Visi Besar Sang Ratu Modis
A
A
A
DIA adalah ibu dari Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Dia juga pernah menjadi ibu negara saat suaminya menjabat Emir Qatar.
Namun, lebih dari itu, dia populer karena kekuatan pikiran, aksi sosial, dan gaya modenya yang ikonik. Syekha Moza binti Nasser dikenal sebagai sosok yang ambisius dan fokus pada isu perempuan, anak-anak, dan pendidikan. Dikutip Forbes, dia secara aktif bekerja untuk memerangi kekerasan dalam rumah tangga, meningkatkan hak-hak buruh, dan memberi para penyandang cacat untuk mendapatkan pekerjaan. Untuk menghentikan penyebaran ekstremisme di kalangan pemuda, ibu tujuh anak ini memimpin program di kawasan Qatar untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan peluang kerja bagi kaum muda.
Dia juga memainkan peran kunci dalam mendukung visi nasional negara itu, yakni agenda luas untuk mengubah Qatar menjadi masyarakat yang berkembang, berbasis pengetahuan pada 2030 mendatang. Tak heran pada tahun ini namanya masuk dalam daftar 100 Most Powerful Arabs List di posisi ke-28. Namanya juga menjadi langganan dalam daftar 100 Wanita Paling Berpengaruh di Forbes (Forbes’ 100 Most Powerful Women ). Pada 2007 dia menempati posisi ke-79. Lalu pada tahun 2010 berada di posisi ke-74. Selama lebih dari 15 tahun, wanita yang akan berusia 59 tahun pada 8 Agustus mendatang ini telah menjadi kekuatan pendorong terjadinya reformasi pendidikan dan sosial di negaranya.
Dia dipandang sebagai teladan oleh banyak orang, terutama para kalangan muda. Dikutip Business of Fashion , dia menjabat sebagai Ketua Yayasan Qatar untuk Pendidikan, Sains dan Pengembangan Komunitas. Lalu menjadi Wakil Ketua Dewan Kesehatan dan Dewan Pendidikan Tertinggi serta Ketua Pusat Penelitian dan Medis Sidra. Dia juga terkenal sangat peduli di bidang sosial. Dia diketahui menggelontorkan dana bantuan sebesar USD7,9 miliar ke rumah sakit wanita dan anak-anak berteknologi tinggi yang baru. Di dunia internasional, Syekha Moza juga memegang banyak peranan penting.
Dia meluncurkan Education Above All (EAA) pada 2012, yakni prakarsa global yang bertujuan untuk mendorong pembangunan dan menghasilkan gerakan global, dengan fokus di bidang-bidang yang terkena dampak kemiskinan, konflik dan bencana, kebutuhan anak-anak, serta pemberdayaan pemuda dan wanita. EAA bekerja melalui sejumlah program seperti Educate a Child (EAC), Protecting Education in Insecurity and Conflict (PEIC), Al-Fakhoora, dan Reach Out To Asia (ROTA). Pada 2003 ia ditunjuk sebagai Utusan Khusus UNESCO untuk Pendidikan Dasar dan Tinggi. Lalu pada 2008 Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkatnya sebagai Duta Besar Peradaban.
Pada 2008 dia meluncurkan prakarsa Silatech untuk mengatasi tantangan yang semakin meningkat dari pekerjaan kaum muda di Timur Tengah dan Afrika Utara. Lalu dia diangkat oleh Sekretaris Jenderal PBB sebagai Duta Besar Peradaban (AOC). Pada Juni 2009 lalu dia dilantik menjadi anggota masyarakat bergengsi Prancis, Academie des Beaux Arts de líInstitut de France. Ini adalah komunitas masyarakat yang menghasilkan kesadaran seni melalui pendidikan dan membantu mengembangkan hubungan artistik di tingkat internasional. Pada 2010 ia menjadi anggota Kelompok Advokasi Tujuan Pembangunan Milenium PBB dengan penekanan khusus pendidikan dasar universal.
Lalu pada 2012, ia ditunjuk sebagai Anggota Komite Pengarah Inisiatif Utama Pendidikan Global (Global Education First Initiative) Sekretaris Jenderal PBB. Inisiatif ini bertujuan menempatkan setiap anak di sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan menumbuhkan kewarganegaraan global. Dia juga ditunjuk sebagai Pengacara PBB untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2016. Sebelumnya dia juga tercatat sebagai Kelompok Advokasi Pengembangan Milenium PBB dengan penekanan khusus pada pendidikan dasar universal.
Ikon Qatar
Salah satu yang menjadi daya tarik Syekha Moza adalah kecintaannya terhadap mode. Dia juga sempat masuk dalam daftar tokoh berpakaian terbaik internasional Vanity Fair pada 2009 dan 2012 (International Best Dressed Women List ). Saking modisnya, dia pun pernah dijuluki sebagai Jackie Onassis modern oleh desainer Inggris Julien Macdonald. Ini karena lemari pakaian resminya selama kunjungan kenegaraan ke Inggris pada Oktober 2010 begitu penuh warna dan merek ternama. Tak heran dia dikukuhkan menjadi ikon mode kala itu. Lalu, siapakah penata rambutnya yang kerap ditutupi turban? Moza mengatakan dirinyalah yang menjadi penata rambutnya sendiri.
Dia terkadang suka membuat sketsa dan bekerja sama dengan desainer papan atas untuk mendesain pakaiannya. “Ini adalah perawatan mental saya. Ketika saya lelah, saya pergi ke kamar rias dan memeriksa lemari dan mencoba mencampur berbagai hal dan memperbaiki berbagai hal. Saya tidak memiliki stylist karena saya tidak akan menemukan orang yang mengerti apa yang saya inginkan,” ungkapnya, dikutip Financial Times . Dia menegaskan, gayanya adalah menjadi sesuatu yang menghormati tradisi dan pada saat yang sama tetap terlihat modern dan praktis.
Dunia mode juga menjadi fokus awal untuk Qatar Foundation (QF) yang didirikan Moza. Termasuk Education City, kampus yang luas di pinggiran ibu kota yang menjadi tuan rumah bagi sekitar selusin lembaga pendidikan tinggi lainnya. Moza memberikan beasiswa untuk siswa Qatar pertama yang belajar mode di sekolah seni Universitas Virginia Commonwealth, yang dibuka pada 1998, dan mendukung secara langsung pascasarjana perdana. Syekha Moza telah menjadi teladan bagi banyak perempuan Qatar, yakni membantu untuk menantang status quo.
Sandra Wilkins, Ketua Departemen Mode di kampus Universitas Commonwealth Virginia di Doha, mengatakan, Moza telah menemukan gaya yang tidak menyinggung budaya dan agamanya. “Dia menyusun aturan dasar bahwa Anda bisa menjadi modis dan canggih, tetapi ada batasan,” ujarnya.
Namun, lebih dari itu, dia populer karena kekuatan pikiran, aksi sosial, dan gaya modenya yang ikonik. Syekha Moza binti Nasser dikenal sebagai sosok yang ambisius dan fokus pada isu perempuan, anak-anak, dan pendidikan. Dikutip Forbes, dia secara aktif bekerja untuk memerangi kekerasan dalam rumah tangga, meningkatkan hak-hak buruh, dan memberi para penyandang cacat untuk mendapatkan pekerjaan. Untuk menghentikan penyebaran ekstremisme di kalangan pemuda, ibu tujuh anak ini memimpin program di kawasan Qatar untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan peluang kerja bagi kaum muda.
Dia juga memainkan peran kunci dalam mendukung visi nasional negara itu, yakni agenda luas untuk mengubah Qatar menjadi masyarakat yang berkembang, berbasis pengetahuan pada 2030 mendatang. Tak heran pada tahun ini namanya masuk dalam daftar 100 Most Powerful Arabs List di posisi ke-28. Namanya juga menjadi langganan dalam daftar 100 Wanita Paling Berpengaruh di Forbes (Forbes’ 100 Most Powerful Women ). Pada 2007 dia menempati posisi ke-79. Lalu pada tahun 2010 berada di posisi ke-74. Selama lebih dari 15 tahun, wanita yang akan berusia 59 tahun pada 8 Agustus mendatang ini telah menjadi kekuatan pendorong terjadinya reformasi pendidikan dan sosial di negaranya.
Dia dipandang sebagai teladan oleh banyak orang, terutama para kalangan muda. Dikutip Business of Fashion , dia menjabat sebagai Ketua Yayasan Qatar untuk Pendidikan, Sains dan Pengembangan Komunitas. Lalu menjadi Wakil Ketua Dewan Kesehatan dan Dewan Pendidikan Tertinggi serta Ketua Pusat Penelitian dan Medis Sidra. Dia juga terkenal sangat peduli di bidang sosial. Dia diketahui menggelontorkan dana bantuan sebesar USD7,9 miliar ke rumah sakit wanita dan anak-anak berteknologi tinggi yang baru. Di dunia internasional, Syekha Moza juga memegang banyak peranan penting.
Dia meluncurkan Education Above All (EAA) pada 2012, yakni prakarsa global yang bertujuan untuk mendorong pembangunan dan menghasilkan gerakan global, dengan fokus di bidang-bidang yang terkena dampak kemiskinan, konflik dan bencana, kebutuhan anak-anak, serta pemberdayaan pemuda dan wanita. EAA bekerja melalui sejumlah program seperti Educate a Child (EAC), Protecting Education in Insecurity and Conflict (PEIC), Al-Fakhoora, dan Reach Out To Asia (ROTA). Pada 2003 ia ditunjuk sebagai Utusan Khusus UNESCO untuk Pendidikan Dasar dan Tinggi. Lalu pada 2008 Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkatnya sebagai Duta Besar Peradaban.
Pada 2008 dia meluncurkan prakarsa Silatech untuk mengatasi tantangan yang semakin meningkat dari pekerjaan kaum muda di Timur Tengah dan Afrika Utara. Lalu dia diangkat oleh Sekretaris Jenderal PBB sebagai Duta Besar Peradaban (AOC). Pada Juni 2009 lalu dia dilantik menjadi anggota masyarakat bergengsi Prancis, Academie des Beaux Arts de líInstitut de France. Ini adalah komunitas masyarakat yang menghasilkan kesadaran seni melalui pendidikan dan membantu mengembangkan hubungan artistik di tingkat internasional. Pada 2010 ia menjadi anggota Kelompok Advokasi Tujuan Pembangunan Milenium PBB dengan penekanan khusus pendidikan dasar universal.
Lalu pada 2012, ia ditunjuk sebagai Anggota Komite Pengarah Inisiatif Utama Pendidikan Global (Global Education First Initiative) Sekretaris Jenderal PBB. Inisiatif ini bertujuan menempatkan setiap anak di sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan menumbuhkan kewarganegaraan global. Dia juga ditunjuk sebagai Pengacara PBB untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2016. Sebelumnya dia juga tercatat sebagai Kelompok Advokasi Pengembangan Milenium PBB dengan penekanan khusus pada pendidikan dasar universal.
Ikon Qatar
Salah satu yang menjadi daya tarik Syekha Moza adalah kecintaannya terhadap mode. Dia juga sempat masuk dalam daftar tokoh berpakaian terbaik internasional Vanity Fair pada 2009 dan 2012 (International Best Dressed Women List ). Saking modisnya, dia pun pernah dijuluki sebagai Jackie Onassis modern oleh desainer Inggris Julien Macdonald. Ini karena lemari pakaian resminya selama kunjungan kenegaraan ke Inggris pada Oktober 2010 begitu penuh warna dan merek ternama. Tak heran dia dikukuhkan menjadi ikon mode kala itu. Lalu, siapakah penata rambutnya yang kerap ditutupi turban? Moza mengatakan dirinyalah yang menjadi penata rambutnya sendiri.
Dia terkadang suka membuat sketsa dan bekerja sama dengan desainer papan atas untuk mendesain pakaiannya. “Ini adalah perawatan mental saya. Ketika saya lelah, saya pergi ke kamar rias dan memeriksa lemari dan mencoba mencampur berbagai hal dan memperbaiki berbagai hal. Saya tidak memiliki stylist karena saya tidak akan menemukan orang yang mengerti apa yang saya inginkan,” ungkapnya, dikutip Financial Times . Dia menegaskan, gayanya adalah menjadi sesuatu yang menghormati tradisi dan pada saat yang sama tetap terlihat modern dan praktis.
Dunia mode juga menjadi fokus awal untuk Qatar Foundation (QF) yang didirikan Moza. Termasuk Education City, kampus yang luas di pinggiran ibu kota yang menjadi tuan rumah bagi sekitar selusin lembaga pendidikan tinggi lainnya. Moza memberikan beasiswa untuk siswa Qatar pertama yang belajar mode di sekolah seni Universitas Virginia Commonwealth, yang dibuka pada 1998, dan mendukung secara langsung pascasarjana perdana. Syekha Moza telah menjadi teladan bagi banyak perempuan Qatar, yakni membantu untuk menantang status quo.
Sandra Wilkins, Ketua Departemen Mode di kampus Universitas Commonwealth Virginia di Doha, mengatakan, Moza telah menemukan gaya yang tidak menyinggung budaya dan agamanya. “Dia menyusun aturan dasar bahwa Anda bisa menjadi modis dan canggih, tetapi ada batasan,” ujarnya.
(don)