Curhat Bisa Atasi Depresi
A
A
A
JAKARTA - Memperingati hari kesehatan dunia yang jatuh setiap tanggal 7 April, World Health Organization mengangkat tema Depression: Let's Talk. Hal ini bertujuan mengajak seluruh masyarakat di dunia membantu orang dengan gangguan mental, khususnya depresi.
Salah satu langkah pertama adalah dengan menangani isu seputar prasangka dan diskriminasi. Ketua PP PDSKJI, Dr. Eka Viora SpKJ menjelaskan, bahwa bagi mereka yang hidup dalam depresi, berbicara dengan orang yang mereka percayai merupakan langkah pertama dari tahap penyembuhan dan pemulihan.
"Pasien depresi bisa kita ajak bercerita. Kita dengerin cerita mereka, keluhan mereka, perasaan mereka lebih ke emosi. Itu semua akan keluar dengan sendirinya. Jangan kasih label atau diskriminasi tapi harus dengerin keluhannya. Cara ini juga bisa mengajak mereka untuk ke psikiater," papar Dr. Eka saat diskusi media di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (18/5/2017).
Guna menyukseskan hari kesehatan dunia, Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa, sebagai salah satu rumah sakit jiwa swasta tertua di Indonesia akan mengelar seminar nasional bertajuk Neuropsychiatric Symposium on Depression & Anxiety di Novotel Mangga Dua pada Sabtu (20/5/2017) mendatang.
"Ini ditujukan kepada para psikiatri. Hingga saat ini yang perlu ditindaklanjuti adalah peningkatan layanan kesehatan mental yang berkelanjutan yang dapat diakses oleh semua orang hingga di tempat terpencil," pungkasnya.
Sementara berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.
Salah satu langkah pertama adalah dengan menangani isu seputar prasangka dan diskriminasi. Ketua PP PDSKJI, Dr. Eka Viora SpKJ menjelaskan, bahwa bagi mereka yang hidup dalam depresi, berbicara dengan orang yang mereka percayai merupakan langkah pertama dari tahap penyembuhan dan pemulihan.
"Pasien depresi bisa kita ajak bercerita. Kita dengerin cerita mereka, keluhan mereka, perasaan mereka lebih ke emosi. Itu semua akan keluar dengan sendirinya. Jangan kasih label atau diskriminasi tapi harus dengerin keluhannya. Cara ini juga bisa mengajak mereka untuk ke psikiater," papar Dr. Eka saat diskusi media di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (18/5/2017).
Guna menyukseskan hari kesehatan dunia, Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa, sebagai salah satu rumah sakit jiwa swasta tertua di Indonesia akan mengelar seminar nasional bertajuk Neuropsychiatric Symposium on Depression & Anxiety di Novotel Mangga Dua pada Sabtu (20/5/2017) mendatang.
"Ini ditujukan kepada para psikiatri. Hingga saat ini yang perlu ditindaklanjuti adalah peningkatan layanan kesehatan mental yang berkelanjutan yang dapat diakses oleh semua orang hingga di tempat terpencil," pungkasnya.
Sementara berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.
(nfl)