Menyelami Pemikiran KH Hasyim Muzadi
A
A
A
"BELIAU seorang ulama besar. Seorang ulama yang selalu mendinginkan suasana, selalu menyejukkan hati kita. Seorang guru bangsa yang menjaga kebinekaan di negara kita, Indonesia."
Kalimat di atas tertulis atas nama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di halaman 33 buku berjudul Biografi A Hasyim Muzadi : Cakrawala Kehidupan. Buku yang merekam jejak hidup KH Hasyim Muzadi ini ditulis oleh Ahmad Millah Hasan. Selain merekam jejak kehidupan KH Hasyim Muzadi, buku ini juga merefleksikan kehidupan kita dalam bernegara dan beragama di Indonesia.
Sepenggal kisah dari masa kanak-kanak hingga beliau menjadi seorang ulama besar yang dihormati banyak orang, tidak lepas dari buah kegigihan dan perjuangannya. Di antara saudaranya, KH Hasyim Muzadi memiliki keunikan tersendiri. Bahkan sebagaimana kesaksian Istiqomah, salah satu saudaranya, ketika beliau menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, KH Hasyim Muzadi kerap mengalami masa-masa melarat.
Bertumpu pada penghasilan penjualan roti ibundanya, uang saku KH Hasyim Muzadi jadi serba-berkekurangan. Ketika KH Hasyim Muzadi nyantri di Gontor, jalan lain yang ditempuh saat uang saku beliau kurang adalah menjual barang apa saja yang dimiliki keluarga yang bernilai jual (hal 52). Dan tak jarang, ketika KH Hasyim Muzadi pulang ke rumah, hal yang dilakukannya adalah membantu bisnis roti yang ditekuni ibu beserta keluarganya. Apa yang dilakukannya ini tidak lain tidak bukan untuk menambah uang saku ketika ia harus balik ke Gontor.
Kisah-kisah sebagaimana terilustrasikan di atas membawa kesimpulan pada titik kehidupan yang perlu dihargai. Barangkali tidak sedikit dari kita yang melihat kebesaran KH Hasyim Muzadi secara sepintas. Kita hanya melihatnya saat tampil di posisi strategis, tetapi abai pada lika-liku kehidupannya yang penuh juang dilewati demi memperbaiki diri dan mencapai harapan.
Rahmatan Lil Alamin
Selama KH Hasyim Muzadi menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), beliau melakukan sosialisasi perihal Islam sebagai agama yang damai, menangkis tudingan miring terhadap Islam. Dalam implementasi Islam damai ini, KH Hasyim Muzadi menjelaskan Islam rahmatan lil alamin.
Menurutnya, Islam rahmatan lil alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Sebab entitas Islam sebagai rahmatan lil alamin mengakui eksistensi pluralitas karena Islam memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi pengujian Allah kepada manusia, faktor sosial, dan rekayasa sosial (social engineering) kemajuan umat manusia (hal 258-259).
Eksistensi pluralitas ini bertolak dari kehidupan masyarakat Indonesia yang multiagama, budaya, etnik, golongan, dan sebagainya. Artinya perbedaan itu bukanlah sebuah eksistensi yang perlu diperdebatkan, tetapi harus dirawat dan mengedepankan sikap-sikap toleransi. Islam rahmatan lil alamin, sebagai mana dijelaskan KH Hasyim Muzadi, tidak mendorong perpecahan dan kebencian atas sesama manusia.
Dalam meneguhkan Islam rahmatan lil alamin ini, KH Hasyim Muzadi menekankan model pendekatan tawassuth, i'tidal, tasamuh, tawazun, dan tasyawur. Tawassuth atau i'tidal bisa dikatakan sebagai suatu sikap yang mengambil posisi di tengah, tetapi jalannya lurus. Setelah dua pendekatan di atas, selanjutnya adalah menekankan sikap dengan pendekatan tasamuh, tawazun, dan tasyawur. KH Hasyim Muzadi meyakini, jika seseorang sudah melakukan toleransi (tasamuh) akan berlanjut dengan tawazun (keseimbangan). Dan jika sudah melakukan tasamuh dan tawazun, orang akan terdorong untuk melakukan tasyawur, yaitu melakukan dialog dalam setiap penyelesaian persoalan (hal 264).
Dengan pendekatan sikap yang demikian, implementasi Islam sebagai rahmatan lil alamin akan terhindar dari wajah kekerasan, eksklusif, dan mengindahkan kebenarankebenaran yang diyakini kelompok lain. Pendekatan ini justru akan membuka dan melakukan penalian terhadap benang-benang perbedaan. Di sinilah letak pentingnya kehadiran buku biografi KH Hasyim Muzadi ini. Ada banyak pemikiran KH Hasyim Muzadi yang bisa dijadikan sebagai molekul untuk menyerukan kebaikan. Sebab sebagaimana kita ketahui bersama, belakangan gairah keumatan dan keislaman di Indonesia bertendensi pada sikap-sikap fundamentalistis dan eksklusif.
Mohnurhuda
Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Lamongan, Jawa Timur
Kalimat di atas tertulis atas nama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di halaman 33 buku berjudul Biografi A Hasyim Muzadi : Cakrawala Kehidupan. Buku yang merekam jejak hidup KH Hasyim Muzadi ini ditulis oleh Ahmad Millah Hasan. Selain merekam jejak kehidupan KH Hasyim Muzadi, buku ini juga merefleksikan kehidupan kita dalam bernegara dan beragama di Indonesia.
Sepenggal kisah dari masa kanak-kanak hingga beliau menjadi seorang ulama besar yang dihormati banyak orang, tidak lepas dari buah kegigihan dan perjuangannya. Di antara saudaranya, KH Hasyim Muzadi memiliki keunikan tersendiri. Bahkan sebagaimana kesaksian Istiqomah, salah satu saudaranya, ketika beliau menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, KH Hasyim Muzadi kerap mengalami masa-masa melarat.
Bertumpu pada penghasilan penjualan roti ibundanya, uang saku KH Hasyim Muzadi jadi serba-berkekurangan. Ketika KH Hasyim Muzadi nyantri di Gontor, jalan lain yang ditempuh saat uang saku beliau kurang adalah menjual barang apa saja yang dimiliki keluarga yang bernilai jual (hal 52). Dan tak jarang, ketika KH Hasyim Muzadi pulang ke rumah, hal yang dilakukannya adalah membantu bisnis roti yang ditekuni ibu beserta keluarganya. Apa yang dilakukannya ini tidak lain tidak bukan untuk menambah uang saku ketika ia harus balik ke Gontor.
Kisah-kisah sebagaimana terilustrasikan di atas membawa kesimpulan pada titik kehidupan yang perlu dihargai. Barangkali tidak sedikit dari kita yang melihat kebesaran KH Hasyim Muzadi secara sepintas. Kita hanya melihatnya saat tampil di posisi strategis, tetapi abai pada lika-liku kehidupannya yang penuh juang dilewati demi memperbaiki diri dan mencapai harapan.
Rahmatan Lil Alamin
Selama KH Hasyim Muzadi menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), beliau melakukan sosialisasi perihal Islam sebagai agama yang damai, menangkis tudingan miring terhadap Islam. Dalam implementasi Islam damai ini, KH Hasyim Muzadi menjelaskan Islam rahmatan lil alamin.
Menurutnya, Islam rahmatan lil alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Sebab entitas Islam sebagai rahmatan lil alamin mengakui eksistensi pluralitas karena Islam memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi pengujian Allah kepada manusia, faktor sosial, dan rekayasa sosial (social engineering) kemajuan umat manusia (hal 258-259).
Eksistensi pluralitas ini bertolak dari kehidupan masyarakat Indonesia yang multiagama, budaya, etnik, golongan, dan sebagainya. Artinya perbedaan itu bukanlah sebuah eksistensi yang perlu diperdebatkan, tetapi harus dirawat dan mengedepankan sikap-sikap toleransi. Islam rahmatan lil alamin, sebagai mana dijelaskan KH Hasyim Muzadi, tidak mendorong perpecahan dan kebencian atas sesama manusia.
Dalam meneguhkan Islam rahmatan lil alamin ini, KH Hasyim Muzadi menekankan model pendekatan tawassuth, i'tidal, tasamuh, tawazun, dan tasyawur. Tawassuth atau i'tidal bisa dikatakan sebagai suatu sikap yang mengambil posisi di tengah, tetapi jalannya lurus. Setelah dua pendekatan di atas, selanjutnya adalah menekankan sikap dengan pendekatan tasamuh, tawazun, dan tasyawur. KH Hasyim Muzadi meyakini, jika seseorang sudah melakukan toleransi (tasamuh) akan berlanjut dengan tawazun (keseimbangan). Dan jika sudah melakukan tasamuh dan tawazun, orang akan terdorong untuk melakukan tasyawur, yaitu melakukan dialog dalam setiap penyelesaian persoalan (hal 264).
Dengan pendekatan sikap yang demikian, implementasi Islam sebagai rahmatan lil alamin akan terhindar dari wajah kekerasan, eksklusif, dan mengindahkan kebenarankebenaran yang diyakini kelompok lain. Pendekatan ini justru akan membuka dan melakukan penalian terhadap benang-benang perbedaan. Di sinilah letak pentingnya kehadiran buku biografi KH Hasyim Muzadi ini. Ada banyak pemikiran KH Hasyim Muzadi yang bisa dijadikan sebagai molekul untuk menyerukan kebaikan. Sebab sebagaimana kita ketahui bersama, belakangan gairah keumatan dan keislaman di Indonesia bertendensi pada sikap-sikap fundamentalistis dan eksklusif.
Mohnurhuda
Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Lamongan, Jawa Timur
(amm)