Busana dan Gamelan Bali dalam Karya Kolaboratif Judith-Zheng
A
A
A
Sineas tanah air yang berkecimpung di industri perfilman Hollywood Livi Zheng berkolaborasi dengan penyanyi asal Amerika Serikat Judith Hill. Keduanya memadukan busana tradisional Bali musik funk dan gamelan Bali
Karya kolaboratif ini membuktikan kualitas dan keragaman budaya Indonesia terutama Bali mulai dilirik dan diapresiasi pelaku seni dunia dimana musik video ini juga mengkolaborasikan tarian-tarian Bali.
Dalam keterangan pers, Livi mengatakan dalam proses syuting banyak sekali kendala dan tantangan yang dihadapinya dan tim. Misalnya, set gamelan Bali yang cukup besar harus di bawa dari daerah Los Angeles yang kurang lebih 3 jam jauhnya.
“Di samping itu, cuaca sangat panas mencapai 40 derajat celcius, dalam kondisi seperti ini ditakutkan gamelannya akan retak. Jika sampai retak kita tidak bisa syuting,” ujar Livi Zheng .
Music video Queen of the Hill akan ditampilkan di film layar lebar yang juga disutradarai Livi Zheng yang akan tayang di bioskop-bioskop Amerika Serikat mulai 16 November 2018. Film layar lebar berjudul “Bali: Beats of Paradise” ini proses penyutingannya dilakukan di dua negara, Indonesia dan Amerika.
Executive produser film ini adalah His Excellency Ambassador Umar Hadi, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan. Juga, Julia Gouw, seorang bankir yang masuk di daftar 25 Most Powerful Women in Banking di Amerika.
Kolaborasinya bersama Judith Hill dengan menyutradarai music video yang berjudul Queen of the Hill tersebut semakin membuktikan bahwa berkarier di Hollywood tak membuatnya lupa akan tanah kelahirannya, Indonesia.
Sutradara film Brush with Danger ini justru semakin giat memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Salah satu upaya Livi Zheng adalah ketika membawa pertunjukkan budaya kota kelahirannya di Blitar, Jawa Timur, ke Los Angeles, Amerika Serikat, pada April lalu.
Meski begitu, peraih predikat Master di Sekolah Seni Sinematik di Universitas California Selatan ini juga mengungkapkan bahwa masalah perizinan adalah kesulitan yang ia hadapi ketika coba merealisasikan pertunjukan budaya Indonesia.
"Penari semua 17 orang dari Blitar. Wah itu susah banget pas bikin visa, aku aja 249 halaman, itu baru apply. Meskipun sempat mengalami kendala saat mengurus perizinan, namun akhirnya semua berjalan lancar," kenang Livi Zheng.
Putri sulung pasangan Gunawan dan Lily Zheng ini pun menambahkan bahwa antusias warga Amerika cukup tinggi, bahkan usai pertunjukkan tari jaranan asal Jawa Timur, ada seorang warga Amerika yang langsung meneleponnya untuk membeli properti dari tarian tersebut.
Karya kolaboratif ini membuktikan kualitas dan keragaman budaya Indonesia terutama Bali mulai dilirik dan diapresiasi pelaku seni dunia dimana musik video ini juga mengkolaborasikan tarian-tarian Bali.
Dalam keterangan pers, Livi mengatakan dalam proses syuting banyak sekali kendala dan tantangan yang dihadapinya dan tim. Misalnya, set gamelan Bali yang cukup besar harus di bawa dari daerah Los Angeles yang kurang lebih 3 jam jauhnya.
“Di samping itu, cuaca sangat panas mencapai 40 derajat celcius, dalam kondisi seperti ini ditakutkan gamelannya akan retak. Jika sampai retak kita tidak bisa syuting,” ujar Livi Zheng .
Music video Queen of the Hill akan ditampilkan di film layar lebar yang juga disutradarai Livi Zheng yang akan tayang di bioskop-bioskop Amerika Serikat mulai 16 November 2018. Film layar lebar berjudul “Bali: Beats of Paradise” ini proses penyutingannya dilakukan di dua negara, Indonesia dan Amerika.
Executive produser film ini adalah His Excellency Ambassador Umar Hadi, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan. Juga, Julia Gouw, seorang bankir yang masuk di daftar 25 Most Powerful Women in Banking di Amerika.
Kolaborasinya bersama Judith Hill dengan menyutradarai music video yang berjudul Queen of the Hill tersebut semakin membuktikan bahwa berkarier di Hollywood tak membuatnya lupa akan tanah kelahirannya, Indonesia.
Sutradara film Brush with Danger ini justru semakin giat memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Salah satu upaya Livi Zheng adalah ketika membawa pertunjukkan budaya kota kelahirannya di Blitar, Jawa Timur, ke Los Angeles, Amerika Serikat, pada April lalu.
Meski begitu, peraih predikat Master di Sekolah Seni Sinematik di Universitas California Selatan ini juga mengungkapkan bahwa masalah perizinan adalah kesulitan yang ia hadapi ketika coba merealisasikan pertunjukan budaya Indonesia.
"Penari semua 17 orang dari Blitar. Wah itu susah banget pas bikin visa, aku aja 249 halaman, itu baru apply. Meskipun sempat mengalami kendala saat mengurus perizinan, namun akhirnya semua berjalan lancar," kenang Livi Zheng.
Putri sulung pasangan Gunawan dan Lily Zheng ini pun menambahkan bahwa antusias warga Amerika cukup tinggi, bahkan usai pertunjukkan tari jaranan asal Jawa Timur, ada seorang warga Amerika yang langsung meneleponnya untuk membeli properti dari tarian tersebut.
(don)