Review Film The Darkest Minds
A
A
A
JAKARTA - Film tentang petualangan remaja mengarungi kehidupan untuk mencari jati diri memang sering dibuat. Dari Hunger Games sampai Maze Runner, film yang dibuat trilogi ini menciptakan massa tersendiri. Ini pula yang sedang dicoba Fox dengan The Darkest Minds.
Film yang diangkat dari seri pertama novel trilogi laris dengan judul sama karya Alexandra Bracken ini mengisahkan tentang menghilangnya anak-anak di Amerika Serikat (AS) akibat wabah virus IAAN. Mereka yang terkena dipastikan tidak akan selamat. Sementara, para penyintas mendapatkan kekuatan super yang dikategorikan dalam warna hijau, biru, merah dan oranye. Merah dan oranye dikategorikan sebagai kelompok yang berbahaya.
Salah satu penyintas itu adalah Ruby Daly (Amandla Stenberg). Sebagai penyintas, dia masuk ke sebuah kamp khusus penyintas dan diperlakukan dengan tidak layak. Dia kemudian kabur dengan bantuan seorang dokter bernama Cate Begbie (Mandy Moore). Di tengah perjalanan, dia bertemu tiga penyintas pelarian, yaitu Liam, Chubs dan Zu. Ruby kemudian bergabung dengan tiga orang itu untuk pergi ke sebuah tempat di mana anak-anak seperti mereka bisa hidup dengan normal.
Kisah yang disajikan di film ini sebenarnya ringan dan sudah umum terjadi di film-film bergenre sama, yaitu adaptasi buku kisah remaja. Bumbu percintaan di film ini pun tidak istimewa karena sudah bisa ditebak sejak awal.
Aksi-aksi yang ditawarkan film ini kurang menegangkan. Sutradara Jennifer Yuh Nelson sepertinya gagal memberikan tontonan seru yang tidak terkesan seperti de javu dengan film sejenis. Meski menawarkan petualangan remaja dengan kekuatan super, tapi alur ceritanya mirip dengan kisah yang sudah ada sehingga film ini tidak menawarkan sesatu yang baru.
The Darkest Minds adalah film remaja dengan kisah tipikal dengan aksi yang tidak terlalu istimewa. Yang membuatnya sedikit berbeda adalah bagian akhirnya yang menggantung. Mungkin untuk persiapan seri keduanya.
Film yang diangkat dari seri pertama novel trilogi laris dengan judul sama karya Alexandra Bracken ini mengisahkan tentang menghilangnya anak-anak di Amerika Serikat (AS) akibat wabah virus IAAN. Mereka yang terkena dipastikan tidak akan selamat. Sementara, para penyintas mendapatkan kekuatan super yang dikategorikan dalam warna hijau, biru, merah dan oranye. Merah dan oranye dikategorikan sebagai kelompok yang berbahaya.
Salah satu penyintas itu adalah Ruby Daly (Amandla Stenberg). Sebagai penyintas, dia masuk ke sebuah kamp khusus penyintas dan diperlakukan dengan tidak layak. Dia kemudian kabur dengan bantuan seorang dokter bernama Cate Begbie (Mandy Moore). Di tengah perjalanan, dia bertemu tiga penyintas pelarian, yaitu Liam, Chubs dan Zu. Ruby kemudian bergabung dengan tiga orang itu untuk pergi ke sebuah tempat di mana anak-anak seperti mereka bisa hidup dengan normal.
Kisah yang disajikan di film ini sebenarnya ringan dan sudah umum terjadi di film-film bergenre sama, yaitu adaptasi buku kisah remaja. Bumbu percintaan di film ini pun tidak istimewa karena sudah bisa ditebak sejak awal.
Aksi-aksi yang ditawarkan film ini kurang menegangkan. Sutradara Jennifer Yuh Nelson sepertinya gagal memberikan tontonan seru yang tidak terkesan seperti de javu dengan film sejenis. Meski menawarkan petualangan remaja dengan kekuatan super, tapi alur ceritanya mirip dengan kisah yang sudah ada sehingga film ini tidak menawarkan sesatu yang baru.
The Darkest Minds adalah film remaja dengan kisah tipikal dengan aksi yang tidak terlalu istimewa. Yang membuatnya sedikit berbeda adalah bagian akhirnya yang menggantung. Mungkin untuk persiapan seri keduanya.
(alv)