiyat usai membuka satu ikatan kain yang segitiga sama sisi yang dicelupkan pertama.

Setelah terbuka, dari ikatan dan lipatan, terlihat kain yang semula berwarna putih menjadi memiliki motif yang cukup unik. Di kain itu muncul gambar bewarna biru kombinasi antara bentuk bulat dan bunga. Dan, meski hanya dicelupkan dalam satu warna, kemunculan warna dalam gambar motif juga terlihat unik karena ada yang berwarna biru pekat ada yang berwarna biru muda.

Sementara saat ikatan pada lipatan kain segitiga sama sisi kedua, yang dicelup lebih lama muncul motif yang lebih bewarna biru pekat. Namun karena lipatan dan ikatan yang dilakukan, tetap memunculkan motif batik yang unik. Kedua kain yang memiliki motif berbeda tersebut dijemur dengan hanya diletakan begitu saja di atas rerumputan yang ada di depan rumah.

“Ini teknik Shibori, saya dapat belajar dari keponakan. Ini ada juga yang menyebutnya dengan jumputan. Shibori ini tekniknya dari Jepang,” kata dia.

Meski di proses dengan cara yang sama, motif kain yang dihasilkan disebut Sukiyat tidak pernah sama. Motif yang terbentuk sangat tergantung dari rapatnya lipatan, kencangnya ikatan serta lamanya pencelupan kain ke pewarna. Teknik Shibori ada berbagai macam, namun teknik yang dilakukan Mbah Sukiyat tersebut dikenal dengan teknik Kumo Shibori.

Dengan teknik pewarnaan yang dilakukan Mbah Sukiyat mampu menciptakan kain batik dengan motif unik yang bisa dijual dengan harga antara Rp100.000—150.000 per helai. “Yang unik dari batik shibori Mbah Sukiyat ini adalah motifnya tidak ada yang sama. Jadi ketika kita beli kain dan kemudian dijahitkan menjadi baju, tidak akan ditemui baju dengan motif yang sama persis, kalau mirip mungkin tetapi yang sama persis tidak ada,” ujar salah satu pelanggan Mbah Sukiyat bernama Herbandang.

Dari kain yang telah mendapatkan kreasi dari tangan terampil Mbah Sukiyat, memang bisa diproses menjadi berbagai macam bentuk. Mulai dari pakaian maupun digunakan untuk membuat selendang bisa dibuat dari kain dengan ukuran sekitar 1 x 2 meter tersebut. Mbah Sukiyat hanya baru bisa memproduksi kain belum sampai ke arah membuat model pakaian karena ketidakmampuannya dalam mendisain pakaian dan jahit menjahit.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0671 seconds (0.1#10.140)