Menelusuri Hampi, Kota Tua Bekas Kerajaan Monyet dalam Cerita Rayamana

Jum'at, 17 November 2017 - 17:30 WIB
Menelusuri Hampi, Kota...
Menelusuri Hampi, Kota Tua Bekas Kerajaan Monyet dalam Cerita Rayamana
A A A
KOTA Hampi di Bangalore, India adalah kota bersejarah yang kini masuk sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Kota ini diyakini sebagai bekas kerajaan monyet yang disebut dalam epik Ramayana.

Matanga Parvata atau Bukit Matanga bisa menjadi lokasi untuk menjadi saksi indahnya Hampi. Cobalah mendaki selama 30 menit, dimulai dari jelang fajar. Lewati jalan setapak yang dibiarkan apa adanya, tidak pernah ditata sejak ratusan tahun yang lalu.

Lalu, saksikan matahari terbit yang terbentang di balik tirai langit yang mendung, yang mulai memandikan lembah di bawahnya dengan cahaya lembut. Pemandangan yang spektakuler dari bukit-bukit yang hebat, vegetasi, dan kerangka subur dari kuil dan menara yang perkasa akan bisa dilihat.

Hampi terletak di negara bagian selatan Karnataka, delapan jam dari ibu kota, Bangalore. Dipilih oleh Raja Harihara sebagai ibu kotanya pada 1336, Hampi tumbuh dalam kemegahan, kekayaan, dan kekuatan hingga akhirnya jatuh ke konfederasi Kesultanan Deccan pada 1565. Setelah itu dihancurkan, dijarah dan akhirnya ditinggalkan. Tapi cerita Hampi lebih tua dari itu semua.

Kerajaan monyet kuno India

Ada suatu tempat di sebuah bukit yang jauh di luar Sungai Tungabhadra yang luas. Ini adalah Anjanadri Parvatha, tempat kelahiran dewa monyet Hindu Hanuman. Dikutip CNN, Hampi diyakini sebagai Kishkindha, kerajaan monyet yang dirujuk dalam epik Hindu Ramayana, yakni bagian penting dari literatur Hindu yang mendahului Kraton Vijayanagara berabad-abad.

Kisahnya yaitu tentang penyelamatan Pangeran Rama terhadap istri Sita dari raja setan Ravana ribuan tahun yang lalu. Di sinilah juga Dewi Pampa, Putri Tuhan Brahma, begitu mengesankan Dewa Siwa dengan pengabdiannya hingga dia menikahinya. Ada perasaan bahwa waktu berjalan lebih lambat di sini.

Penduduk desa Hampi, yang hidup dalam bayang-bayang salah satu kerajaan Hindu terbesar di benua India, sekarang bergantung pada pertanian tanaman keras seperti tebu dan pisang, serta pariwisata. Popularitas Hampi di kalangan peziarah dan wisatawan lokal dan internasional terus meningkat, membuat warga lokal harus memastikan suatu hal, yakni mereka memiliki semua ornamen penginapan modern.

Mulai dari penginapan seperti pondok backpacker hingga resor, restoran yang menyajikan burger vegetarian dan pizza , serta toko-toko yang penuh dengan dyed tees.

Namun, "jualan" utama Hampi adalah peninggalan dan reruntuhan kuno yang mengesankan dan tragis, terlihat di mana-mana. Banyak yang terbuat dari batu-batu besar dan monolit granit yang mengelilinginya. Sebagian besar cat juga sudah rusak, membuatnya seolah tidak dipahat oleh tangan, namun dibentuk oleh alam sendiri.

Penuh perjuangan sampai tujuan

Tiba di Hampi tidaklah mudah dan membutuhkan perjuangan. Stasiun kereta terdekat berada di kota Hospet (Hosapete), dengan waktu tempuh setengah jam perjalanan. Turis bisa naik bus atau berkendara dari Bangalore. Perjalanannya akan melintasi kebunkebun anggur, lahan pertanian, dan pemandangan yang indah.

Begitu sampai di sini, bersiaplah untuk berjalan yang bisa menghabiskan tenaga. Sampai saat ini lebih dari 1.600 monumen telah diidentifikasi di seluruh Hampi dan tetangganya, Anegundi, dalam bentuk patung, ukiran, benteng, kuil, tempat suci, mandapas (ruang berpilar), selungkup kerajaan, bak mandi, dan pintu gerbang. Bahkan ada bangunan elephant stable.

Monumen tersebut dikategorikan sebagai bagian dari dua bagian utama: The Sacred Center dan Royal Center. Tersebar di sepanjang tepian Tungabhadra, Pusat Suci terdiri atas beberapa situs Hampi yang paling ikonik seperti reruntuhan Kuil Vittala.

Kuil ini begitu mengesankan dengan adanya pilar batu, kereta batu raksasa, pahatan, arsitektur bergaya Dravidian, dan pasar kuno yang begitu panjang. Turis juga bisa melihat tempat lainnya, termasuk reruntuhan Kuil Achyutaraya. Yakni Kuil di Bukit Hemakuta; patung dewa gajah Sasivekalu Ganesha; Kuil Hanuman di atas Bukit Anjanadri; dan patung setinggi 6,7 meter Lakshmi Narasimha, setengah manusia (nara)-setengah singa (simha) dari Dewa Wisnu. Jika tingkat ketinggian air memungkinkan, pelancong dapat naik coracle , yakni perahu bundar tradisional yang melintasi Tungabhadra. Ini adalah perjalanan yang tenang dan santai, dan turis bisa mendengar banyak kicauan burung.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0879 seconds (0.1#10.140)