Tari Topeng Ireng Khas Boyolali Mengguncang Stockholm
A
A
A
STOCKHOLM - Memperkenalkan budaya asli Indonesia kepada dunia dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah pementasan tari tradisional di luar negeri. Berlokasi di Kungstrad Garden, Stockholm, Swedia, Kedutaan besar Indonesia untuk Swedia menggelar acara bertema kampung Indonesia selama 2 hari berturut-turut.
Kemeriahan acara terasa dari penampilan dari penampilan beragam tarian khas Indonesia, salah satunya yang ditampilkan oleh anak-anak duta seni dan misi kebudayaan pelajar Boyolali. Tak hanya satu, namun ada beberapa tarian yang mereka sajikan. Mulai dari kusuma bangsa, kolo krido, bedaya temanten, jaran kepang, gotong royong, dan tari topeng ireng.
Lincah gerakan penari seirama dengan lagu yang didendangkan, terlebih make-up dan kostum yang mereka kenakan sangatlah mencolok dan penuh dengan warna. Hal ini sudah pasti mengundang banyak mata untuk menyaksikannya.
Dubes Indonesia untuk Swedia, Bagas Hapsoro, mengatakan sudah lama untuk mempersiapkan tarian tersebut. Menurut dia, tarian yang dipersembahkan tersebut, melambangkan bakti terhadap negara, yakni kesuma negara.
"Ya, kita sudah cukup lama untuk mempersiapkan. Baik untuk menghubungi kawan-kawan dari Indonesia, dan alhamdulillah responsnya cukup bagus. Dari pemerintah daerah Jawa Barat, kemudian juga dari Yogyakarta dan alhamdulillah juga kita akan menerima pemerintah kabupaten, Pemkab Boyolali. Jadi atas arahan dari pak bupati juga kami senang sekali. Dengan adanya pementasan tersebut, diharapkan Indonesia bisa memajukan trade tourism dan investment,” beber Bagas.
"Tapi yang paling keliatan hasilnya adalah turisme. Turisme ini bisa mencapai sekarang ini untuk Indonesia dari waktu tahun 2016. Volume turis tahun 2016 itu 39.000. Turis dari mancanegara, wisman itu 39.000 dari Swedia. Nah kemarin akhir tahun 2017, itu sudah sampai 51.000. Jadi lonjakan tiap tahun itu besar, jadi kurang lebih kalau dari statistik kementerian pariwisata 23,6%. Ini luar biasa melebihi rata-rata kenaikan untuk negara asia kemudian juga total dunia," lanjut Bagas.
Sementara Diana Ring, Head Marketing MNC Travel menyambut baik pementasan tari tradisional di Eropa. Dia mengatakan potensi wisata dan budaya alam di Indonesia khususnya Boyolali sangat besar.
"Dan saya yakin dengan adanya perform Boyolali datang ke Swedia ini bisa meng-grab wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia khususnya Boyolali," bebernya.
Diwawancarai terpisah, Bupati Boyolali Seno Samodro membeberkan, alasan pentaskan topeng ireng di Swedia. Salah satunya, tarian tersebut adalah maskot dan menjadi ikon tari di lereng Gunung Merapi.
"Dan ternyata ini menjadi maskot, baik di Barcelona, Venesia, di New York bahkan di halaman Universitas Harvard pun mendapat applaus yang luar biasa. Oleh karena itu setiap tahun ini yang kita jadikan maskot dari tujuh rancangan tarian yang kita siapkan,” beber Seno.
Tarian topi ireng juga miliki pesan-pesan tersendiri. “Sebagai orang jawa dan sekarang menjadi pejabat wis samestine nguri-uri kabudayaan Jawi (sudah semestinya melestarikan kebudayaan Jawa), entah di manapun berada. Karena saya punya kemampuan, maka saya mengirimkan, memamerkan budaya Jawa ini di pentas tingkat internasional. Saya yakin semua pada senang,” tutur Seno.
Atas keberhasilan Indonesia Festival Indonesia di Eropa, Seno pun memberikan apreasiasi kepada MNC Travel yang telah mendukung festival ini hingga sukses.
“Saya terima kasih MNC ikut bergabung, kenapa baru sekarang kita sudah enam tahun berturut-turut tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Sekali lagi terima kasih untuk MNC Group semoga kerja sama ini semakin mesra dan kemesraan ini janganlah cepat berlalu," kata dia.
Festival Indonesia di Eropa ini merupakan sebuah event yang berkelas dunia. Kabupaten Boyolali telah mengikuti event ini di beberapa kota besar di Eropa sebanyak 6 kali.
Kemeriahan acara terasa dari penampilan dari penampilan beragam tarian khas Indonesia, salah satunya yang ditampilkan oleh anak-anak duta seni dan misi kebudayaan pelajar Boyolali. Tak hanya satu, namun ada beberapa tarian yang mereka sajikan. Mulai dari kusuma bangsa, kolo krido, bedaya temanten, jaran kepang, gotong royong, dan tari topeng ireng.
Lincah gerakan penari seirama dengan lagu yang didendangkan, terlebih make-up dan kostum yang mereka kenakan sangatlah mencolok dan penuh dengan warna. Hal ini sudah pasti mengundang banyak mata untuk menyaksikannya.
Dubes Indonesia untuk Swedia, Bagas Hapsoro, mengatakan sudah lama untuk mempersiapkan tarian tersebut. Menurut dia, tarian yang dipersembahkan tersebut, melambangkan bakti terhadap negara, yakni kesuma negara.
"Ya, kita sudah cukup lama untuk mempersiapkan. Baik untuk menghubungi kawan-kawan dari Indonesia, dan alhamdulillah responsnya cukup bagus. Dari pemerintah daerah Jawa Barat, kemudian juga dari Yogyakarta dan alhamdulillah juga kita akan menerima pemerintah kabupaten, Pemkab Boyolali. Jadi atas arahan dari pak bupati juga kami senang sekali. Dengan adanya pementasan tersebut, diharapkan Indonesia bisa memajukan trade tourism dan investment,” beber Bagas.
"Tapi yang paling keliatan hasilnya adalah turisme. Turisme ini bisa mencapai sekarang ini untuk Indonesia dari waktu tahun 2016. Volume turis tahun 2016 itu 39.000. Turis dari mancanegara, wisman itu 39.000 dari Swedia. Nah kemarin akhir tahun 2017, itu sudah sampai 51.000. Jadi lonjakan tiap tahun itu besar, jadi kurang lebih kalau dari statistik kementerian pariwisata 23,6%. Ini luar biasa melebihi rata-rata kenaikan untuk negara asia kemudian juga total dunia," lanjut Bagas.
Sementara Diana Ring, Head Marketing MNC Travel menyambut baik pementasan tari tradisional di Eropa. Dia mengatakan potensi wisata dan budaya alam di Indonesia khususnya Boyolali sangat besar.
"Dan saya yakin dengan adanya perform Boyolali datang ke Swedia ini bisa meng-grab wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia khususnya Boyolali," bebernya.
Diwawancarai terpisah, Bupati Boyolali Seno Samodro membeberkan, alasan pentaskan topeng ireng di Swedia. Salah satunya, tarian tersebut adalah maskot dan menjadi ikon tari di lereng Gunung Merapi.
"Dan ternyata ini menjadi maskot, baik di Barcelona, Venesia, di New York bahkan di halaman Universitas Harvard pun mendapat applaus yang luar biasa. Oleh karena itu setiap tahun ini yang kita jadikan maskot dari tujuh rancangan tarian yang kita siapkan,” beber Seno.
Tarian topi ireng juga miliki pesan-pesan tersendiri. “Sebagai orang jawa dan sekarang menjadi pejabat wis samestine nguri-uri kabudayaan Jawi (sudah semestinya melestarikan kebudayaan Jawa), entah di manapun berada. Karena saya punya kemampuan, maka saya mengirimkan, memamerkan budaya Jawa ini di pentas tingkat internasional. Saya yakin semua pada senang,” tutur Seno.
Atas keberhasilan Indonesia Festival Indonesia di Eropa, Seno pun memberikan apreasiasi kepada MNC Travel yang telah mendukung festival ini hingga sukses.
“Saya terima kasih MNC ikut bergabung, kenapa baru sekarang kita sudah enam tahun berturut-turut tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Sekali lagi terima kasih untuk MNC Group semoga kerja sama ini semakin mesra dan kemesraan ini janganlah cepat berlalu," kata dia.
Festival Indonesia di Eropa ini merupakan sebuah event yang berkelas dunia. Kabupaten Boyolali telah mengikuti event ini di beberapa kota besar di Eropa sebanyak 6 kali.
(alv)