Kasus Penyakit GERD Terus Meningkat
A
A
A
BERDASARKAN data Kementerian Kesehatan, penyakit yang berhubungan dengan gastrointestinal menduduki 10 besar penyakit terbanyak penderitanya di Indonesia. Pasien umumnya datang ke dokter dengan keluhan pada saluran pencernaan. Jurnal Digestive Endoscopy pada 2009 menampilkan studi yang dilakukan Prof Dr dr Dadang Makmun SpPD-KGEH.
Hasil studinya menunjukkan bahwa diare, gastroenteritis, dispepsia, dan GERD (gastroesophageal reflux disease) menempati penyakit terbanyak yang menyebabkan pasien berobat rawat jalan, apalagi dengan semakin merebaknya gaya hidup tidak sehat, yakni pola makan tidak sehat, seperti kurang serat dan banyak konsumsi daging atau cokelat, termasuk kebiasaan merokok.
“Walau tidak mengancam jiwa, pada kenyataannya sebagian besar penderita GERD mengalami kecemasan. Belum lagi, keluhan panas di dada dan perut tidak nyaman sehingga kualitas hidup menurun,” papar Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP dalam acara Peluncuran Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI).
Dia melanjutkan, makanan berkadar lemak tinggi menyebabkan penundaan pengosongan lambung yang berakibat munculnya GERD. Keluhan itu tidak hanya terjadi pada pasien, tapi juga kalangan medis.
Prevalensi GERD, menurut hasil studi Prof Ari terhadap dokterdokter di Indonesia, didapatkan mencapai 27,4%. “Padahal, apabila dibiarkan, GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi,” ungkapnya.
Hal ini terjadi karena asam lambung yang naik dapat menyebabkan luka pada dinding dalam kerongkongan sehingga yang awalnya hanya berupa perlukaan, lama-kelamaan luka semakin luas dan bisa menyebabkan penyempitan kerongkongan bawah.
Bahkan, GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan yang menyebabkan terjadinya penyakit barrettís yang merupakan lesi prakanker.
“Di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi, tenggorokan, pita suara, saluran pernapasan bawah, bahkan paru-paru,” katanya. Tidak mengherankan, penyakit gastrointestinal ini juga menempati 10 besar penyebab kematian karena penyakit terbanyak di Indonesia. Atas latar belakang tersebut, YGI didirikan.
YGI merupakan yayasan nonprofit yang didirikan dokter-dokter spesialis konsultan gastro entero hepatologi (KGEH) yang juga merupakan pengurus besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI).
Sebagian besar penyakit pencernaan dapat dicegah, salah satunya dengan gaya hidup sehat dan deteksi secara dini. Maka itu, dokter-dokter spesialis konsultan gastroenterohepatologi terpanggil untuk mengedukasi masyarakat sebagai langkah preventif.
Hasil studinya menunjukkan bahwa diare, gastroenteritis, dispepsia, dan GERD (gastroesophageal reflux disease) menempati penyakit terbanyak yang menyebabkan pasien berobat rawat jalan, apalagi dengan semakin merebaknya gaya hidup tidak sehat, yakni pola makan tidak sehat, seperti kurang serat dan banyak konsumsi daging atau cokelat, termasuk kebiasaan merokok.
“Walau tidak mengancam jiwa, pada kenyataannya sebagian besar penderita GERD mengalami kecemasan. Belum lagi, keluhan panas di dada dan perut tidak nyaman sehingga kualitas hidup menurun,” papar Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP dalam acara Peluncuran Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI).
Dia melanjutkan, makanan berkadar lemak tinggi menyebabkan penundaan pengosongan lambung yang berakibat munculnya GERD. Keluhan itu tidak hanya terjadi pada pasien, tapi juga kalangan medis.
Prevalensi GERD, menurut hasil studi Prof Ari terhadap dokterdokter di Indonesia, didapatkan mencapai 27,4%. “Padahal, apabila dibiarkan, GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi,” ungkapnya.
Hal ini terjadi karena asam lambung yang naik dapat menyebabkan luka pada dinding dalam kerongkongan sehingga yang awalnya hanya berupa perlukaan, lama-kelamaan luka semakin luas dan bisa menyebabkan penyempitan kerongkongan bawah.
Bahkan, GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan yang menyebabkan terjadinya penyakit barrettís yang merupakan lesi prakanker.
“Di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi, tenggorokan, pita suara, saluran pernapasan bawah, bahkan paru-paru,” katanya. Tidak mengherankan, penyakit gastrointestinal ini juga menempati 10 besar penyebab kematian karena penyakit terbanyak di Indonesia. Atas latar belakang tersebut, YGI didirikan.
YGI merupakan yayasan nonprofit yang didirikan dokter-dokter spesialis konsultan gastro entero hepatologi (KGEH) yang juga merupakan pengurus besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI).
Sebagian besar penyakit pencernaan dapat dicegah, salah satunya dengan gaya hidup sehat dan deteksi secara dini. Maka itu, dokter-dokter spesialis konsultan gastroenterohepatologi terpanggil untuk mengedukasi masyarakat sebagai langkah preventif.
(don)