Nasi Kebuli Rasa Bhinneka Tunggal Ika
A
A
A
SEMARANG - Berbicara soal kuliner Timur Tengah yang hits di Tanah Air, nasi kebuli bisa menjadi jawaban yang tepat. Mengusung bahan dasar beras yang merupakan makanan pokok penduduk Indonesia menjadikan nasi kebuli sangat mudah diterima oleh lidah.
Nasi kebuli masuk ke Indonesia karena dibawa oleh masyarakat keturunan Arab, India, dan Pakistan. Mereka merupakan kalangan muslim yang menetap di Indonesia lalu memopulerkannya ke tengah masyarakat di Tanah Air, semisal Jakarta dan Semarang.
Seiring perkembangan zaman, warga Pakistan yang telah berinteraksi dan menikah dengan warga asli Indonesia secara turun-temurun memopulerkan resep nasi yang biasa disajikan dengan da ging kambing tersebut. Seperti halnya nasi kebuli KahathNala yang sedang ngehit di Kota Semarang.
Berawal dari resep yang diturunkan oleh ibunya yang keturunan Pakistan, Maulana M Fahmi meramu sajian tersebut sehingga cocok dilidah masyarakat, khususnya warga Semarang.
“Resep ini saya dapatkan dari ibu saya yang merupakan keturunan Pakistan. Dulu saat saya masih kecil, ibu kerap masak nasi kebuli dan ini menjadi menu favorit di keluarga kami. Lantas terpikir, kenapa tidak menerapkannya dalam bisnis kuliner? Ternyata cita rasa nasi kebuli keluarga kami banyak diminati masyarakat,” ungkap Fahmi kepada KORAN SINDO.
Lantas, apa yang membuat spesial nasi kebuli KahathNala? Selain menggunakan rempah-rempah seperti kapulaga, lada hitam, ceng kih, dan pala, nasi kebuli ini juga menambahkan bumbu ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, serta kayu manis.
Bumbu bumbu tersebut asli dan tanpa menggunakan MSG sedikit pun agar rasanya khas. Nasi yang telah dimasak dengan santan dan kemu dian ditanak, dihidangkan bersama daging kambing yang telah “diungkep”.
“Daging kambing yang kami gunakan adalah daging segar yang baru di sembelih. Kami pilih daging sampil atau khusus paha sehingga empuk dan tidak berlemak,” beber putra pasangan H Mustafa dan Hj Fatimah itu.
Selain ungkep kambing, ada juga sambal goreng hati bercampur telur. Terakhir, yang sangat khas adalah acar nanas yang dipadukan dengan wortel mentah yang dipotong dadu serta rajangan cabai rawit.
“Untuk nanas, saya biasa membuat dua macam, yaitu bumbu acar kuning atau bumbu acar bening. Untuk warga asli Semarang, acar nanas bening justru yang banyak diminati. Lain halnya dengan warga keturunan Timur Tengah, justru menyukai acar nanas bumbu kuning,” kata pemilik outlet KahathNala itu.
Nasi kebuli KahathNala juga mengusung kekhasan dengan komposisi rempah yang pas sehingga tidak “eneg” dan dapat dinikmati secara “klimaks” sampai habis. Hal tersebut yang menjadikan Nasi Kebuli KahathNala sering di pesan untuk kebutuhan konsumsi meeting, syukuran, pengajian, atau acara lain.
Sementara dalam mempromosikan rasa khas nasi kebuli, Kahath Nala mempunyai cara unik, yakni dengan menggelar kampanye makan bersama dalam keberagaman. Cara kreatif dan efektif tersebut sebagai upaya memupuk persatuan antargolongan di kalangan masyarakat.
Kegiatan promo unik KahathNala itu bisa ditemui di arena Car Free Day di Citra Grand Mangunharjo Tembalang Semarang setiap Minggu. Beragam apresiasi positif datang dari pengunjung yang berkesempatan menikmati nasi kebuli KahathNala.
“Makanan ini menyatukan kita semua. Di sini kita tak akan tanya kalian suku apa, bangsa mana, agama apa, untuk diizinkan makan. Semua sama, bebas menikmati makanan halal ini,” ungkap Paulus Pangka.
Paulus yang warga Semarang keturunan Flores, NTT, berharap kuliner asli Semarang ataupun makanan khas war ga keturunan Arab/India di Indonesia seperti nasi kebuli bisa dipopulerkan kembali.
“Kuliner ini memperkaya keberagaman Nusantara, jangan sampai tergilas oleh makanan-makanan dari luar negeri yang dianggap tren oleh sebagian anak muda,” imbuhnya. (Ahmad Antoni)
Nasi kebuli masuk ke Indonesia karena dibawa oleh masyarakat keturunan Arab, India, dan Pakistan. Mereka merupakan kalangan muslim yang menetap di Indonesia lalu memopulerkannya ke tengah masyarakat di Tanah Air, semisal Jakarta dan Semarang.
Seiring perkembangan zaman, warga Pakistan yang telah berinteraksi dan menikah dengan warga asli Indonesia secara turun-temurun memopulerkan resep nasi yang biasa disajikan dengan da ging kambing tersebut. Seperti halnya nasi kebuli KahathNala yang sedang ngehit di Kota Semarang.
Berawal dari resep yang diturunkan oleh ibunya yang keturunan Pakistan, Maulana M Fahmi meramu sajian tersebut sehingga cocok dilidah masyarakat, khususnya warga Semarang.
“Resep ini saya dapatkan dari ibu saya yang merupakan keturunan Pakistan. Dulu saat saya masih kecil, ibu kerap masak nasi kebuli dan ini menjadi menu favorit di keluarga kami. Lantas terpikir, kenapa tidak menerapkannya dalam bisnis kuliner? Ternyata cita rasa nasi kebuli keluarga kami banyak diminati masyarakat,” ungkap Fahmi kepada KORAN SINDO.
Lantas, apa yang membuat spesial nasi kebuli KahathNala? Selain menggunakan rempah-rempah seperti kapulaga, lada hitam, ceng kih, dan pala, nasi kebuli ini juga menambahkan bumbu ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, serta kayu manis.
Bumbu bumbu tersebut asli dan tanpa menggunakan MSG sedikit pun agar rasanya khas. Nasi yang telah dimasak dengan santan dan kemu dian ditanak, dihidangkan bersama daging kambing yang telah “diungkep”.
“Daging kambing yang kami gunakan adalah daging segar yang baru di sembelih. Kami pilih daging sampil atau khusus paha sehingga empuk dan tidak berlemak,” beber putra pasangan H Mustafa dan Hj Fatimah itu.
Selain ungkep kambing, ada juga sambal goreng hati bercampur telur. Terakhir, yang sangat khas adalah acar nanas yang dipadukan dengan wortel mentah yang dipotong dadu serta rajangan cabai rawit.
“Untuk nanas, saya biasa membuat dua macam, yaitu bumbu acar kuning atau bumbu acar bening. Untuk warga asli Semarang, acar nanas bening justru yang banyak diminati. Lain halnya dengan warga keturunan Timur Tengah, justru menyukai acar nanas bumbu kuning,” kata pemilik outlet KahathNala itu.
Nasi kebuli KahathNala juga mengusung kekhasan dengan komposisi rempah yang pas sehingga tidak “eneg” dan dapat dinikmati secara “klimaks” sampai habis. Hal tersebut yang menjadikan Nasi Kebuli KahathNala sering di pesan untuk kebutuhan konsumsi meeting, syukuran, pengajian, atau acara lain.
Sementara dalam mempromosikan rasa khas nasi kebuli, Kahath Nala mempunyai cara unik, yakni dengan menggelar kampanye makan bersama dalam keberagaman. Cara kreatif dan efektif tersebut sebagai upaya memupuk persatuan antargolongan di kalangan masyarakat.
Kegiatan promo unik KahathNala itu bisa ditemui di arena Car Free Day di Citra Grand Mangunharjo Tembalang Semarang setiap Minggu. Beragam apresiasi positif datang dari pengunjung yang berkesempatan menikmati nasi kebuli KahathNala.
“Makanan ini menyatukan kita semua. Di sini kita tak akan tanya kalian suku apa, bangsa mana, agama apa, untuk diizinkan makan. Semua sama, bebas menikmati makanan halal ini,” ungkap Paulus Pangka.
Paulus yang warga Semarang keturunan Flores, NTT, berharap kuliner asli Semarang ataupun makanan khas war ga keturunan Arab/India di Indonesia seperti nasi kebuli bisa dipopulerkan kembali.
“Kuliner ini memperkaya keberagaman Nusantara, jangan sampai tergilas oleh makanan-makanan dari luar negeri yang dianggap tren oleh sebagian anak muda,” imbuhnya. (Ahmad Antoni)
(nfl)