Usir Stres dengan Belanja Online
A
A
A
BELANJA online bagi para ibu muda bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan semata. Kegiatan ini juga digunakan sebagai pelepas stres untuk menjaga tingkat kewarasan mereka.
Di zaman serbadigital ini, para ibu makin mendapatkan beragam kemudahan. Tidak hanya mencari info seputar kesehatan dan tumbuh kembang anak, lewat internet pun ibu-ibu masa kini bisa membeli bermacam kebutuhan hanya dengan sekali tunjuk atau klik. Ya, belanja online memang sudah menjadi bagian dari keseharian ibu digital atau digital moms. Selain memudahkan cara belanja karena barang dikirim ke rumah, juga punya beberapa kelebihan lain. Sebut saja, tidak perlu bermacet-macet di jalan atau susahnya mencari parkir, waktu juga tidak terbuang, dan mengurangi godaan cuci mata yang bisa membuat anggaran pengeluaran melambung.
Namun tahukah Anda, belanja online rupanya juga membantu para ibu menjaga tingkat kewarasan mereka, mengingat ibu dengan segala kesibukannya setiap hati rentan terkena stres. Hal ini diungkapkan secara gamblang oleh psikolog Nadya Pramesrani MPsi dalam diskusi media yang diadakan The Asianparent bertajuk Hasil Survei: Ibu Indonesia dan Belanja Online beberapa waktu lalu.
"Sekitar 75% ibu senang belanja online dan sudah menjadi kebutuhan. Sebab, ibu adalah kelompok yang paling tinggi berisiko stres dan menderita kelelahan fisik dan mental karena pekerjaan yang dilakukan," kata Psikolog Rumah Dandelion ini.
Seperti diketahui, ibu melakukan pekerjaan caring for others atau mengurus orang lain sehingga acap kali melupakan kebutuhan diri sendiri. Hal ini dapat memengaruhi hubungan ibu dan anak. Nah, belanja online bagi ibu adalah semacam pelarian untuk menjaga mereka terhindar dari stres. "Ini merupakan retail therapy. Ketika seseorang sudah berubah peran, ada perubahan pola belanja, misalnya belanja untuk anaknya. Dengan belanja untuk orang lain, bagi ibu, ada kepuasan tersendiri," kata Nadya.
Dia melanjutkan, ada dampak positif dan negatif dari belanja. Dampak positifnya yaitu perasaan senang bisa mendapat barang yang diinginkan, apalagi jika murah. Dampak negatif, kalau belanja impulsif semua dipilih dan ketika sudah dibayar baru menyesal sehingga bisa terjerat utang. The Asianparent melakukan survei pada Desember 2017 terhadap lebih dari 1.000 ibu di Indonesia yang berusia antara 20-40 tahun dengan pendapatan rumah tangga di atas Rp3 juta.
Salah satu alasan para ibu memilih berbelanja online untuk menghindari kerepotan belanja di luar rumah dengan membawa anak. Selain itu, ada tiga andalan utama lainnya, yaitu bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, menghemat waktu, dan bisa membandingkan harga dengan mudah.
Pangestu Hadi, Country Manager The Asian Parent Indonesia, mengatakan, perbandingan harga memang penting bagi para ibu, tetapi tetap harus didukung kualitas barang yang baik. Selain membandingkan harga, ibu juga menyukai kemudahan membandingkan kualitas barang melalui ulasan di internet, terutama di situs parenting. "Sebanyak 94% dari responden kami melakukan pembelian setelah melihat rekomendasi online, dan 28% melakukan pembelian setelah melihat ulasan dari situs parenting," kata Hadi.
Tidak hanya kemudahan mengakses informasi akan produk, kemudahan transaksi pembayaran juga mendukung pola belanja online ini. Sebanyak 41% dari responden lebih memilih melakukan pembayaran via ponsel untuk pembelian belanja online mereka. Kemudahan transaksi ini menggiring 73% ibu berbelanja online lebih dari 2-3 kali dalam sebulan. Untuk tiap transaksi tersebut, 6 dari 10 ibu menghabiskan rata-rata Rp100.000-Rp300.000. Sebanyak 46% ibu dengan anak berusia 4 tahun ke atas akan mencari produk dengan harga diskon.
Setelah harga, ibu akan mempertimbangkan ketepercayaan penjual dan adanya layanan pengiriman gratis. Itulah bukti bahwa ibu muda kini sudah sangat terbantu dengan adanya perkembangan teknologi. Hal ini memungkinkan para ibu menjalankan perannya sekaligus menikmati hiburan, bahkan berbelanja di mana saja dan kapan saja hanya dalam genggaman tangan.
Di zaman serbadigital ini, para ibu makin mendapatkan beragam kemudahan. Tidak hanya mencari info seputar kesehatan dan tumbuh kembang anak, lewat internet pun ibu-ibu masa kini bisa membeli bermacam kebutuhan hanya dengan sekali tunjuk atau klik. Ya, belanja online memang sudah menjadi bagian dari keseharian ibu digital atau digital moms. Selain memudahkan cara belanja karena barang dikirim ke rumah, juga punya beberapa kelebihan lain. Sebut saja, tidak perlu bermacet-macet di jalan atau susahnya mencari parkir, waktu juga tidak terbuang, dan mengurangi godaan cuci mata yang bisa membuat anggaran pengeluaran melambung.
Namun tahukah Anda, belanja online rupanya juga membantu para ibu menjaga tingkat kewarasan mereka, mengingat ibu dengan segala kesibukannya setiap hati rentan terkena stres. Hal ini diungkapkan secara gamblang oleh psikolog Nadya Pramesrani MPsi dalam diskusi media yang diadakan The Asianparent bertajuk Hasil Survei: Ibu Indonesia dan Belanja Online beberapa waktu lalu.
"Sekitar 75% ibu senang belanja online dan sudah menjadi kebutuhan. Sebab, ibu adalah kelompok yang paling tinggi berisiko stres dan menderita kelelahan fisik dan mental karena pekerjaan yang dilakukan," kata Psikolog Rumah Dandelion ini.
Seperti diketahui, ibu melakukan pekerjaan caring for others atau mengurus orang lain sehingga acap kali melupakan kebutuhan diri sendiri. Hal ini dapat memengaruhi hubungan ibu dan anak. Nah, belanja online bagi ibu adalah semacam pelarian untuk menjaga mereka terhindar dari stres. "Ini merupakan retail therapy. Ketika seseorang sudah berubah peran, ada perubahan pola belanja, misalnya belanja untuk anaknya. Dengan belanja untuk orang lain, bagi ibu, ada kepuasan tersendiri," kata Nadya.
Dia melanjutkan, ada dampak positif dan negatif dari belanja. Dampak positifnya yaitu perasaan senang bisa mendapat barang yang diinginkan, apalagi jika murah. Dampak negatif, kalau belanja impulsif semua dipilih dan ketika sudah dibayar baru menyesal sehingga bisa terjerat utang. The Asianparent melakukan survei pada Desember 2017 terhadap lebih dari 1.000 ibu di Indonesia yang berusia antara 20-40 tahun dengan pendapatan rumah tangga di atas Rp3 juta.
Salah satu alasan para ibu memilih berbelanja online untuk menghindari kerepotan belanja di luar rumah dengan membawa anak. Selain itu, ada tiga andalan utama lainnya, yaitu bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, menghemat waktu, dan bisa membandingkan harga dengan mudah.
Pangestu Hadi, Country Manager The Asian Parent Indonesia, mengatakan, perbandingan harga memang penting bagi para ibu, tetapi tetap harus didukung kualitas barang yang baik. Selain membandingkan harga, ibu juga menyukai kemudahan membandingkan kualitas barang melalui ulasan di internet, terutama di situs parenting. "Sebanyak 94% dari responden kami melakukan pembelian setelah melihat rekomendasi online, dan 28% melakukan pembelian setelah melihat ulasan dari situs parenting," kata Hadi.
Tidak hanya kemudahan mengakses informasi akan produk, kemudahan transaksi pembayaran juga mendukung pola belanja online ini. Sebanyak 41% dari responden lebih memilih melakukan pembayaran via ponsel untuk pembelian belanja online mereka. Kemudahan transaksi ini menggiring 73% ibu berbelanja online lebih dari 2-3 kali dalam sebulan. Untuk tiap transaksi tersebut, 6 dari 10 ibu menghabiskan rata-rata Rp100.000-Rp300.000. Sebanyak 46% ibu dengan anak berusia 4 tahun ke atas akan mencari produk dengan harga diskon.
Setelah harga, ibu akan mempertimbangkan ketepercayaan penjual dan adanya layanan pengiriman gratis. Itulah bukti bahwa ibu muda kini sudah sangat terbantu dengan adanya perkembangan teknologi. Hal ini memungkinkan para ibu menjalankan perannya sekaligus menikmati hiburan, bahkan berbelanja di mana saja dan kapan saja hanya dalam genggaman tangan.
(amm)