Sara Blakely Komitmen di Bisnis Pakaian Dalam

Jum'at, 10 Agustus 2018 - 11:57 WIB
Sara Blakely Komitmen...
Sara Blakely Komitmen di Bisnis Pakaian Dalam
A A A
Sara Blakely adalah seorang pengusaha asal Amerika. Pendiri perusahaan pakaian dalam terkemuka, Spanx, ini menjadi miliarder perempuan di dunia.

Perempuan yang bernama lengkap Sara Treleaven Blakely ini lahir pada 27 Februari 1971 di Clearwater, Florida, Amerika Serikat. Dia adalah putri Ellen Ford, seorang seniman, dan pengacara John Blakely. Dia memiliki saudara lakilaki yang berprofesi sebagai seniman bernama Ford Blakely.

Perempuan yang akrab disapa Sara ini menamatkan pendidikannya di Clearwater High School dan lulus dari Florida State University dengan gelar komunikasi. Mulanya dia ingin menjadi pengacara seperti ayahnya, tetapi gagal tes LSAT (Law School Admission Test ) beberapa kali dan akhirnya mengurungkan niat menjadi pengacara.

Untuk mengisi waktu luangnya setelah lulus kuliah, Sara mencoba mendaftar sebagai Goofy di Disney World, tetapi tidak diterima karena dinilai terlalu pendek. Tidak berapa lama kemudian, Sara pun mendapatkan pekerjaan sebagai penjual door to door mesin faks. Dia bertugas sebagai penjual ke perusahaanperusahaan. Tidak jarang, Sara sering mengalami penolakan, bahkan diusir saat berjualan. Dia pun bertahan tujuh tahun sebagai penjual mesin faks.

“Saya terusmenerus dikawal keluar gedung. Orangorang akan merobek kartu nama saya di depan wajah saya, yang merupakan kejadian biasa,” ujar Sara, dilansir forbes.com.

Suatu hari Sara diundang untuk menghadiri sebuah pesta. Untuk penampilan terbaiknya, Sara pun membeli stocking seharga USD78 (Rp1,1 juta) di Arden B. Namun sayangnya, stocking yang dia pakai tidak nyaman dan kainnya menggulung sepanjang malam. Dari sanalah ide bisnis untuk menciptakan pakaian dalam yang nyaman muncul.

“Saya tidak pernah bekerja di dunia fashion atau ritel. Saya hanya butuh pakaian dalam yang nyaman,” ujar Sara. Sara pun berpikir bahwa industri pakaian dalam perempuan membutuhkan perspektif perempuan. Dia pun mengembangkan pendekatan yang baru untuk produk pakaian dalamnya.

“Saya heran mengapa banyak perusahaan garmen yang mengujicobakan produknya pada boneka manekin, bukan perempuan sungguhan,” ujar Sara. Pada usia 27 tahun dan berbekal uang tabungan sebesar USD5.000 (Rp72 juta), Sara pun mendirikan perusahaan pakaian dalam Spanx pada 2000.

Sebelumnya dia melakukan banyak riset dengan mengunjungi perpustakaan Georgia Tech untuk meneliti setiap paten kaus kaki yang pernah diajukan. Dia juga mengunjungi toko kerajinan Michaels untuk menemukan kain yang tepat. Dari hasil riset tersebut, Sara tahu banyak hal, seperti pakaian dalam perempuan, paten produk baru, manufaktur, dan pemasaran.

Dia juga paham pengembangan produk, pengembangan website , dan perdagangan online. Sara berhasil mengatur pertemuan dengan perwakilan Neiman Marcus Group, sebuah perusahaan department store di Amerika Serikat. Dari hasil pertemuan tersebut, Sara berhasil menjual produknya di tujuh toko Neiman Marcus.

Tidak butuh waktu lama, Sara juga menjual produknya di Bloomingdales, Saks, dan Bergdorf Goodman. Pada 2001, Sara mengirim sekeranjang produk pakaian dalam ke program televisi Oprah Winfrey Show .

Keranjang tersebut dilengkapi sebuah kartu yang menjelaskan apa yang sedang dia coba kembangkan. Tidak lama kemudian, Sara pun diundang ke acara Oprah. Oprah bahkan menjuluki pakaian dalam produksi Spanx sebagai Favorite Thing. Setelah muncul di acara Oprah, Sara dan produk pakaian dalamnya, Spanx, melonjak populer. Pada hari tersebut, pakaian dalam Spanx terjual 20.000 potong. “Saya melibatkan banyak tim untuk membantu saya. Saya selalu bergairah untuk memperkenalkan produk baru Spanx. Berkat kerja tim, semua berjalan lancar,” ujar Sara.

Selama beberapa tahun terakhir, Sara telah menjual produknya di seluruh ritel di Amerika Serikat. Produknya juga telah dijual di 65 negara. Pada 2012, oleh majalah Forbes , Sara menjadi miliarder perempuan termuda. Pada 2018 ini, Sara masuk daftar Self-Made Women 2018 urutan ke 21 dengan kekayaan mencapai USD1,1 miliar (Rp15,8 triliun).
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1172 seconds (0.1#10.140)