Studi: Tinggal Dekat Hutan Lebih Sehat
A
A
A
JAKARTA - Sebuah penelitian terbaru mengungkap membangun rumah dekat hutan memiliki otak yang lebih sehat dan berisiko rendah terkena depresi serta gangguan kecemasan akibat stres. Sedangkan penduduk kota memiliki risiko penyakit kejiwaan lebih tinggi.
Penyakit kejiwaan seperti depresi, gangguan kecemasan, dan skizofrenia lebih besar dibandingkan penduduk perdesaan. Kondisi ini dipicu kehidupan kota yang penuh dengan kebisingan dan polusi serta banyak orang yang berebut ruang tertutup sehingga berisiko meningkatkan stres kronis.
Dilansir Zeenews, penelitian ini menemukan penduduk kota menunjukkan tingkat aktivitas amigdala yang lebih tinggi inti sentral di otak yang berperan penting dalam pemrosesan dan reaksi stres terhadap bahaya. Sementara, penduduk yang tinggal di dekat hutan memiliki struktur amigdala sehat secara fisiologis.
Oleh karena itu, penduduk di dekat hutan lebih bisa mengatasi stres dibandingkan mereka yang hidup di perkotaan hijau, air, atau padang pasir. Penelitian plastisitas otak mendukung anggapan bahwa lingkungan bisa membentuk struktur dan fungsi otak.
"Itulah sebabnya kami tertarik pada kondisi lingkungan yang mungkin memiliki efek positif pada perkembangan otak. Studi tentang orang-orang di pedesaan telah menunjukkan, hidup dekat dengan alam sangat baik untuk kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Karena itu, kami memutuskan untuk meneliti penduduk kota," kata pemimpin penulis Simone Kuhn, psikolog di Rumah Sakit Pusat Kedokteran Hamburg-Eppendorf (UKE).
Sementara peneliti menilai pada 2050, diperkirakan hampir 70% populasi dunia tinggal di kota-kota. Penelitian ini pun dinilai sangat penting bagi perencanaan kota.
Penyakit kejiwaan seperti depresi, gangguan kecemasan, dan skizofrenia lebih besar dibandingkan penduduk perdesaan. Kondisi ini dipicu kehidupan kota yang penuh dengan kebisingan dan polusi serta banyak orang yang berebut ruang tertutup sehingga berisiko meningkatkan stres kronis.
Dilansir Zeenews, penelitian ini menemukan penduduk kota menunjukkan tingkat aktivitas amigdala yang lebih tinggi inti sentral di otak yang berperan penting dalam pemrosesan dan reaksi stres terhadap bahaya. Sementara, penduduk yang tinggal di dekat hutan memiliki struktur amigdala sehat secara fisiologis.
Oleh karena itu, penduduk di dekat hutan lebih bisa mengatasi stres dibandingkan mereka yang hidup di perkotaan hijau, air, atau padang pasir. Penelitian plastisitas otak mendukung anggapan bahwa lingkungan bisa membentuk struktur dan fungsi otak.
"Itulah sebabnya kami tertarik pada kondisi lingkungan yang mungkin memiliki efek positif pada perkembangan otak. Studi tentang orang-orang di pedesaan telah menunjukkan, hidup dekat dengan alam sangat baik untuk kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Karena itu, kami memutuskan untuk meneliti penduduk kota," kata pemimpin penulis Simone Kuhn, psikolog di Rumah Sakit Pusat Kedokteran Hamburg-Eppendorf (UKE).
Sementara peneliti menilai pada 2050, diperkirakan hampir 70% populasi dunia tinggal di kota-kota. Penelitian ini pun dinilai sangat penting bagi perencanaan kota.
(tdy)