Penyakit Jantung di Indonesia Semakin Diperhatikan
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 50 Puskesmas di dua provinsi dengan risiko penyakit jantung tinggi di Indonesia menjadi sasaran program kerja sama World Heart Federation (WHF) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mendapatkan dukungan Pfizer.
Dari jumlah tersebut, diharapkan 2.500 orang di 35 Puskesmas di Provinsi Sulawesi Selatan dan 15 puskesmas di Provinsi Bangka Belitung akan menjadi subyek penelitian eksperimental, edukasi publik dan strategi intervensi lainnya yang dikoordinasikan pelaksanaannya oleh PERKI yang akan bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia, perguruan tinggi dan klub jantung sehat setempat.
Cepatnya perubahan perkembangan situasi terkait penyakit jantung di Indonesia, terutama menyangkut faktor risiko dan hambatan yang ditimbulkan akibat penyakit yang menjadi penyebab 37% kematian (data WHO Non-Communicable Diseases (NCD) Country Profiles, 2014) di Indonesia ini, telah mendorong WHF dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) didukung Pfizer, melakukan riset untuk mengkaji penyakit jantung dalam skala dan konteks lokal Indonesia.
Penelitian dan program kerja sama akan berlangsung selama 18 bulan, dikemas dalam payung Independent Grant for Learning and Change (IGLC) Pfizer untuk merumuskan upaya-upaya yang lebih baik agar dapat meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya bagi mereka dengan penyakit jantung dan yang memiliki risiko tinggi atas penyakit ini di Indonesia.
"Kerja sama ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan memitigasi berbagai profil faktor-faktor risiko penyakit jantung di wilayah Indonesia dengan populasi yang memiliki risiko penyakit jantung tertinggi,” jelas Dr. dr. Ismoyo Sunu, Sp.JP(K), Ketua Umum PERKI melalui keterangan pers yang diterima SINDOnews.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia dari 2007-2013, terdapat peningkatan signifikan atas kematian akibat penyakit jantung dan faktor-faktor risiko penyakit jantung di Indonesia.
Dari hasil riset ini pula diketahui bahwa provinsi Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung mewakili provinsi dengan jumlah risiko penyakit jantung yang tinggi dan ditandai oleh tingginya jumlah populasi perokok, jumlah pasien dengan tingkat kolesterol tinggi dan banyaknya kasus tekanan darah tinggi dan diabetes.
”Penyakit jantung kian mengkhawatirkan akibat dampak yang ditimbulkannya, baik dari sisi ekonomi karena menurunnya produktivitas pada penderita di usia produktif, maupun risiko kematian yang tinggi," kata Anil Argilla, Presiden Direktur Pfizer Indonesia.
Target utama dari penelitian PERKI adalah para pasien dengan penyakit jantung dan mereka yang memiliki faktor risiko terkena penyakit jantung di dua provinsi tersebut. Pemangku kepentingan lain yang diteliti adalah para petugas kesehatan di lembaga kesehatan tingkat pertama, yakni puskesmas di lokasi tertentu pada dua provinsi tersebut, fakultas kedokteran di universitas setempat, pemimpin masyarakat dan organisasi kesehatan jantung.
Hasil penelitian akan disebarluaskan melalui seminar atau simposium tingkat nasional maupun internasional, bersama dengan publikasi melalui jurnal nasional maupun internasional dan akan dilaporkan ke Kementrian Kesehatan untuk digunakan dalam pembuatan kebijakan dan agar dapat diaplikasikan di lokasi-lokasi lainnya di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, diharapkan 2.500 orang di 35 Puskesmas di Provinsi Sulawesi Selatan dan 15 puskesmas di Provinsi Bangka Belitung akan menjadi subyek penelitian eksperimental, edukasi publik dan strategi intervensi lainnya yang dikoordinasikan pelaksanaannya oleh PERKI yang akan bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia, perguruan tinggi dan klub jantung sehat setempat.
Cepatnya perubahan perkembangan situasi terkait penyakit jantung di Indonesia, terutama menyangkut faktor risiko dan hambatan yang ditimbulkan akibat penyakit yang menjadi penyebab 37% kematian (data WHO Non-Communicable Diseases (NCD) Country Profiles, 2014) di Indonesia ini, telah mendorong WHF dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) didukung Pfizer, melakukan riset untuk mengkaji penyakit jantung dalam skala dan konteks lokal Indonesia.
Penelitian dan program kerja sama akan berlangsung selama 18 bulan, dikemas dalam payung Independent Grant for Learning and Change (IGLC) Pfizer untuk merumuskan upaya-upaya yang lebih baik agar dapat meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya bagi mereka dengan penyakit jantung dan yang memiliki risiko tinggi atas penyakit ini di Indonesia.
"Kerja sama ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan memitigasi berbagai profil faktor-faktor risiko penyakit jantung di wilayah Indonesia dengan populasi yang memiliki risiko penyakit jantung tertinggi,” jelas Dr. dr. Ismoyo Sunu, Sp.JP(K), Ketua Umum PERKI melalui keterangan pers yang diterima SINDOnews.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia dari 2007-2013, terdapat peningkatan signifikan atas kematian akibat penyakit jantung dan faktor-faktor risiko penyakit jantung di Indonesia.
Dari hasil riset ini pula diketahui bahwa provinsi Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung mewakili provinsi dengan jumlah risiko penyakit jantung yang tinggi dan ditandai oleh tingginya jumlah populasi perokok, jumlah pasien dengan tingkat kolesterol tinggi dan banyaknya kasus tekanan darah tinggi dan diabetes.
”Penyakit jantung kian mengkhawatirkan akibat dampak yang ditimbulkannya, baik dari sisi ekonomi karena menurunnya produktivitas pada penderita di usia produktif, maupun risiko kematian yang tinggi," kata Anil Argilla, Presiden Direktur Pfizer Indonesia.
Target utama dari penelitian PERKI adalah para pasien dengan penyakit jantung dan mereka yang memiliki faktor risiko terkena penyakit jantung di dua provinsi tersebut. Pemangku kepentingan lain yang diteliti adalah para petugas kesehatan di lembaga kesehatan tingkat pertama, yakni puskesmas di lokasi tertentu pada dua provinsi tersebut, fakultas kedokteran di universitas setempat, pemimpin masyarakat dan organisasi kesehatan jantung.
Hasil penelitian akan disebarluaskan melalui seminar atau simposium tingkat nasional maupun internasional, bersama dengan publikasi melalui jurnal nasional maupun internasional dan akan dilaporkan ke Kementrian Kesehatan untuk digunakan dalam pembuatan kebijakan dan agar dapat diaplikasikan di lokasi-lokasi lainnya di Indonesia.
(tdy)