Ludruk: Regenerasi dan Pertaruhan Budaya

Minggu, 17 Desember 2017 - 11:08 WIB
Ludruk: Regenerasi dan...
Ludruk: Regenerasi dan Pertaruhan Budaya
A A A
JAKARTA - Ludruk memang menjadi ruang untuk meluapkan kemarahan, kesedihan, dan tentu kegembiraan. Tak ada yang ditutupi dalam memberikan kritik ataupun kisah keburukan. Ludruk tetap orisinal, pertunjukan jalanan yang terus melontarkan teladan, kisah perjuangan, keseimbangan hidup, dan kejujuran. Orisinalitas ludruk yang membuat generasi muda di Surabaya diarahkan untuk mengetahuinya.

Anak-anak yang duduk di bangku sekolah bisa me ngenal dan mengetahui ludruk secara mendalam. Kehadiran ludruk dalam kehi dup an anak-anak diharapkan bisa menjadi sumber motivasi, memahami sejarah, dan mengetahui sosok pahlawan yang bisa melekat dalam benaknya.

Saat pementasan Ludruk Irama Budaya dengan lakon Cak Durasim Sang Pahlawan, anak-anak sekolah yang hadir di Balai Pemuda tak lagi melirik ponselnya untuk berselancar di dunia maya. Perhatian mereka tertuju pada panggung ludruk, yang baru dan menyita perhatian mereka.

Ya, kesenian tradisional ludruk masih diminati oleh semua kalangan umur. Seni rakyat itu masih bisa diterima oleh anak-anak di sekolah. Untuk penanaman kecintaan pada ludruk, lantai satu Hi-Tech Mall Surabaya akan difungsikan khusus anak-anak belajar seni ludruk. Kesenian yang harus ditularkan kepada anak untuk menjaga tradisi dan kecintaan.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, kesenian rakyat di Kota Pahlawan harus dipertahankan. Mereka harus diberikan apresiasi ting gi atas kreativitas yang sudah dilakukan. Kesenian ludruk memang menjadi salah satu ikon seni rakyat.

“Anak-anak harus sering melihat ludruk. Biar mereka tahu kesenian rakyat lebih mendalam,” ujar Risma.

Ia melanjutkan, menonton kesenian ludruk merupakan bentuk transfer pengetahuan bagi anak-anak di sekolah. Harapannya, dengan nonton bareng seperti ini, kecintaan anakanak terhadap kesenian ludruk bisa bertambah. Mereka tak hanya punya pilihan bermain ponsel ataupun televisi, tapi juga bisa mengetahui ada pertunjukan ludruk yang apa adanya dengan tema menarik buat mereka.

“Keberhasilan dan kesuksesan itu hak kita semua. Kalau ada anak yang pandai bermain musik, drama, ludruk, silakan. Kalian boleh jadi pemain sepak bola, basket, atau yang lainnya, tidak ada yang melarang,” ucap nya. Makanya, kata Risma, pemkot akan menempatkan pusat kegiatan seni di satu tempat.

Rencananya, gedung pusat pertokoan elektronik Hi-Tech Mall akan dioptimalkan menjadi pusat kegiatan seni. Selain sebagai tempat pagelaran seni, juga akan ditujukan sebagai tempat berlatih para seniman.

“Lantai satu untuk anak-anak ini latihan. Jadi setiap hari mereka berlatih. Mereka juga bisa main drama, musik, tari, nanti semua akan kami siapkan,” katanya.

Sutradara Ludruk Irama Budaya Maimura menjelas kan, kegiatan nonton bareng ludruk akan memberikan ruang sekaligus menambah pengetahuan bagi anak-anak sekolah. Kegiatan seperti ini harus dilakukan secara berkala sehingga tidak ada keter putusan generasi yang bisa menikmati sajian seni rakyat.

Anak-anak di sekolah menjadi sasar an yang tepat untuk mengajarkan sajian kebudayaan. Mereka tak terlambat mengenal ludruk dan kesenian lainnya di Surabaya. Gerakan ini bisa menjadi energi untuk terus mempertahankan ludruk sebagai kesenian tradisional.

“Saya kira ini yang harus dilakukan Pemkot Surabaya. Kalau anak-anak kita dijadwalkan satu bulan sekali, dan kantor-kantor dijadwalkan sebulan sekali saja, maka kehidupan kesenian di Surabaya, khususnya kesenian tradisi dan kesenian yang lainnya, bakal hidup,” jelasnya. Ludruk tetap pada jalannya, ruang bising yang terus memberikan teror.

Seperti dalam kidungan jula-juli miliknya, kupat aja digawe bubur, nek gak bubur rasane sepa. Dadi pejabat kudu sing jujur, nek gak jujur dadi intipe neraka (ketupat jangan dibuat menjadi bubur, kalau dibuat bubur rasanya hambar. Menjadi pejabat harus jujur, kalau tak jujur jadi keraknya neraka). (Aan Haryono)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1299 seconds (0.1#10.140)