Depresi Bukan Sekadar Suasana Hati, Tapi Penyakit Berbahaya
A
A
A
JAKARTA - Meninggalnya anggota boyband SHINee, Jonghyun pada Senin (18/12/2017) mengejutkan publik. Joghyun diduga bunuh diri dengan menggunakan briket batu bara di apartementnya lantaran mengalami depresi.
Pada dasarnya, depresi bukan hanya sekedar kondisi suasana hati atau mood yang sedang dirasakan oleh seseorang. Depresi merupakan sebuah penyakit, sayangnya masih banyak yang belum sadar akan gejala depresi.
"Depresi itu penyakit. Penyakit yang awam dijumpai. Jadi bukan karena kelemahan atau mereka tidak beriman. Ini penyakit yang serius," ujar Ketua PP PDSKJI, Dr. Eka Viora SpKJ.
Tingginya kasus depresi membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan depresi sebagai bukan kesehatan semata melainkan sebagai kesehatan masyarakat. Berdasarkan data WHO, depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia.
"Tahun 2030 depresi akan memimpin di urutan ke dua dan tiga beban penyakit dini. Pertama masih dipimpin oleh penyakit hiv/aids. Depresi bisa diobati, karena itu keluarga perlu tau gejalanya," jelasnya.
Oleh karena itu, dr Andri SpKJ, FAPM dari RS Omni Alam Sutra menekankan pentingnya memahami gejala depresi sehingga mencegah kejadian bunuh diri. Sayangnya, masih adanya stigma membuat depresi masih menjadi sesuatu yang tabu dibicarakan di masyarakat.
"Gejala depresi kan jelas cuma kita serng menganggap depresi ya seperti sedih biasa, bahkan cenderung kita mengelakkan diri jika ada orang depresi, mungkin dalam pikiran kita 'kok bisa sih kamu depresi padahal semua kayaknya baik-baik aja de'. Depresi masih dianggap tabu dibicarakan stigma masih melekat erat," tuturnya melalui akun @mbahndi.
Pada dasarnya, depresi bukan hanya sekedar kondisi suasana hati atau mood yang sedang dirasakan oleh seseorang. Depresi merupakan sebuah penyakit, sayangnya masih banyak yang belum sadar akan gejala depresi.
"Depresi itu penyakit. Penyakit yang awam dijumpai. Jadi bukan karena kelemahan atau mereka tidak beriman. Ini penyakit yang serius," ujar Ketua PP PDSKJI, Dr. Eka Viora SpKJ.
Tingginya kasus depresi membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan depresi sebagai bukan kesehatan semata melainkan sebagai kesehatan masyarakat. Berdasarkan data WHO, depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia.
"Tahun 2030 depresi akan memimpin di urutan ke dua dan tiga beban penyakit dini. Pertama masih dipimpin oleh penyakit hiv/aids. Depresi bisa diobati, karena itu keluarga perlu tau gejalanya," jelasnya.
Oleh karena itu, dr Andri SpKJ, FAPM dari RS Omni Alam Sutra menekankan pentingnya memahami gejala depresi sehingga mencegah kejadian bunuh diri. Sayangnya, masih adanya stigma membuat depresi masih menjadi sesuatu yang tabu dibicarakan di masyarakat.
"Gejala depresi kan jelas cuma kita serng menganggap depresi ya seperti sedih biasa, bahkan cenderung kita mengelakkan diri jika ada orang depresi, mungkin dalam pikiran kita 'kok bisa sih kamu depresi padahal semua kayaknya baik-baik aja de'. Depresi masih dianggap tabu dibicarakan stigma masih melekat erat," tuturnya melalui akun @mbahndi.
(alv)