Pentingnya Berempati Dalam Hubungan Suami Istri
A
A
A
JAKARTA - Dalam hubungan suami istri, kejujuran dan keterbukaan tentu menjadi poin utama yang penting untuk dilakukan satu sama lain. Namun, dalam berbagi cerita khususnya dalam hal pekerjaan, individu perlu memilah-milah mana yang cocok diceritakan dan mana yang tidak. Selain itu, empati pun diperlukan dalam menanggapinya.
"Gunakan empati. Itu bisa dilakukan kalau kita paham dengan dia, kita mampu atau engga, lalu kita memilah. Jadi bukan berarti tidak jujur. Jadi misalnya, saya sedang menangani kasus berat, saya akan cerita ke suami saya, tapi ceritanya yang seperti apa?," jelas psikolog anak dan remaja, Ratih Ibrahim kepada Sindonews belum lama ini.
"Saya bilang, ‘saya lagi menangani kasus yang berat, saya capek’. Itu aja kan udah cerita. Dia pun akan pakai empati, jadi dia akan bilang ‘apa yang bisa saya bantu untuk kamu?’. Saya minta peluk, suami saya peluk saya. Itu komunikasi, tanpa menceritakan kasusnya, lho," lanjut Ratih.
Ratih pun menegaskan bahwa perbedaan profesi antara suami dan istri memang menjadi alasan utama yang mendasari bahwa tak semua masalah pekerjaan bisa diceritakan. Namun, yang terpenting adalah kedua belah pihak bisa memahami situasi yang sedang terjadi dan saling berempati.
"Kadang kan pekerjaan suami dan istri itu berbeda. Jadi memang ada hal-hal yang nggak bisa diceritain. Bukannya kita menyimpan rahasia dari suami, tapi misalnya itu memang confidential, berkaitan dengan etika. Tapi ketika kita sedang bermasalah, dia perlu tahu. Jadi empati memang harus ada," pungkasnya.
"Gunakan empati. Itu bisa dilakukan kalau kita paham dengan dia, kita mampu atau engga, lalu kita memilah. Jadi bukan berarti tidak jujur. Jadi misalnya, saya sedang menangani kasus berat, saya akan cerita ke suami saya, tapi ceritanya yang seperti apa?," jelas psikolog anak dan remaja, Ratih Ibrahim kepada Sindonews belum lama ini.
"Saya bilang, ‘saya lagi menangani kasus yang berat, saya capek’. Itu aja kan udah cerita. Dia pun akan pakai empati, jadi dia akan bilang ‘apa yang bisa saya bantu untuk kamu?’. Saya minta peluk, suami saya peluk saya. Itu komunikasi, tanpa menceritakan kasusnya, lho," lanjut Ratih.
Ratih pun menegaskan bahwa perbedaan profesi antara suami dan istri memang menjadi alasan utama yang mendasari bahwa tak semua masalah pekerjaan bisa diceritakan. Namun, yang terpenting adalah kedua belah pihak bisa memahami situasi yang sedang terjadi dan saling berempati.
"Kadang kan pekerjaan suami dan istri itu berbeda. Jadi memang ada hal-hal yang nggak bisa diceritain. Bukannya kita menyimpan rahasia dari suami, tapi misalnya itu memang confidential, berkaitan dengan etika. Tapi ketika kita sedang bermasalah, dia perlu tahu. Jadi empati memang harus ada," pungkasnya.
(nfl)