Efek dan Jenis Bully yang Kerap Dialami Anak Autis
A
A
A
JAKARTA - Video bullying yang dilakukan mahasiswa Universitas Gunadarma pada rekannya yang berkebutuhan khusus atau mengalami autis tengah menjadi viral. Video ini pun tengah menjadi perbincangan publik dan mendapat perhatian khusus.
Dalam video itu terlihat tas korban bully ditarik, sementara beberapa pelaku lain mencoba mengejeknya secara verbal. Tak hanya itu, beberapa orang dalam video tersebut juga nampak menertawakannya dan merekam kejadian tidak menyenangkan ini.
Dilansir Forbes, sebuah penelitian interactive Autism Network Kennedy Krieger menunjukkan ada tiga jenis bullying yang kerap menimpa anak dengan autism, mulai diejek, diabaikan hingga dipanggil dengan sebutan yang buruk.
"Diejek atau diolok-olok 73%, diabaikan atau ditinggalkan dengan sengaja 51% dan dipanggil dengan nama yang buruk 47%," kata penelitian tersebut.
Tak hanya verbal dan psikologis, sepertiga anak dengan autis juga mengalami bullying fisik, seperti didorong, ditampar, dipukul hingga ditendang. Bahkan, lebih dari separuh anak dengan autis diprovokasi untuk melawan. Umumnya pelaku bullying menilai, anak dengan autis terlihat lucu saat mereka marah dan menangis.
"Sering anak-anak mencoba untuk membuatnya kesal karena mereka merasa lucu saat dia marah dan menangis. Dia terlalu emosional, dan sepertinya mendapat suntikan dari ini," jelasnya.
Sementara kasus bullying paling banyak terjadi di sekolah umum dengan jumlah 43%, sekolah pendidikan khusus 30%, sekolah swasta reguler 28%, dan sekolah swasta pendidikan khusus 18%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 20% anak dengan austis diintimidasi. Selain itu, banyak dari anak-anak tersebut juga merupakan pelaku sekaligus korban bully.
Mengejutkannya, bullying bisa menyebabkan anak dengan autis mengalami masalah kesehatan lainnya, mulai risiko lebih besar mengalami sakit kepala, sakit perut, kegelisahan, depresi hingga bunuh diri.
Dalam video itu terlihat tas korban bully ditarik, sementara beberapa pelaku lain mencoba mengejeknya secara verbal. Tak hanya itu, beberapa orang dalam video tersebut juga nampak menertawakannya dan merekam kejadian tidak menyenangkan ini.
Dilansir Forbes, sebuah penelitian interactive Autism Network Kennedy Krieger menunjukkan ada tiga jenis bullying yang kerap menimpa anak dengan autism, mulai diejek, diabaikan hingga dipanggil dengan sebutan yang buruk.
"Diejek atau diolok-olok 73%, diabaikan atau ditinggalkan dengan sengaja 51% dan dipanggil dengan nama yang buruk 47%," kata penelitian tersebut.
Tak hanya verbal dan psikologis, sepertiga anak dengan autis juga mengalami bullying fisik, seperti didorong, ditampar, dipukul hingga ditendang. Bahkan, lebih dari separuh anak dengan autis diprovokasi untuk melawan. Umumnya pelaku bullying menilai, anak dengan autis terlihat lucu saat mereka marah dan menangis.
"Sering anak-anak mencoba untuk membuatnya kesal karena mereka merasa lucu saat dia marah dan menangis. Dia terlalu emosional, dan sepertinya mendapat suntikan dari ini," jelasnya.
Sementara kasus bullying paling banyak terjadi di sekolah umum dengan jumlah 43%, sekolah pendidikan khusus 30%, sekolah swasta reguler 28%, dan sekolah swasta pendidikan khusus 18%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 20% anak dengan austis diintimidasi. Selain itu, banyak dari anak-anak tersebut juga merupakan pelaku sekaligus korban bully.
Mengejutkannya, bullying bisa menyebabkan anak dengan autis mengalami masalah kesehatan lainnya, mulai risiko lebih besar mengalami sakit kepala, sakit perut, kegelisahan, depresi hingga bunuh diri.
(tdy)