Belajar Kearifan Lokal di Kampung Bekelir Tangerang
A
A
A
TANGERANG - Warga Kota Tangerang memiliki wisata tematik baru, Kampung Bekelir, di Jalan Perintis Kemerdekaan, pinggir Sungai Cisadane, tepatnya di RW 01, Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang.
Kampung kumuh yang disulap menjadi kampung warna-warni ini kian menambah pesona Sungai Cisadane. D engan mengambil ide dari Kota Melaka, Malaysia, wilayah seluas empat hektare dengan jumlah penduduk mencapai 392 jiwa itu diubah dari daerah kumuh menjadi tempat wisata berkelas dunia.
Salah satunya dilengkapi gambar mural/grafiti yang mencapai 1.121 gambar sehingga terlihat indah dan menawan. Inisiator Kampung Bekelir, Ibnu Jandi mengatakan, di kampung itu warga bisa melihat hasil karya para pelukis jalanan dan seniman lokal serta seniman dari sejumlah negara di dinding-dinding rumah.
Tema-tema yang diangkat dalam lukisan pun bervariatif mulai dari kearifan lokal hingga yang membawa pesan lingkungan. “Para seniman itu bukan hanya melukis, tetapi juga memperkenalkan kearifan lokal yang merupakan bagian dari budaya bangsa kita. Adapun dinding rumah warga sebagai medianya. Dalam pembuatan Kampung Bekelir ini, ada 300 rumah warga yang dijadikan media melukisnya,” ungkap Ibnu kepada KORAN SINDO.
Melalui lukisan para seniman itu, pengunjung bisa sekalian belajar tentang seni dan budaya yang ada di Kota Tangerang. Seperti tari cokek yang menjadi ikon Kota Tangerang, makanan khas laksa, gambang kromong, dan Masjid Agung Al Azhom.
Semua terpotret dalam lukisan cat minyak para pelukis andal tersebut. “Kampung Bekelir ini membuktikan kalau Kota Tangerang tidak miskin dengan budaya, apalagi mengalami krisis identitas. Ini adalah salah satu upaya kami dalam mempromosikan kearifan lokal yang ada di Kota Tangerang. Di sini Anda bisa belajar tentang seni dan budaya Kota Tangerang sekaligus,” kata Jandi.
Menariknya, upaya mengubah kampung kumuh menjadi destinasi wisata tematik ini dilakukan atas prakarsa warga sendiri. Dengan mengikuti programCorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan cat Pacific Paint dan menghabiskan biaya non-APBD Rp300 juta, 10 ribu liter cat, dan melibatkan 120 seniman.
“Tidak cukup sampai di situ, ke depan kami juga akan membeli perahu atau kapal wisata untuk di Sungai Cisadane sebagai pelengkap destinasi wisata Kampung Bekelir ini. Nilai investasi pembelian perahunya sendiri mencapai Rp600 juta. Kapal ini berukuran 4x10 meter dan memiliki daya tampung 40 orang,” ujarnya.
Perahu atau kapal air yang digunakan sebagai penunjang wisata Kampung Bekelir itu akan menjadi kapal pertama yang berlayar di Sungai Cisadane. Berbagai rincian pembelian kapal ini pun sudah mulai dilakukannya beserta tinggal tahap eksekusinya.
Dia berharap pembelian kapal bisa segera terealisasi. “Kami telah memiliki rincian jelas untuk pembelian kapal ini. Satu unit perahunya dibeli seharga Rp350 juta. Perahu ini memiliki dua mesin penggerak. Satu mesin seharga Rp127 juta. Perahu ini nanti akan digunakan untuk menunjang pariwisata yang di Kampung Bekelir dengan tarif Rp18.000 sekali jalan,” ujarnya.
Selama 2017 tercatat sejumlah tamu asing dari Jerman, Italia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Zimbabwe, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Yaman, Madagaskar, Etiopia, Inggris, Kolombia, Belanda, dan Taiwan, datang berkunjung ke tempat ini, selain dari berbagai daerah di Indonesia.
Sekretaris Forum CSR Kota Tangerang Mulyanto menambahkan, pihaknya telah melakukan kajian perihal transportasi air untuk pengembangan wisata ini di Sungai Cisadane. Dia mengaku, wisata air sangat potensial untuk dikembangkan dan diprediksi bisa meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke kawasan itu.
“Pariwisata air sangat potensial jika benar-benar digarap serius. Apalagi rincian dan datanya jelas. Begitu pun dengan tujuan serta manfaatnya. Kami akan pertimbangkan. Ini rencana bagus. Bisa menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali transportasi air yang ada di Sungai Cisadane,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Rina Hernaningsih mengatakan, pihaknya akan mendorong Kampung Bekelir ini sebagai destinasi wisata dunia. Bahkan, keberadaannya sudah mulai dikunjungi turis-turis asing. Terlebih jaraknya tak jauh dari Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta).
“Kami sangat mendukung pengembangan Kampung Bekelir ini. Kami berharap wisata Kampung Bekelir ini bisa menjadi daya tarik bagi wisman untuk datang ke Kota Tangerang. Ini sangat bagus. Apalagi ke depan akan ada perahunya sehingga bisa menambah pesona keindahan Sungai Cisadane,” kata Rina. (Hasan Kurniawan)
Kampung kumuh yang disulap menjadi kampung warna-warni ini kian menambah pesona Sungai Cisadane. D engan mengambil ide dari Kota Melaka, Malaysia, wilayah seluas empat hektare dengan jumlah penduduk mencapai 392 jiwa itu diubah dari daerah kumuh menjadi tempat wisata berkelas dunia.
Salah satunya dilengkapi gambar mural/grafiti yang mencapai 1.121 gambar sehingga terlihat indah dan menawan. Inisiator Kampung Bekelir, Ibnu Jandi mengatakan, di kampung itu warga bisa melihat hasil karya para pelukis jalanan dan seniman lokal serta seniman dari sejumlah negara di dinding-dinding rumah.
Tema-tema yang diangkat dalam lukisan pun bervariatif mulai dari kearifan lokal hingga yang membawa pesan lingkungan. “Para seniman itu bukan hanya melukis, tetapi juga memperkenalkan kearifan lokal yang merupakan bagian dari budaya bangsa kita. Adapun dinding rumah warga sebagai medianya. Dalam pembuatan Kampung Bekelir ini, ada 300 rumah warga yang dijadikan media melukisnya,” ungkap Ibnu kepada KORAN SINDO.
Melalui lukisan para seniman itu, pengunjung bisa sekalian belajar tentang seni dan budaya yang ada di Kota Tangerang. Seperti tari cokek yang menjadi ikon Kota Tangerang, makanan khas laksa, gambang kromong, dan Masjid Agung Al Azhom.
Semua terpotret dalam lukisan cat minyak para pelukis andal tersebut. “Kampung Bekelir ini membuktikan kalau Kota Tangerang tidak miskin dengan budaya, apalagi mengalami krisis identitas. Ini adalah salah satu upaya kami dalam mempromosikan kearifan lokal yang ada di Kota Tangerang. Di sini Anda bisa belajar tentang seni dan budaya Kota Tangerang sekaligus,” kata Jandi.
Menariknya, upaya mengubah kampung kumuh menjadi destinasi wisata tematik ini dilakukan atas prakarsa warga sendiri. Dengan mengikuti programCorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan cat Pacific Paint dan menghabiskan biaya non-APBD Rp300 juta, 10 ribu liter cat, dan melibatkan 120 seniman.
“Tidak cukup sampai di situ, ke depan kami juga akan membeli perahu atau kapal wisata untuk di Sungai Cisadane sebagai pelengkap destinasi wisata Kampung Bekelir ini. Nilai investasi pembelian perahunya sendiri mencapai Rp600 juta. Kapal ini berukuran 4x10 meter dan memiliki daya tampung 40 orang,” ujarnya.
Perahu atau kapal air yang digunakan sebagai penunjang wisata Kampung Bekelir itu akan menjadi kapal pertama yang berlayar di Sungai Cisadane. Berbagai rincian pembelian kapal ini pun sudah mulai dilakukannya beserta tinggal tahap eksekusinya.
Dia berharap pembelian kapal bisa segera terealisasi. “Kami telah memiliki rincian jelas untuk pembelian kapal ini. Satu unit perahunya dibeli seharga Rp350 juta. Perahu ini memiliki dua mesin penggerak. Satu mesin seharga Rp127 juta. Perahu ini nanti akan digunakan untuk menunjang pariwisata yang di Kampung Bekelir dengan tarif Rp18.000 sekali jalan,” ujarnya.
Selama 2017 tercatat sejumlah tamu asing dari Jerman, Italia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Zimbabwe, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Yaman, Madagaskar, Etiopia, Inggris, Kolombia, Belanda, dan Taiwan, datang berkunjung ke tempat ini, selain dari berbagai daerah di Indonesia.
Sekretaris Forum CSR Kota Tangerang Mulyanto menambahkan, pihaknya telah melakukan kajian perihal transportasi air untuk pengembangan wisata ini di Sungai Cisadane. Dia mengaku, wisata air sangat potensial untuk dikembangkan dan diprediksi bisa meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke kawasan itu.
“Pariwisata air sangat potensial jika benar-benar digarap serius. Apalagi rincian dan datanya jelas. Begitu pun dengan tujuan serta manfaatnya. Kami akan pertimbangkan. Ini rencana bagus. Bisa menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali transportasi air yang ada di Sungai Cisadane,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Rina Hernaningsih mengatakan, pihaknya akan mendorong Kampung Bekelir ini sebagai destinasi wisata dunia. Bahkan, keberadaannya sudah mulai dikunjungi turis-turis asing. Terlebih jaraknya tak jauh dari Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta).
“Kami sangat mendukung pengembangan Kampung Bekelir ini. Kami berharap wisata Kampung Bekelir ini bisa menjadi daya tarik bagi wisman untuk datang ke Kota Tangerang. Ini sangat bagus. Apalagi ke depan akan ada perahunya sehingga bisa menambah pesona keindahan Sungai Cisadane,” kata Rina. (Hasan Kurniawan)
(nfl)