Berpenampilan Nyentrik Masih Jadi Tren Tokoh, Termasuk Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkaus oblong! Inilah viral yang mewarnai sejumlah media sosial, Selasa (2/1/2018). Sebenarnya bukan kali ini saja mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpenampilan seperti itu–seperti ditunjukkan saat terlihat di halaman Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta, Minggu (31/12/2017) malam, atau saat menonton konser musik. Namun, yang memicu pro dan kontra, penampilan kasual tersebut ditunjukkan saat menghadiri acara resmi.
Berkaus oblong ditunjukkan Jokowi saat meresmikan kereta Bandara Soekarno-Hatta. Dengan berkaus merah lengan panjang, celana jins hitam, dan sepatu sport merah, penampilan ini langsung mengundang perhatian saat tiba di Integrated Building Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pukul 09.00 WIB.
Penampilannya kontras dengan para menteri dan pejabat yang rata-rata mengenakan batik atau hem putih. Para menteri yang mendampingi Jokowi antara lain Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi; Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono; serta Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Selain itu tampak pula Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.
Namun, Jokowi tampaknya tak ambil pusing dengan sorotan tersebut. Dia beralasan mengenakan pakaian santai karena akan naik kereta api. "Ya, masa mau naik kereta api ke stasiun pakai jas? Pakai gini, kan," kata Jokowi kepada wartawan setibanya di Stasiun Sudirman Baru.
Penampilan nyleneh ala Jokowi ini sebenarnya juga dilakukan sejumlah pesohor dunia. Mereka di antaranya CEO Facebook Mark Zuckerberg, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Mengapa mereka tampil demikian? Dr Carolyn Mair dari Fakultas Psikologi Sekolah Tinggi Fashion London menilai, para pesohor yang mengenakan kaus oblong menandakan yang bersangkutan memiliki kepribadian yang sederhana. Mereka memilih santai dan tidak terobsesi dengan penampilan.
"Menarik ya, karena akhir-akhir ini saya melihat lebih banyak lagi tokoh besar mengenakan pakaian yang sederhana. Fenomena ini tidak hanya terjadi di sektor industri teknologi, tapi juga politik dan fashion," ujar Mair dikutip BT.com.
Menurut dia, pakaian dapat memengaruhi persepsi orang lain, perilaku, dan kemampuan kognitif pemakainya. Sebab, pakaian merupakan simbol jati diri. Namun, menurut Mair, orang-orang supersibuk sekelas CEO tidak memiliki waktu untuk memikirkan penampilan. Faktanya, Steve Jobs dan Barack Obama juga mirip Zuckerberg. "Sebagian besar orang tidak akan menyadari bahwa kita telah mengenakan pakaian yang sama tiap hari mengingat kita hanya di program untuk menyadari objek berbeda," kata Mair.
Berbeda dengan itu, psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menuturkan, Presiden Joko Widodo memiliki kepribadian yang kuat dan karakter yang khas. Beliau menunjukkan ciri kepribadiannya dengan cara-cara yang bagi sebagian orang dianggap nyeleneh. "Ketika Presiden memakai kaus saat peresmian railink bukan berarti dia 'salah kostum'. Tapi apa yang dikerjakannya selalu memiliki makna dibanding apa yang terlihat," katanya.
Dari kacamata Shinta, sebagian besar foto Jokowi mengenakan baju putih lengan tergulung. Ini menunjukkan kesederhanaan, simpel, mudah, bersih, tidak ribet, sekaligus menunjukkan kerja. Di sisi lain, Jokowi juga ingin menunjukkan bahwa hidup itu harus berwarna dan tidak semua hal harus didekati dengan cara prosedural dan protokoler. Apa yang yang dipertontonkan Jokowi saat meresmikan KA Bandara merupakan salah satu wujud dari konsep hidup harus berwarna dan tidak protokoler.
Shinta menandaskan, KA Bandara bukanlah proyek yang mudah dikerjakan. Bertahun-tahun masyarakat DKI mengeluhkan sulitnya akses ke bandara. "Nah, dengan berpakaian berbeda ini seolah beliau ingin menunjukkan terobosan yang dilakukan melalui kesederhanaan. Beliau menempatkan diri sebagai rakyat biasa yang ingin mencicipi fasilitas atas pajak pembangunan yang digunakan secara tepat," urainya.
Dengan cara itu Jokowi juga menyampaikan pesan don’t judge the book by it’s cover. Presiden ingin memberikan kesan hendaknya kita tidak melihat seseorang dari bungkusnya, tetapi dilihat isinya. Kebetulan memang isu-isu yang sekarang berkembang memperdebatkan dan mempertengkarkan bungkusan atau topeng, bukan esensinya. Soal norma kepantasan, Shinta menyebut bahwa norma itu hanyalah buatan manusia dan menurutnya Jokowi masih tampil sopan. Paspampres juga tampak mengenakan pakaian kasual, yaitu kaus cokelat.
"Beliau ingin menunjukkan bahwa beliau juga 'rakyat biasa' yang berhak mendapat fasilitas terbaik dari negara. Setelah bertahun-tahun hanya mimpi, railink ini selesai dalam waktu tiga tahun dari peletakan batu pertama. Perencanaannya jauh lebih lama," katanya.
Brand Consultant & Etnographer Amalia Maulana menilai, kasual merupakan satu di antara kata kunci personal brand Presiden Jokowi. "Dan, kalau beliau menggunakan baju kasual bukan pemandangan baru bagi masyarakat Indonesia," kata dia. Namun, dia menggariskan kasual sendiri sebaiknya juga ditempatkan pada koridor yang cocok. "Karena dalam cakupan baju kasual itu ada kategori smart casual," ujarnya.
Menurut Amalia, seharusnya Presiden diberikan masukan untuk lebih kontekstual dalam menerjemahkan casual clothes karena baju kasual yang dipakai untuk peresmian itu tidak cocok dengan makna yang diproyeksikan. "Kesannya baju santai sekali kaus oblong tanpa kerah warna merah hati," papar Amalia.
Dia pun berharap Presiden Jokowi tetap mempertahankan baju kasual yang bermakna "kerja, kerja, kerja" seperti yang biasa dikenakan. Dengan penam pilan seperti itu, justru audiens akan terabsorpsi untuk melihat baju Jokowi dan membahasnya, seharusnya audiens tidak diberikan bahan objek bahasan yang tidak berkaitan dengan hasil kerja Presiden. "Audiens perlu fokus pada capaian kerja, yaitu kereta cepat itu sendiri, bukan bajunya Jokowi yang kasualnya keluar konteks makna yang dicitrakannya sejak awal," kata dia.
Dari Zuckerbeg hingga Putin
Berkaus oblong atau berpakaian nyeleneh banyak ditunjukkan pesohor dunia. Mark Zuckerberg paling konsisten mengenakan kaus oblong. Baru-baru ini dia posting isi lemari pakaiannya yang dipenuhi kaus berwarna abu-abu. Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga hanya mengenakan jas abu-abu atau biru selama bertugas.
"Saya tidak ingin sibuk mengeluarkan keputusan tentang apa yang akan saya makan atau pakai karena saya harus membuat banyak keputusan yang lain. Hal ini supaya saya tetap fokus," katanya.
Seperti dilansir Interfax, Presiden Rusia Vladimir Putin juga tidak pernah neko-neko dalam memilih pakaian. Dia selalu memilih busana yang sederhana dan konsisten dengan tipe aktivitas yang dijalani, nyaman dipakai, dan elegan. Namun, mantan intelijen internasional KGB tersebut tidak tahu nama dari gayanya. "Saya memiliki gaya yang sederhana dan formal. Gaya busana saya hampir sama dengan semua orang yang bekerja seperti saya. Saya mencoba mengenakan pakaian yang lebih sederhana dalam kehidupan sehari-hari sehingga terasa nyaman, tapi tentu juga elegan dan bagus," kata Putin di forum Tavrida pada Agustus 2017.
Kepala negara lain yang berprinsip sederhana dalam berpakaian ialah Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Duterte tidak memilih pakaian untuk membuat orang lain terkesan, tapi asal nyaman dipakai. Dia pernah dikritik karena mengenakan barong tagalog yang kusut selama KTT Ke-31 ASEAN di Manila pada November 2017.
"Saya berpakaian agar nyaman, bukan untuk membuat semua orang merasa tersanjung. Pakaian ini untuk masyarakat, bukan untuk orang kaya. Barong ini dibeli dari Tutuban," kilah Duterte, dikutip Philstar. Duterte terkadang mengombinasikannya dengan celana denim (sejenis jins) atau melipat lengan bajunya menjadi tiga perempat.
Berkaus oblong ditunjukkan Jokowi saat meresmikan kereta Bandara Soekarno-Hatta. Dengan berkaus merah lengan panjang, celana jins hitam, dan sepatu sport merah, penampilan ini langsung mengundang perhatian saat tiba di Integrated Building Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pukul 09.00 WIB.
Penampilannya kontras dengan para menteri dan pejabat yang rata-rata mengenakan batik atau hem putih. Para menteri yang mendampingi Jokowi antara lain Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi; Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono; serta Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Selain itu tampak pula Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.
Namun, Jokowi tampaknya tak ambil pusing dengan sorotan tersebut. Dia beralasan mengenakan pakaian santai karena akan naik kereta api. "Ya, masa mau naik kereta api ke stasiun pakai jas? Pakai gini, kan," kata Jokowi kepada wartawan setibanya di Stasiun Sudirman Baru.
Penampilan nyleneh ala Jokowi ini sebenarnya juga dilakukan sejumlah pesohor dunia. Mereka di antaranya CEO Facebook Mark Zuckerberg, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Mengapa mereka tampil demikian? Dr Carolyn Mair dari Fakultas Psikologi Sekolah Tinggi Fashion London menilai, para pesohor yang mengenakan kaus oblong menandakan yang bersangkutan memiliki kepribadian yang sederhana. Mereka memilih santai dan tidak terobsesi dengan penampilan.
"Menarik ya, karena akhir-akhir ini saya melihat lebih banyak lagi tokoh besar mengenakan pakaian yang sederhana. Fenomena ini tidak hanya terjadi di sektor industri teknologi, tapi juga politik dan fashion," ujar Mair dikutip BT.com.
Menurut dia, pakaian dapat memengaruhi persepsi orang lain, perilaku, dan kemampuan kognitif pemakainya. Sebab, pakaian merupakan simbol jati diri. Namun, menurut Mair, orang-orang supersibuk sekelas CEO tidak memiliki waktu untuk memikirkan penampilan. Faktanya, Steve Jobs dan Barack Obama juga mirip Zuckerberg. "Sebagian besar orang tidak akan menyadari bahwa kita telah mengenakan pakaian yang sama tiap hari mengingat kita hanya di program untuk menyadari objek berbeda," kata Mair.
Berbeda dengan itu, psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menuturkan, Presiden Joko Widodo memiliki kepribadian yang kuat dan karakter yang khas. Beliau menunjukkan ciri kepribadiannya dengan cara-cara yang bagi sebagian orang dianggap nyeleneh. "Ketika Presiden memakai kaus saat peresmian railink bukan berarti dia 'salah kostum'. Tapi apa yang dikerjakannya selalu memiliki makna dibanding apa yang terlihat," katanya.
Dari kacamata Shinta, sebagian besar foto Jokowi mengenakan baju putih lengan tergulung. Ini menunjukkan kesederhanaan, simpel, mudah, bersih, tidak ribet, sekaligus menunjukkan kerja. Di sisi lain, Jokowi juga ingin menunjukkan bahwa hidup itu harus berwarna dan tidak semua hal harus didekati dengan cara prosedural dan protokoler. Apa yang yang dipertontonkan Jokowi saat meresmikan KA Bandara merupakan salah satu wujud dari konsep hidup harus berwarna dan tidak protokoler.
Shinta menandaskan, KA Bandara bukanlah proyek yang mudah dikerjakan. Bertahun-tahun masyarakat DKI mengeluhkan sulitnya akses ke bandara. "Nah, dengan berpakaian berbeda ini seolah beliau ingin menunjukkan terobosan yang dilakukan melalui kesederhanaan. Beliau menempatkan diri sebagai rakyat biasa yang ingin mencicipi fasilitas atas pajak pembangunan yang digunakan secara tepat," urainya.
Dengan cara itu Jokowi juga menyampaikan pesan don’t judge the book by it’s cover. Presiden ingin memberikan kesan hendaknya kita tidak melihat seseorang dari bungkusnya, tetapi dilihat isinya. Kebetulan memang isu-isu yang sekarang berkembang memperdebatkan dan mempertengkarkan bungkusan atau topeng, bukan esensinya. Soal norma kepantasan, Shinta menyebut bahwa norma itu hanyalah buatan manusia dan menurutnya Jokowi masih tampil sopan. Paspampres juga tampak mengenakan pakaian kasual, yaitu kaus cokelat.
"Beliau ingin menunjukkan bahwa beliau juga 'rakyat biasa' yang berhak mendapat fasilitas terbaik dari negara. Setelah bertahun-tahun hanya mimpi, railink ini selesai dalam waktu tiga tahun dari peletakan batu pertama. Perencanaannya jauh lebih lama," katanya.
Brand Consultant & Etnographer Amalia Maulana menilai, kasual merupakan satu di antara kata kunci personal brand Presiden Jokowi. "Dan, kalau beliau menggunakan baju kasual bukan pemandangan baru bagi masyarakat Indonesia," kata dia. Namun, dia menggariskan kasual sendiri sebaiknya juga ditempatkan pada koridor yang cocok. "Karena dalam cakupan baju kasual itu ada kategori smart casual," ujarnya.
Menurut Amalia, seharusnya Presiden diberikan masukan untuk lebih kontekstual dalam menerjemahkan casual clothes karena baju kasual yang dipakai untuk peresmian itu tidak cocok dengan makna yang diproyeksikan. "Kesannya baju santai sekali kaus oblong tanpa kerah warna merah hati," papar Amalia.
Dia pun berharap Presiden Jokowi tetap mempertahankan baju kasual yang bermakna "kerja, kerja, kerja" seperti yang biasa dikenakan. Dengan penam pilan seperti itu, justru audiens akan terabsorpsi untuk melihat baju Jokowi dan membahasnya, seharusnya audiens tidak diberikan bahan objek bahasan yang tidak berkaitan dengan hasil kerja Presiden. "Audiens perlu fokus pada capaian kerja, yaitu kereta cepat itu sendiri, bukan bajunya Jokowi yang kasualnya keluar konteks makna yang dicitrakannya sejak awal," kata dia.
Dari Zuckerbeg hingga Putin
Berkaus oblong atau berpakaian nyeleneh banyak ditunjukkan pesohor dunia. Mark Zuckerberg paling konsisten mengenakan kaus oblong. Baru-baru ini dia posting isi lemari pakaiannya yang dipenuhi kaus berwarna abu-abu. Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama juga hanya mengenakan jas abu-abu atau biru selama bertugas.
"Saya tidak ingin sibuk mengeluarkan keputusan tentang apa yang akan saya makan atau pakai karena saya harus membuat banyak keputusan yang lain. Hal ini supaya saya tetap fokus," katanya.
Seperti dilansir Interfax, Presiden Rusia Vladimir Putin juga tidak pernah neko-neko dalam memilih pakaian. Dia selalu memilih busana yang sederhana dan konsisten dengan tipe aktivitas yang dijalani, nyaman dipakai, dan elegan. Namun, mantan intelijen internasional KGB tersebut tidak tahu nama dari gayanya. "Saya memiliki gaya yang sederhana dan formal. Gaya busana saya hampir sama dengan semua orang yang bekerja seperti saya. Saya mencoba mengenakan pakaian yang lebih sederhana dalam kehidupan sehari-hari sehingga terasa nyaman, tapi tentu juga elegan dan bagus," kata Putin di forum Tavrida pada Agustus 2017.
Kepala negara lain yang berprinsip sederhana dalam berpakaian ialah Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Duterte tidak memilih pakaian untuk membuat orang lain terkesan, tapi asal nyaman dipakai. Dia pernah dikritik karena mengenakan barong tagalog yang kusut selama KTT Ke-31 ASEAN di Manila pada November 2017.
"Saya berpakaian agar nyaman, bukan untuk membuat semua orang merasa tersanjung. Pakaian ini untuk masyarakat, bukan untuk orang kaya. Barong ini dibeli dari Tutuban," kilah Duterte, dikutip Philstar. Duterte terkadang mengombinasikannya dengan celana denim (sejenis jins) atau melipat lengan bajunya menjadi tiga perempat.
(amm)