MedCap Bantu Penderita Stroke & Osteoporosis di Daerah Terpencil

Selasa, 30 Januari 2018 - 10:22 WIB
MedCap Bantu Penderita Stroke & Osteoporosis di Daerah Terpencil
MedCap Bantu Penderita Stroke & Osteoporosis di Daerah Terpencil
A A A
SURABAYA - Serangan stroke menjadi ancaman mematikan bagi semua kalangan. Penyakit yang mulai menyerang generasi muda ini begitu ditakuti di tengah gaya hidup dan pola makan instan di Indonesia.

Berbagai obat pun mulai bermunculan di dunia medis untuk mengantisipasi serangan. Tim peneliti dari Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, berhasil merancang sebuah aplikasi inovatif untuk membantu penyembuhan pasien stroke dan osteoporosis (pengeroposan tulang).

Langkah maju yang diyakini mampu membantu dunia medis untuk penyembuhan serangan penyakit mematikan di Indonesia. Aplikasi yang diberi nama Medical Capture (MedCap) ini memanfaatkan sistem capture berbasis tiga dimensi (3D).

Alat ini mampu memberikan manipulasi gerakan terapis ke pasien sebagai bentuk representasi penyembuhan stroke dan osteoporosis. Tiga dosen dan satu mahasiswa yang terdiri atas Dr Supeno Mardi Susiki Nugroho ST MT, Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT, Christyowidiasmoro ST MT MSc, dan Harista Agam, melakukan kolaborasi untuk menciptakan alat penyembuhan stroke dan osteoporosis.

Supeno menuturkan, pihaknya bermodalkan komputer dan kamera kinect (stereovision ) untuk bisa membangun sistem yang diinginkan. Timnya pun merancang sebuah aplikasi fisioterapis berbentuk 3D yang bekerja dengan menangkap gambar atau citra menggunakan dua arah sudut pandang berbeda.

Kamera kinect sendiri memiliki dua buah kamera utama, yaitu kamera depth dan kamera RGB. Alat itu ditambah sebuah pemancar inframerah yang mampu memaksimalkan kerja.

“Kamera depth digunakan untuk mengetahui jarak kedalaman objek dari kamera, sedangkan kamera RGB digunakan untuk mengetahui bentuk tekstur atau permukaan objek,” ujar Uki, panggilan akrabnya, kemarin.

Menurut dia, cara kerja MedCap mencatat gerakan dari seorang pasien fisioterapi. Dari gerakan tersebut disimpan dalam memori dan dimanipulasikan oleh avatar 3D.

Pasien akan menirukan gerakan avatar yang tampil di monitor dengan menitikberatkan posisi gerakan dalam tiga sumbu koordinat, yaitu sumbu x, y, dan z.

“Gerakan pasien akan dinilai secara otomatis berdasarkan tingkat kesamaan, kelincahan, dan keluwesan. Itu semua akan membantu proses terapi yang dijalani,” ungkapnya.

Inovasi munculnya ide MedCap, kata dia, berawal dari tujuan membantu para penderita stroke dan osteoporosis untuk melakukan rehabilitasi mandiri. Mereka juga sekaligus mempertemukan secara tidak langsung antara fisioterapis dan pasien khususnya di daerah pedesaan yang jarang ditemukannya layanan fisioterapi.

“Jika gerakan terapis ini dilakukan secara rutin dan benar, maka Insya Allah, akan sembuh dari penyakitnya secara perlahan,” ucap Uki.

Uki membeberkan, pada layar monitor terdapat tiga animasi yang mudah dipahami. Animasi pertama menunjukkan gerakan fisioterapi pada tulang dan titik sendi, animasi kedua berbentuk avatar lengkap dengan postur tubuh, dan animasi ketiga menunjukkan gerakan pasien saat berlatih.

“Sejauh ini kamera kinect hanya mampu menangkap gerakan seseorang yang memiliki ketinggian postur tubuh antara 1,5-2 meter serta jarak optimal 2 meter dari kamera sehingga masih perlu pengembangan lagi,” kata I Ketut Eddy Purnama, Ketua Departemen Teknik Komputer yang juga menjadi salah satu tim peneliti.

Pihaknya pun yakin keberadaan alat ini bisa memberikan manfaat besar bagi layanan terapis para pasien stroke dan osteoporosis. Para penderita pun tak perlu antre di rumah sakit untuk melakukan terapi. Apalagi bagi daerah yang selama ini tak terjangkau layanan terapi di rumah sakit besar. (Aan Haryono)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6711 seconds (0.1#10.140)