Mutasi Gen Penyebab Kanker Paru
A
A
A
JAKARTA - Kendati orang yang tidak merokok tidak bebas dari ancaman kanker paru, tetap saja perokok adalah kelompok yang paling berisiko terkena penyakit mematikan ini.
Dr Wong Seng Weng MBBS MRCP(UK) FAMS (Medical Oncology) mengatakan, seseorang yang merokok satu pak dalam sehari selama 40 tahun akan meningkatkan risiko terkena kanker paru hingga 20 kali dibandingkan orang yang tidak merokok.
Maka itu, Medical Director & Consultant Medical Oncologist dari The Cancer Centre Paragon Medical & Mt Elizabeth Novena Specialist Centre ini menyarankan untuk tidak merokok sama sekali sebelum terlambat, mengingat perjalanan penyakit kanker paru juga cepat.
Adapun mereka yang tidak merokok juga memiliki peluang menderita kanker paru. “Dari pengalaman klinis saya, banyak wanita Asia yang tidak pernah merokok, tetapi terkena (kanker paru). Memang betul riwayat keluarga bisa meningkatkan risiko, tetapi biasanya faktor ini tidaklah kuat,” beber dr Wong kepada KORAN SINDO .
Kanker paru yang diderita mereka yang tidak merokok tidaklah sama dengan yang ditemukan pada perokok. Sebab, paru pada kelompok yang tidak merokok cenderung disebabkan adanya perubahan genetik yang dikenal dengan mutasi epidermal growth factor receptor (EGFR).
EGFR berfungsi sebagai reseptor atau penerima protein dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel. Jika terpapar karsinogen (bahan penyebab kanker), maka EGFR dapat tumbuh tanpa terkontrol dan berkembang menjadi sel kanker.
“Jika ada mutasi ini, pengobatan kanker yang disarankan adalah pengobatan terbaru, yaitu terapi target yang dikenal dengan tyrosine kinase inhibitor ,” ucapnya. Adapun terpaan radiasi juga diyakini menjadi aspek yang bisa mengembangkan kanker paru, terutama jika seseorang banyak bersentuhan dengan radiasi dalam pekerjaannya.
Sementara itu, mengenai polusi lingkungan, dr Wong menyebutkan, hal tersebut juga sangat memengaruhi penyakit ini. Menurutnya, perokok aktif akan memiliki risiko terkena kanker paru sampai 25%. Polutan lain, seperti asbes, juga bersifat karsinogenik. Secara global, sekitar 1,8 juta penduduk dunia didiagnosis kanker paru dan 1,6 juta meninggal akibat penyakit yang menyerang organ paru tersebut.
Studi Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) menyebutkan bahwa penyakit kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada penduduk pria, yaitu 30%, dan penyebab kematian kedua akibat kanker pada penduduk wanita dengan persentase 11,1%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebutkan, prevalensi kanker untuk semua kelompok umur di Indonesia 1,4 per mil atau 347.392 orang. (Sri Noviarni)
Dr Wong Seng Weng MBBS MRCP(UK) FAMS (Medical Oncology) mengatakan, seseorang yang merokok satu pak dalam sehari selama 40 tahun akan meningkatkan risiko terkena kanker paru hingga 20 kali dibandingkan orang yang tidak merokok.
Maka itu, Medical Director & Consultant Medical Oncologist dari The Cancer Centre Paragon Medical & Mt Elizabeth Novena Specialist Centre ini menyarankan untuk tidak merokok sama sekali sebelum terlambat, mengingat perjalanan penyakit kanker paru juga cepat.
Adapun mereka yang tidak merokok juga memiliki peluang menderita kanker paru. “Dari pengalaman klinis saya, banyak wanita Asia yang tidak pernah merokok, tetapi terkena (kanker paru). Memang betul riwayat keluarga bisa meningkatkan risiko, tetapi biasanya faktor ini tidaklah kuat,” beber dr Wong kepada KORAN SINDO .
Kanker paru yang diderita mereka yang tidak merokok tidaklah sama dengan yang ditemukan pada perokok. Sebab, paru pada kelompok yang tidak merokok cenderung disebabkan adanya perubahan genetik yang dikenal dengan mutasi epidermal growth factor receptor (EGFR).
EGFR berfungsi sebagai reseptor atau penerima protein dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel. Jika terpapar karsinogen (bahan penyebab kanker), maka EGFR dapat tumbuh tanpa terkontrol dan berkembang menjadi sel kanker.
“Jika ada mutasi ini, pengobatan kanker yang disarankan adalah pengobatan terbaru, yaitu terapi target yang dikenal dengan tyrosine kinase inhibitor ,” ucapnya. Adapun terpaan radiasi juga diyakini menjadi aspek yang bisa mengembangkan kanker paru, terutama jika seseorang banyak bersentuhan dengan radiasi dalam pekerjaannya.
Sementara itu, mengenai polusi lingkungan, dr Wong menyebutkan, hal tersebut juga sangat memengaruhi penyakit ini. Menurutnya, perokok aktif akan memiliki risiko terkena kanker paru sampai 25%. Polutan lain, seperti asbes, juga bersifat karsinogenik. Secara global, sekitar 1,8 juta penduduk dunia didiagnosis kanker paru dan 1,6 juta meninggal akibat penyakit yang menyerang organ paru tersebut.
Studi Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) menyebutkan bahwa penyakit kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada penduduk pria, yaitu 30%, dan penyebab kematian kedua akibat kanker pada penduduk wanita dengan persentase 11,1%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebutkan, prevalensi kanker untuk semua kelompok umur di Indonesia 1,4 per mil atau 347.392 orang. (Sri Noviarni)
(nfl)