Mengikuti Tren Hollywood, Incredibles 2 Lebih Meriah dan Kocak
A
A
A
“UNTUNG” saja Toy Story 4 diundur jadwal perilisannya. Jika tidak, maka waktu 14 tahun menunggu sekuel keluarga superhero ini bisa lebih panjang lagi masanya.
Juni tahun ini mestinya kisah tentang mainan hidup tersebut yang menjadi film perwakilan Pixar di jaringan bioskop. Namun, karena beragam faktor, termasuk perombakan cerita, maka perilisan Toy Story 4 diundur menjadi Juni tahun depan. Sementara Incredibles 2 yang dianggap lebih siap duluan, lalu dimajukan jadwal tayangnya menjadi tahun ini.
Dengan jadwal kemunculan yang lebih awal, Incredibles 2 nyatanya tak mengecewakan. Malah bisa dibilang, sutradara Brad Bird mampu melipatgandakan apa-apa yang sudah tersaji dalam film pertama, yang juga diarahkannya. Baik dari segi cerita, laganya, keseruannya, juga sisi leluconnya.
Dari segi cerita, Incredibles 2 berusaha mengikuti tren yang tengah terjadi di Hollywood. Yaitu menciptakan karakter-karakter perempuan yang kuat, dan berpengaruh besar pada jalannya cerita. Pada film pertama, Bob (Craig T Nelson) yang banyak terjun di lapangan sebagai pahlawan.
Kini giliran istrinya, Helen alias Elastigirl (Helen Hunter) yang meninggalkan rumah dan jadi pahlawan di jalanan. Ini bermula dari pemerintah yang menganggap cara Incredibles melawan penjahat menimbulkan kerugian materi yang berlimpah. Kota jadi hancur.
Pemerintah akhirnya menghentikan proyek superhero, dan meminta keluarga Bob untuk “tiarap” sebagai pahlawan super. Di tengah kefrustrasian karena lagi-lagi harus menyembunyikan kekuatan super mereka, tiba-tiba ada dua kakak beradik kaya raya Winston (Bob Odenkirk) dan Evelyn (Catherine Keener).
Keduanya bersedia membantu mereka untuk tampil lagi sebagai superhero. Namun, sebagai permulaan, hanya Helen yang boleh beraksi kembali karena dia mampu meminimalkan kerusakan dibandingkan Bob.
Rencananya adalah, Helen beraksi secantik mungkin memberantas kejahatan dengan kerusakan kota seminim mungkin, lalu Winston yang jago ngomong akan mempromosikan kerja Helen demi merebut simpati publik. Sementara Evelyn yang jago teknologi dan jenius, bekerja di belakang layar menciptakan teknologi canggih bagi Helen.
Nah, sampai di sini, cerita tentang emansipasi perempuan, adegan laga, gawai canggih, hingga kemunculan sederet pahlawan superhero baru akan mendapat tempatnya untuk dieksplorasi. Di bagian inilah, semua elemen itu disajikan meriah, besar, khas film blockbuster .
Sementara nilai komedi sekaligus pesan penting tentang berbagi tugas dalam keluarga hadir saat kita melihat Bob menggantikan tugas Helen mengurus rumah dan mengasuh tiga anak perempuan dengan tingkat kerumitannya masing-masing.
Violet (Sarah Vowell) dengan kegalauan percintaannya sebagai remaja, Dash (Huck Milner) dengan kenakalan khas anak-anak dan kesulitannya mengerjakan PR. Juga tentu saja Jack Jack (Eli Fucile/Nicholas Bird) si bayi ajaib yang sukses jadi karakter paling menggemaskan sekaligus menyumbang tawa paling banyak untuk penonton.
Jika segala adegan aksi yang dilakukan Helen, Frozone, Bob, dan segenap superhero lainnya terasa membosankan karena bukan hal baru dalam semesta film pahlawan super, maka Jack Jack dijamin tetap akan memberikan hiburan menyenangkan bagi penonton. Apalagi ditambah kemunculan kembali desainer nyentrik yang superpercaya diri dan kadang sarkastis, Edna Mode (Brad Bird). Lengkaplah sudah kelucuannya.
Pesan tentang kebersamaan dalam keluarga juga kembali diulang, membuatnya jadi film yang hangat sebagai film keluarga, meski lagi-lagi Incredibles 2 masih terasa kurang mengeksplorasi sisi emosional penonton. Bagian ini, menariknya, justru malah terasa kental dalam film pendek Bao yang diputar tepat sebelum Incredibles 2 dimulai.
Juni tahun ini mestinya kisah tentang mainan hidup tersebut yang menjadi film perwakilan Pixar di jaringan bioskop. Namun, karena beragam faktor, termasuk perombakan cerita, maka perilisan Toy Story 4 diundur menjadi Juni tahun depan. Sementara Incredibles 2 yang dianggap lebih siap duluan, lalu dimajukan jadwal tayangnya menjadi tahun ini.
Dengan jadwal kemunculan yang lebih awal, Incredibles 2 nyatanya tak mengecewakan. Malah bisa dibilang, sutradara Brad Bird mampu melipatgandakan apa-apa yang sudah tersaji dalam film pertama, yang juga diarahkannya. Baik dari segi cerita, laganya, keseruannya, juga sisi leluconnya.
Dari segi cerita, Incredibles 2 berusaha mengikuti tren yang tengah terjadi di Hollywood. Yaitu menciptakan karakter-karakter perempuan yang kuat, dan berpengaruh besar pada jalannya cerita. Pada film pertama, Bob (Craig T Nelson) yang banyak terjun di lapangan sebagai pahlawan.
Kini giliran istrinya, Helen alias Elastigirl (Helen Hunter) yang meninggalkan rumah dan jadi pahlawan di jalanan. Ini bermula dari pemerintah yang menganggap cara Incredibles melawan penjahat menimbulkan kerugian materi yang berlimpah. Kota jadi hancur.
Pemerintah akhirnya menghentikan proyek superhero, dan meminta keluarga Bob untuk “tiarap” sebagai pahlawan super. Di tengah kefrustrasian karena lagi-lagi harus menyembunyikan kekuatan super mereka, tiba-tiba ada dua kakak beradik kaya raya Winston (Bob Odenkirk) dan Evelyn (Catherine Keener).
Keduanya bersedia membantu mereka untuk tampil lagi sebagai superhero. Namun, sebagai permulaan, hanya Helen yang boleh beraksi kembali karena dia mampu meminimalkan kerusakan dibandingkan Bob.
Rencananya adalah, Helen beraksi secantik mungkin memberantas kejahatan dengan kerusakan kota seminim mungkin, lalu Winston yang jago ngomong akan mempromosikan kerja Helen demi merebut simpati publik. Sementara Evelyn yang jago teknologi dan jenius, bekerja di belakang layar menciptakan teknologi canggih bagi Helen.
Nah, sampai di sini, cerita tentang emansipasi perempuan, adegan laga, gawai canggih, hingga kemunculan sederet pahlawan superhero baru akan mendapat tempatnya untuk dieksplorasi. Di bagian inilah, semua elemen itu disajikan meriah, besar, khas film blockbuster .
Sementara nilai komedi sekaligus pesan penting tentang berbagi tugas dalam keluarga hadir saat kita melihat Bob menggantikan tugas Helen mengurus rumah dan mengasuh tiga anak perempuan dengan tingkat kerumitannya masing-masing.
Violet (Sarah Vowell) dengan kegalauan percintaannya sebagai remaja, Dash (Huck Milner) dengan kenakalan khas anak-anak dan kesulitannya mengerjakan PR. Juga tentu saja Jack Jack (Eli Fucile/Nicholas Bird) si bayi ajaib yang sukses jadi karakter paling menggemaskan sekaligus menyumbang tawa paling banyak untuk penonton.
Jika segala adegan aksi yang dilakukan Helen, Frozone, Bob, dan segenap superhero lainnya terasa membosankan karena bukan hal baru dalam semesta film pahlawan super, maka Jack Jack dijamin tetap akan memberikan hiburan menyenangkan bagi penonton. Apalagi ditambah kemunculan kembali desainer nyentrik yang superpercaya diri dan kadang sarkastis, Edna Mode (Brad Bird). Lengkaplah sudah kelucuannya.
Pesan tentang kebersamaan dalam keluarga juga kembali diulang, membuatnya jadi film yang hangat sebagai film keluarga, meski lagi-lagi Incredibles 2 masih terasa kurang mengeksplorasi sisi emosional penonton. Bagian ini, menariknya, justru malah terasa kental dalam film pendek Bao yang diputar tepat sebelum Incredibles 2 dimulai.
(don)