Bayi yang Lahir pada Bulan-Bulan Ini Diklaim Lebih Sehat

Kamis, 25 Januari 2018 - 16:30 WIB
Bayi yang Lahir pada...
Bayi yang Lahir pada Bulan-Bulan Ini Diklaim Lebih Sehat
A A A
JAKARTA - Sebuah penelitian menemukan bahwa bulan kelahiran dapat menunjukkan seseorang perihal penyakit yang dimilikinya terkait faktor lingkungan. Penelitian ini dilakukan oleh Nicholas Tatonetti, PhD dan ahli lain dari Columbia University Medical Center (CUMC).

Dilansir dari Big Think, pada bulan tertentu, faktor lingkungan seperti polusi udara, asap rokok dan lainnya bisa mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan. Contohnya, bayi yang lahir di musim panas lebih berisiko mengalami asma sedangkan bayi yang lahir di musim dingin lebih berisiko alami flu.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of American Medical informatics Association ini mengungkapkan, jika bayi terlahir antara bulan Februari—Juli tidak mengalami penyakit tertentu beda halnya dengan bayi yang lahir pada September—November yang lebih berisiko tinggi. Sementara bayi yang paling sehat merupakan bayi yang lahir di bulan Mei dan bayi yang lahir di bulan Oktober menjadi bayi yang paling tidak sehat.

Hasil ini berdasarkan menganalisis 1.688 penyakit dan merujuk silanh dengan catatatan kelahiran serta riwayat medis dari 1,7 juta pasien. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode komputasi untuk menilai data dan mencapai kesimpulan. Berdasarkan analisis data tersebut ditemukan sebanyak 55 penyakit berhubungan dengan bulan kelahiran.

"Data ini dapat membantu ilmuwan menemukan faktor risiko penyakit baru. Salah satu penemuan terpenting adalah adanya sembilan jenis penyakit jantung yang berhubungan dengan kelahiran,” kata Nicholas, asisten profesor informatika biomedis di CUMC.

Nicholas menambahkan, bayi yang lahir di bulan Maret berisiko besar menderita gagal jantung kongestif, fibrilasi arteri (AFib) dan penyakit kardiovaskular lainnya. Ditemukan juga, penyakit ADHD sebanyak 1 dari 675 kasus dialami bayi lahir di bulan November. Para ahli menilai, hal ini disebabkan karena akses vitamin D lantaran pada bulan tersebut memasuki musim dingin sehingga sinar matahari berkurang.

"Sangat penting untuk tidak terlalu memikirkan hasilnya karena walaupun kami menemukan keterkaitan yang signifikan, risiko penyakit secara keseluruhan tidak sebesar itu. Risiko terkait bulan kelahiran relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan variabel yang lebih berpengaruh seperti diet dan olahraga karena bisa dikendalikan,” kata dia.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1326 seconds (0.1#10.140)