Amal Clooney, Pengacara dan Aktivis Ternama
A
A
A
AMAL Clooney semakin dikenal publik setelah pernikahannya dengan aktor tampan George Clooney. Namun, sebelum menikah dengan George, Amal sudah lebih dulu dikenal sebagai seorang pengacara dan aktivis.
Perempuan bernama asli Amal Ramzi Alamuddin ini lahir di Beirut, Lebanon, 40 tahun lalu. Ayahnya bernama Ramzi Alamuddin, profesor studi bisnis di Universitas Amerika di Beirut.
Sementara, Baria Alamuddin merupakan nama Ibunya yang berprofesi sebagai jurnalis politik di salah satu surat kabar terkenal di kawasan Arab, al-Hayat. “Masa kehamilan ibu saat mengandung saya adalah masa kehamilan yang agak sulit.
Dia memiliki masalah plasenta previa dan dia harus menghabiskan dua bulan di rumah sakit,” ujar Amal, seperti dilansir Dailymail.co.uk. Saat Amal masih berusia 2 tahun, konflik pecah di negara tempat kelahirannya, Lebanon. Hal ini memaksa Amal dan keluarganya mengungsi ke Inggris.
Di Inggris, Amal mendapatkan pendidikan yang baik sehingga membuatnya tertarik untuk menekuni bidang hukum. Amal menempuh pendidikan tinggi di St Hugh’s College di Universitas Oxford. Pada 2001 dia mengambil pendidikan master jurusan hukum di Universitas New York.
Saat kuliah di New York, dia bekerja sebagai staf untuk perempuan yang kini menjadi salah seorang hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat Sonia Sotomayor. “Ketika itu Sonia menjadi hakim Pengadilan Tinggi Tingkat Banding,” ujar Amal.
Sejak masa kuliah, kemampuan Amal di bidang hukum sudah mendapatkan banyak pengakuan. Saat mengambil gelar master di New York University School of Law 2001 lalu, ia menerima penghargaan Jack J. Katz Memorial untuk keunggulannya dalam bidang hukum hiburan.
Setelah lulus dari Universitas New York, Amal bekerja menjadi staf litigasi kantor hukum Sullivan & Cromwell di New York. Di kantor hukum tersebut, Amal membidangi hukum AS dan internasional selama tiga tahun.
“Selama bekerja di sana, saya menjadi pendamping klien yang tengah diselidiki atas perbuatan kriminal, termasuk pelaku kejahatan dari perusahaan Enron,” ujar Amal. Amal saat ini bekerja untuk firma hukum Doughty Street di London, Inggris.
Firma hukum ini mengkhususkan pada hukum internasional, hak asasi manusia, ekstradisi, dan hukum kriminal. Amal juga menjadi penasihat hukum Raja Bahrain dan menjadi pengacara pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Selain dikenal sebagai pengacara, Amal juga dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia.
Dia telah bergabung bersama Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Amal telah terlibat dalam kasuskasus profil tinggi yang mewakili negara Kamboja, mantan kepala intelijen Libya Abdallah Al Senussi, dan mantan perdana menteri Ukraina, Yulia Tymoshenko.
Pada 2011 Amal membantu Pengadilan Arbitrase Permanen dalam arbitrase antara Merck Sharp dan Dohme dan Republik Ekuador. Pada 2013 Amal telah ditunjuk oleh sejumlah komisi PBB, termasuk sebagai penasihat Kofi Annan untuk Suriah dan sebagai penasihat bagi Ben Emmerson QC, rapporteur untuk HAM PBB.
Pada Agustus 2014 Amal dipilih menjadi salah satu dari tiga anggota komisi PBB untuk menyelidiki adanya pelanggaran peraturan perang di Gaza selama konflik Israel-Gaza. Namun, kala itu ia harus menolak permintaan tersebut.
“Saya merasa situasi di Jalur Gaza sangat mengerikan, terutama para korban sipil, dan saya percaya bahwa harus ada penyelidikan independen dan pertanggungjawaban atas kejahatan yang telah dilakukan,” ungkap Amal.
Pada tahun 2014 pula Amal mewakili jurnalis Kanada Al Jazeera , Mohamed Fahmy, yang bersama dengan wartawan lainnya, ditahan di Mesir. “Mohamed Fahmy akhirnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dan kehilangan pengadilan ulang pada Agustus 2015 sebelum akhirnya diampuni oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi,” sebut Amal.
Perempuan bernama asli Amal Ramzi Alamuddin ini lahir di Beirut, Lebanon, 40 tahun lalu. Ayahnya bernama Ramzi Alamuddin, profesor studi bisnis di Universitas Amerika di Beirut.
Sementara, Baria Alamuddin merupakan nama Ibunya yang berprofesi sebagai jurnalis politik di salah satu surat kabar terkenal di kawasan Arab, al-Hayat. “Masa kehamilan ibu saat mengandung saya adalah masa kehamilan yang agak sulit.
Dia memiliki masalah plasenta previa dan dia harus menghabiskan dua bulan di rumah sakit,” ujar Amal, seperti dilansir Dailymail.co.uk. Saat Amal masih berusia 2 tahun, konflik pecah di negara tempat kelahirannya, Lebanon. Hal ini memaksa Amal dan keluarganya mengungsi ke Inggris.
Di Inggris, Amal mendapatkan pendidikan yang baik sehingga membuatnya tertarik untuk menekuni bidang hukum. Amal menempuh pendidikan tinggi di St Hugh’s College di Universitas Oxford. Pada 2001 dia mengambil pendidikan master jurusan hukum di Universitas New York.
Saat kuliah di New York, dia bekerja sebagai staf untuk perempuan yang kini menjadi salah seorang hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat Sonia Sotomayor. “Ketika itu Sonia menjadi hakim Pengadilan Tinggi Tingkat Banding,” ujar Amal.
Sejak masa kuliah, kemampuan Amal di bidang hukum sudah mendapatkan banyak pengakuan. Saat mengambil gelar master di New York University School of Law 2001 lalu, ia menerima penghargaan Jack J. Katz Memorial untuk keunggulannya dalam bidang hukum hiburan.
Setelah lulus dari Universitas New York, Amal bekerja menjadi staf litigasi kantor hukum Sullivan & Cromwell di New York. Di kantor hukum tersebut, Amal membidangi hukum AS dan internasional selama tiga tahun.
“Selama bekerja di sana, saya menjadi pendamping klien yang tengah diselidiki atas perbuatan kriminal, termasuk pelaku kejahatan dari perusahaan Enron,” ujar Amal. Amal saat ini bekerja untuk firma hukum Doughty Street di London, Inggris.
Firma hukum ini mengkhususkan pada hukum internasional, hak asasi manusia, ekstradisi, dan hukum kriminal. Amal juga menjadi penasihat hukum Raja Bahrain dan menjadi pengacara pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Selain dikenal sebagai pengacara, Amal juga dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia.
Dia telah bergabung bersama Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Amal telah terlibat dalam kasuskasus profil tinggi yang mewakili negara Kamboja, mantan kepala intelijen Libya Abdallah Al Senussi, dan mantan perdana menteri Ukraina, Yulia Tymoshenko.
Pada 2011 Amal membantu Pengadilan Arbitrase Permanen dalam arbitrase antara Merck Sharp dan Dohme dan Republik Ekuador. Pada 2013 Amal telah ditunjuk oleh sejumlah komisi PBB, termasuk sebagai penasihat Kofi Annan untuk Suriah dan sebagai penasihat bagi Ben Emmerson QC, rapporteur untuk HAM PBB.
Pada Agustus 2014 Amal dipilih menjadi salah satu dari tiga anggota komisi PBB untuk menyelidiki adanya pelanggaran peraturan perang di Gaza selama konflik Israel-Gaza. Namun, kala itu ia harus menolak permintaan tersebut.
“Saya merasa situasi di Jalur Gaza sangat mengerikan, terutama para korban sipil, dan saya percaya bahwa harus ada penyelidikan independen dan pertanggungjawaban atas kejahatan yang telah dilakukan,” ungkap Amal.
Pada tahun 2014 pula Amal mewakili jurnalis Kanada Al Jazeera , Mohamed Fahmy, yang bersama dengan wartawan lainnya, ditahan di Mesir. “Mohamed Fahmy akhirnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dan kehilangan pengadilan ulang pada Agustus 2015 sebelum akhirnya diampuni oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi,” sebut Amal.
(don)