Sifat Posesif Merusak Hubungan
A
A
A
KALAU kamu dicemburui, dicurigai, ditelepon setiap jam, dan merasa dibuntuti setiap waktu, jangan-jangan tanpa sadar kamu sedang berada dalam hubungan yang posesif.
Posesif adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa tidak aman dengan hubungan yang dijalani dan dirinya sendiri. Berada di hubungan yang posesif, tentu membuat seseorang merasa tidak bebas. Banyak waktu yang diluangkan hanya untuk bersama sang kekasih.
Padahal, sebenarnya banyak hal di luar sana yang tetap harus diperhatikan, seperti orang tua, pertemanan, cita-cita, dan lain-lain. Anggi Mayangsari, CEO Tanya Psikologi, mengungkapkan beberapa hal mengenai sifat posesif.
"Orang yang posesif akan merasa mereka adalah ‘pemilik’ dari orang yang dicintainya. Dia akan merasa tidak aman ketika pasangannya bersama orang lain atau jauh dari dirinya (insecure). Selain itu, kepercayaannya terhadap pasangan juga rendah," ujar cewek yang kerap disapa Anggi ini. Posesif tidak datang secara genetik, melainkan faktor lingkungan. Setiap orang memiliki kadar ketakutan yang berbeda-beda akan hubungan yang sedang dijalaninya.
Hal itu tergantung dari bagaimana pengalaman dia tentang kepercayaan terhadap seseorang, self-esteem yang rendah, ketakutan akan ditolak atau tidak diakui oleh orang lain, dan bisa juga karena pengalaman pada masa kecil terkait pola asuh dan pola attachment yang terbentuk dengan orang tuanya.
Cewek yang merupakan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ini menyebutkan bahwa sifat posesif juga dapat memengaruhi kondisi psikologis orang yang memiliki sifat itu dan pasangan yang diperlakukan secara posesif itu sendiri.
"Untuk orang yang posesif, dia akan sangat terguncang ketika dia menghadapi kondisi ketika orang yang dia anggap miliknya itu (orang dicintainya) meninggalkan dia.
Sedangkan untuk orang yang diperlakukan secara posesif, dia bisa merasa tertekan karena tidak bisa memperoleh kebebasan, selalu dicurigai, dan merasa dirinya tidak dihargai," tambah Anggi.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi, suatu hubungan yang diwarnai dengan sifat posesif bukanlah hubungan yang sehat.
Hal ini karena adanya ketidakpercayaan terhadap pasangan, tidak memahami pasangannya dengan baik, cenderung memunculkan emosi negatif terhadap pasangannya, dan mengekang pasangannya. Sifat posesif juga dapat berubah menjadi abusif, karena orang yang posesif cenderung akan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan kepemilikan atas pasangannya.
Ketakutan akan ditinggalkan oleh pasangannya membuat dia tidak terlalu memperhatikan bagaimana kesejahteraan pasangannya itu sendiri. Baskara Adiena Hutomo, mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember, menuturkan bahwa dia pernah berada di hubungan yang posesif.
Menurutnya, saat itu dia berlaku posesif terhadap pasangannya sehingga pasangannya tersebut merasa tidak bebas dan hubungannya tidak berhasil. Selain Baskara, Shinta Metta Noviyanti juga pernah mengalami hubungan yang posesif.
Cewek yang akrab disapa Metta ini mengatakan, memiliki pasangan yang posesif membuat ruang geraknya untuk mengeksplorasi dunia luar menjadi minim. "Hubungan itu harus saling mendukung.
Eksplor hal-hal baru yang positif sama pasangan, diskusi, saling membantu, membangun, dan lain-lain," kata mahasiswi jurusan Arsitektur Universitas Gunadarma ini. Cerita berbeda datang dari Muhammad Aji Kuncoro atau yang lebih dikenal sebagai Aji.
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung ini tidak pernah mengalami hubungan yang posesif. Menurutnya, kemajuan teknologi saat ini mempermudah seseorang untuk mengetahui keseharian pasangannya. "Sama-sama dukung dan percaya saja. Sudah harus memikirkan masa depan juga," tutur Aji.
Nabilla Rizky Ramadhani
GEN SINDO
Institut Pertanian Bogor
Posesif adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa tidak aman dengan hubungan yang dijalani dan dirinya sendiri. Berada di hubungan yang posesif, tentu membuat seseorang merasa tidak bebas. Banyak waktu yang diluangkan hanya untuk bersama sang kekasih.
Padahal, sebenarnya banyak hal di luar sana yang tetap harus diperhatikan, seperti orang tua, pertemanan, cita-cita, dan lain-lain. Anggi Mayangsari, CEO Tanya Psikologi, mengungkapkan beberapa hal mengenai sifat posesif.
"Orang yang posesif akan merasa mereka adalah ‘pemilik’ dari orang yang dicintainya. Dia akan merasa tidak aman ketika pasangannya bersama orang lain atau jauh dari dirinya (insecure). Selain itu, kepercayaannya terhadap pasangan juga rendah," ujar cewek yang kerap disapa Anggi ini. Posesif tidak datang secara genetik, melainkan faktor lingkungan. Setiap orang memiliki kadar ketakutan yang berbeda-beda akan hubungan yang sedang dijalaninya.
Hal itu tergantung dari bagaimana pengalaman dia tentang kepercayaan terhadap seseorang, self-esteem yang rendah, ketakutan akan ditolak atau tidak diakui oleh orang lain, dan bisa juga karena pengalaman pada masa kecil terkait pola asuh dan pola attachment yang terbentuk dengan orang tuanya.
Cewek yang merupakan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ini menyebutkan bahwa sifat posesif juga dapat memengaruhi kondisi psikologis orang yang memiliki sifat itu dan pasangan yang diperlakukan secara posesif itu sendiri.
"Untuk orang yang posesif, dia akan sangat terguncang ketika dia menghadapi kondisi ketika orang yang dia anggap miliknya itu (orang dicintainya) meninggalkan dia.
Sedangkan untuk orang yang diperlakukan secara posesif, dia bisa merasa tertekan karena tidak bisa memperoleh kebebasan, selalu dicurigai, dan merasa dirinya tidak dihargai," tambah Anggi.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi, suatu hubungan yang diwarnai dengan sifat posesif bukanlah hubungan yang sehat.
Hal ini karena adanya ketidakpercayaan terhadap pasangan, tidak memahami pasangannya dengan baik, cenderung memunculkan emosi negatif terhadap pasangannya, dan mengekang pasangannya. Sifat posesif juga dapat berubah menjadi abusif, karena orang yang posesif cenderung akan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan kepemilikan atas pasangannya.
Ketakutan akan ditinggalkan oleh pasangannya membuat dia tidak terlalu memperhatikan bagaimana kesejahteraan pasangannya itu sendiri. Baskara Adiena Hutomo, mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember, menuturkan bahwa dia pernah berada di hubungan yang posesif.
Menurutnya, saat itu dia berlaku posesif terhadap pasangannya sehingga pasangannya tersebut merasa tidak bebas dan hubungannya tidak berhasil. Selain Baskara, Shinta Metta Noviyanti juga pernah mengalami hubungan yang posesif.
Cewek yang akrab disapa Metta ini mengatakan, memiliki pasangan yang posesif membuat ruang geraknya untuk mengeksplorasi dunia luar menjadi minim. "Hubungan itu harus saling mendukung.
Eksplor hal-hal baru yang positif sama pasangan, diskusi, saling membantu, membangun, dan lain-lain," kata mahasiswi jurusan Arsitektur Universitas Gunadarma ini. Cerita berbeda datang dari Muhammad Aji Kuncoro atau yang lebih dikenal sebagai Aji.
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung ini tidak pernah mengalami hubungan yang posesif. Menurutnya, kemajuan teknologi saat ini mempermudah seseorang untuk mengetahui keseharian pasangannya. "Sama-sama dukung dan percaya saja. Sudah harus memikirkan masa depan juga," tutur Aji.
Nabilla Rizky Ramadhani
GEN SINDO
Institut Pertanian Bogor
(nfl)