Tradisi Unik Lebaran Nusantara
A
A
A
BULAN suci Ramadhan tinggal sebentar lagi. Umat muslim di seluruh dunia bersiap untuk menyambut datangnya hari kemenangan.
Begitu pula masyarakat muslim dari berbagai daerah di Indonesia yang bergembira menyambut datangnya hari raya dengan berbagai tradisi unik. Yuk intip tradisi Lebaran dari 5 daerah di Indonesia berikut ini.
1. Takengon, Aceh
Berada di provinsi ujung barat Indonesia, masyarakat Aceh, terutama warga Gayo dari Kabupaten Takengon memiliki tradisi yang unik, yaitu pemotongan hewan ternak, menyiapkan aneka kue dan masakan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung. Biasanya kegiatan ini dilakukan H-1 Lebaran.
Kue yang disajikan pun beraneka ragam, seperti lepat gayo, kue bolu dan peyek. Sedangkan untuk masakan khasnya sendiri, ada Cecah Ries, lontong sayur, dan rendang. Lepat Gayo merupakan jajanan tradisional khas Gayo yang terbuat dari tepung beras yang berisi selai dari parutan kelapa dan yang dipadukan dengan gula aren, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus.
"Kalau Cecah Ries itu terbuat dari daging ayam atau burung yang dibumbui dan dicampur dengan bagian dalam batang pisang," ujar Fadla Ari Saflianda, mahasiswa Universitas Syah Kuala Aceh asal Takengon. Pada malam takbiran biasanya diadakan tradisi berobor, yaitu berjalan berbaris membawa obor berkeliling kampung.
Kegiatan ini ramai diikuti warga, terutama para pemuda. "Dulu kami sering mengadakan berobor pada malam takbiran. Tapi sayangnya budaya ini sudah mulai punah karena perkembangan teknologi dan berkurangnya kekompakan pemuda karena jarang berkumpul lagi," ujar cowok yang menyukai bakso dan mi aceh ini.
Momen Lebaran dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh untuk saling bermaafan, berziarah ke kubur sanak famili dan berlibur dengan keluarga. Adapun objek wisata yang sering dikunjungi saat libur Lebaran tiba di antaranya Bur Gayo, Danau Air Tawar, Air Terjun Mengaya, dan Air Terjun Bur Bulet.
2. Pamekasan, Madura
Pulau garam juga memiliki tradisinya sendiri. Jika Anda berkunjung ke Madura sesaat setelah Lebaran, maka Anda akan sering mendengar istilah Tellasan Topa’. Tellasan Topa’ terdiri dari 2 kata, yaitu tellasan yang berarti Lebaran dan Topa’ atau ketupat. Jadi, Tellasan Topa’ memiliki arti Lebaran ketupat. Tradisi ini diperingati setiap tanggal 8 Syawal karena merupakan hari "pamungkas" dari puasa sunnah di bulan Syawal.
"Bagi orang Madura, sebenarnya sama seperti perayaan Lebaran (1 Syawal). Namun, Tellasan topa’ lebih meriah dan lebih besar perayaannya dibandingkan dengan Lebaran Idul Fitri," kata Dita Latifah, cewek asal Pamekasan, Madura. Ciri khas dari Tellasan Topa’ adalah banyak makanan yang disajikan dengan topa’ atau ketupat. Biasanya disajikan dengan opor ayam, rendang, sate madura, soto babat dan serondhe.
Serondhe adalah makanan khas Madura yang terbuat dari parutan kelapa yang diberi bumbu dan digoreng kering. Untuk memeriahkan tradisi ini tak jarang masyarakat Pamekasan mengadakan pawai kuda hias, pertunjukan musik Hadrah, dan pertunjukan gambus. Selain tradisi Tellasan Topa’ masyarakat di Kabupaten Pamekasan juga punya tradisi unik lainnya untuk menyambut datangnya hari kemenangan.
Tradisi ini dikenal dengan nama Ter- Ater dan Nyelaseh. Tradisi ini biasa dilakukan sehari sebelum hari Raya Idul Fitri. "Ter-Ater itu berarti kita mengantar makanan ke kerabat terdekat seperti nenek, sepupu, mertua, dan tetangga-tetangga. Begitu juga sebaliknya nanti mereka juga mengantarkan makanan ke rumah kita," ungkap cewek yang hobi membaca ini. Sedangkan Nyelaseh dalam bahasa Indonesia berarti mengunjungi makam sesepuh atau sanak famili untuk mendoakan mereka.
3. Jembrana Bali
Pulau Bali ternyata juga memiliki cerita sendiri saat merayakan Lebaran. "Pada saat hari Lebaran, Bali cenderung sepi karena mayoritas masyarakat Bali yang beragama Islam mudik ke kampung halamannya, biasanya mudik ke Jawa," kata Bhirawa Ananditya Wicaksana, cowok asal Jembrana Bali ini Namun, keramaian justru terlihat pada hari-hari sebelum Lebaran di mana kampungkampung yang mayoritas beragama Islam atau biasa disebut kampung Jawa menyambut datangnya bulan Syawal dengan berbagai macam kegiatan.
Salah satunya yang dilakukan masyarakat Desa Loloan Kabupaten Jembrana yang mengadakan takbiran keliling kota saat malam takbiran. Adapun penduduk muslim yang tidak mudik pada saat Lebaran biasanya akan membagi-bagikan makanan kepada umat Hindu di sana. Makanan yang dibagikan pun bermacam-macam. Tradisi ini bernama Ngejot.
"Tradisi Ngejot ini berawal dari kepercayaan umat muslim Bali meskipun berbeda agama dengan umat Hindu tetapi mereka tetap bersaudara. Maka ketika umat muslim Bali merayakan kebahagiaan di hari kemenangan, mereka juga mengajak umat lain untuk berbahagia. Istilah ini disebut Menyaman dalam bahasa Bali," ungkapnya. Hidangan Lebaran khas masyarakat muslim Bali adalah ketupat dan opor ayam.
Berbeda dengan masyarakat Jawa yang menghidangkan ketupat saat Lebaran ketupat, masyarakat muslim Bali menghidangkan ketupat bersama opor ayam ketika Lebaran tiba. Selain nastar dan putri salju, masyarakat muslim Bali punya kue tradisional khas, yakni kue bendu yang terbuat dari tepung ketan diisi campuran parutan kelapa dan gula sehingga memiliki tekstur yang legit dan rasanya cocok dihidangkan pada kegiatan perayaan seperti Lebaran.
4. Belitung
Negeri Laskar Pelangi ini juga memiliki tradisi Lebaran yang unik, yaitu Bedulang, di mana satu dulang atau nampan yang berisi berbagai macam lauk di piring-piring kecil dan dimakan dengan ketupat. Biasanya dalam satu dulang (nampan) berisi 5 macam makanan yang berbeda. "Bagi masyarakat Belitung, Bedulang ini dilakukan saat makan-makan bersama keluarga besar di hari Lebaran," ujar Maoli Zartika, cewek asli Belitung yang tengah menempuh studi di Bandung ini.
Adapun jenis makanan yang dihidangkan pada Bedulang adalah berbagai macam makanan khas Belitung, seperti ayam masak ketumbar, sate ikan, oseng-oseng sayuran, dan sambal sereh. Saat Lebaran juga disajikan berbagai kue tradisional khas Belitung di antaranya kue putih dan kue rintak. "Kue rintak itu terbuat dari sagu, kelapa, gula. Kalau kue putih itu terbuat dari campuran gula pasir dan beras ketan," katanya.
5. Yogyakarta
Tradisi Lebaran di Yogyakarta kental dengan suasana kekeluargaan. "Ciri khas Lebaran di Yogyakarta itu ada acara trah keluarga atau kumpulkumpul keluarga. Biasanya ini setelah salat ied, lalu saling bermaafmaafan dengan seluruh keluarga. Istilahnya sungkem gitu ," kata Abyan Daffa Ulaa, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Lebaran di Yogyakarta juga terkenal dengan adanya tradisi Grebeg Syawal. Tradisi ini dilaksanakan sehari setelah hari raya Idul Fitri. Pada acara Grebeg Syawal ini pihak Keraton Yogyakarta akan membuat tujuh gunungan yang akan diarak dari alun-alun utara Keraton Yogyakarta menuju tiga tempat berbeda, yaitu Masjid Gede Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan.
Tujuh gunungan ini nantinya diserahterimakan dan didoakan, lalu masyarakat dapat memperebutkan gunungan tersebut. Masyarakat percaya bahwa hasil bumi yang didapatkan dari gunungan tersebut dapat membawa berkah. Setiap tahun Tradisi Grebeg Syawal ini berhasil menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke Yogyakarta.
DEVY PUTRI NUR OKTAVIA
GEN SINDO
Institut Pertanian Bogor
Begitu pula masyarakat muslim dari berbagai daerah di Indonesia yang bergembira menyambut datangnya hari raya dengan berbagai tradisi unik. Yuk intip tradisi Lebaran dari 5 daerah di Indonesia berikut ini.
1. Takengon, Aceh
Berada di provinsi ujung barat Indonesia, masyarakat Aceh, terutama warga Gayo dari Kabupaten Takengon memiliki tradisi yang unik, yaitu pemotongan hewan ternak, menyiapkan aneka kue dan masakan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung. Biasanya kegiatan ini dilakukan H-1 Lebaran.
Kue yang disajikan pun beraneka ragam, seperti lepat gayo, kue bolu dan peyek. Sedangkan untuk masakan khasnya sendiri, ada Cecah Ries, lontong sayur, dan rendang. Lepat Gayo merupakan jajanan tradisional khas Gayo yang terbuat dari tepung beras yang berisi selai dari parutan kelapa dan yang dipadukan dengan gula aren, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus.
"Kalau Cecah Ries itu terbuat dari daging ayam atau burung yang dibumbui dan dicampur dengan bagian dalam batang pisang," ujar Fadla Ari Saflianda, mahasiswa Universitas Syah Kuala Aceh asal Takengon. Pada malam takbiran biasanya diadakan tradisi berobor, yaitu berjalan berbaris membawa obor berkeliling kampung.
Kegiatan ini ramai diikuti warga, terutama para pemuda. "Dulu kami sering mengadakan berobor pada malam takbiran. Tapi sayangnya budaya ini sudah mulai punah karena perkembangan teknologi dan berkurangnya kekompakan pemuda karena jarang berkumpul lagi," ujar cowok yang menyukai bakso dan mi aceh ini.
Momen Lebaran dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh untuk saling bermaafan, berziarah ke kubur sanak famili dan berlibur dengan keluarga. Adapun objek wisata yang sering dikunjungi saat libur Lebaran tiba di antaranya Bur Gayo, Danau Air Tawar, Air Terjun Mengaya, dan Air Terjun Bur Bulet.
2. Pamekasan, Madura
Pulau garam juga memiliki tradisinya sendiri. Jika Anda berkunjung ke Madura sesaat setelah Lebaran, maka Anda akan sering mendengar istilah Tellasan Topa’. Tellasan Topa’ terdiri dari 2 kata, yaitu tellasan yang berarti Lebaran dan Topa’ atau ketupat. Jadi, Tellasan Topa’ memiliki arti Lebaran ketupat. Tradisi ini diperingati setiap tanggal 8 Syawal karena merupakan hari "pamungkas" dari puasa sunnah di bulan Syawal.
"Bagi orang Madura, sebenarnya sama seperti perayaan Lebaran (1 Syawal). Namun, Tellasan topa’ lebih meriah dan lebih besar perayaannya dibandingkan dengan Lebaran Idul Fitri," kata Dita Latifah, cewek asal Pamekasan, Madura. Ciri khas dari Tellasan Topa’ adalah banyak makanan yang disajikan dengan topa’ atau ketupat. Biasanya disajikan dengan opor ayam, rendang, sate madura, soto babat dan serondhe.
Serondhe adalah makanan khas Madura yang terbuat dari parutan kelapa yang diberi bumbu dan digoreng kering. Untuk memeriahkan tradisi ini tak jarang masyarakat Pamekasan mengadakan pawai kuda hias, pertunjukan musik Hadrah, dan pertunjukan gambus. Selain tradisi Tellasan Topa’ masyarakat di Kabupaten Pamekasan juga punya tradisi unik lainnya untuk menyambut datangnya hari kemenangan.
Tradisi ini dikenal dengan nama Ter- Ater dan Nyelaseh. Tradisi ini biasa dilakukan sehari sebelum hari Raya Idul Fitri. "Ter-Ater itu berarti kita mengantar makanan ke kerabat terdekat seperti nenek, sepupu, mertua, dan tetangga-tetangga. Begitu juga sebaliknya nanti mereka juga mengantarkan makanan ke rumah kita," ungkap cewek yang hobi membaca ini. Sedangkan Nyelaseh dalam bahasa Indonesia berarti mengunjungi makam sesepuh atau sanak famili untuk mendoakan mereka.
3. Jembrana Bali
Pulau Bali ternyata juga memiliki cerita sendiri saat merayakan Lebaran. "Pada saat hari Lebaran, Bali cenderung sepi karena mayoritas masyarakat Bali yang beragama Islam mudik ke kampung halamannya, biasanya mudik ke Jawa," kata Bhirawa Ananditya Wicaksana, cowok asal Jembrana Bali ini Namun, keramaian justru terlihat pada hari-hari sebelum Lebaran di mana kampungkampung yang mayoritas beragama Islam atau biasa disebut kampung Jawa menyambut datangnya bulan Syawal dengan berbagai macam kegiatan.
Salah satunya yang dilakukan masyarakat Desa Loloan Kabupaten Jembrana yang mengadakan takbiran keliling kota saat malam takbiran. Adapun penduduk muslim yang tidak mudik pada saat Lebaran biasanya akan membagi-bagikan makanan kepada umat Hindu di sana. Makanan yang dibagikan pun bermacam-macam. Tradisi ini bernama Ngejot.
"Tradisi Ngejot ini berawal dari kepercayaan umat muslim Bali meskipun berbeda agama dengan umat Hindu tetapi mereka tetap bersaudara. Maka ketika umat muslim Bali merayakan kebahagiaan di hari kemenangan, mereka juga mengajak umat lain untuk berbahagia. Istilah ini disebut Menyaman dalam bahasa Bali," ungkapnya. Hidangan Lebaran khas masyarakat muslim Bali adalah ketupat dan opor ayam.
Berbeda dengan masyarakat Jawa yang menghidangkan ketupat saat Lebaran ketupat, masyarakat muslim Bali menghidangkan ketupat bersama opor ayam ketika Lebaran tiba. Selain nastar dan putri salju, masyarakat muslim Bali punya kue tradisional khas, yakni kue bendu yang terbuat dari tepung ketan diisi campuran parutan kelapa dan gula sehingga memiliki tekstur yang legit dan rasanya cocok dihidangkan pada kegiatan perayaan seperti Lebaran.
4. Belitung
Negeri Laskar Pelangi ini juga memiliki tradisi Lebaran yang unik, yaitu Bedulang, di mana satu dulang atau nampan yang berisi berbagai macam lauk di piring-piring kecil dan dimakan dengan ketupat. Biasanya dalam satu dulang (nampan) berisi 5 macam makanan yang berbeda. "Bagi masyarakat Belitung, Bedulang ini dilakukan saat makan-makan bersama keluarga besar di hari Lebaran," ujar Maoli Zartika, cewek asli Belitung yang tengah menempuh studi di Bandung ini.
Adapun jenis makanan yang dihidangkan pada Bedulang adalah berbagai macam makanan khas Belitung, seperti ayam masak ketumbar, sate ikan, oseng-oseng sayuran, dan sambal sereh. Saat Lebaran juga disajikan berbagai kue tradisional khas Belitung di antaranya kue putih dan kue rintak. "Kue rintak itu terbuat dari sagu, kelapa, gula. Kalau kue putih itu terbuat dari campuran gula pasir dan beras ketan," katanya.
5. Yogyakarta
Tradisi Lebaran di Yogyakarta kental dengan suasana kekeluargaan. "Ciri khas Lebaran di Yogyakarta itu ada acara trah keluarga atau kumpulkumpul keluarga. Biasanya ini setelah salat ied, lalu saling bermaafmaafan dengan seluruh keluarga. Istilahnya sungkem gitu ," kata Abyan Daffa Ulaa, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Lebaran di Yogyakarta juga terkenal dengan adanya tradisi Grebeg Syawal. Tradisi ini dilaksanakan sehari setelah hari raya Idul Fitri. Pada acara Grebeg Syawal ini pihak Keraton Yogyakarta akan membuat tujuh gunungan yang akan diarak dari alun-alun utara Keraton Yogyakarta menuju tiga tempat berbeda, yaitu Masjid Gede Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan.
Tujuh gunungan ini nantinya diserahterimakan dan didoakan, lalu masyarakat dapat memperebutkan gunungan tersebut. Masyarakat percaya bahwa hasil bumi yang didapatkan dari gunungan tersebut dapat membawa berkah. Setiap tahun Tradisi Grebeg Syawal ini berhasil menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke Yogyakarta.
DEVY PUTRI NUR OKTAVIA
GEN SINDO
Institut Pertanian Bogor
(nfl)