Dian Sastrowardoyo Bangga Aruna Tidak Lebay
A
A
A
DIAN Sastrowardoyo mengaku senang sekaligus bangga bisa terlibat dalam film Aruna dan Lidahnya. Pasalnya, Dian menilai film besutan Edwin ini menghadirkan kemasan film berbeda, yaitu menghadirkan empat karakter dengan kepribadian berbeda.
Namun, perbedaan sifat dan pertentangan di antara mereka disajikan dengan gaya santai dan tidak berlebihan. “Biasanya kan kalo cerita kayak gini dibuat overdramatis. Jarang saya sebagai penonton film Indonesia melihatnya, saya menunggu film seperti ini dan akhirnya saya ada di dalamnya,” kata Dian.
Selain karakter, aktris peraih gelar Pemeran Wanita Terbaik pada Festival Film Internasional Singapura (2002) dan Festival Film Asia di Deauville, Prancis, pada 2002 lewat film Pasir Berbisik ini menyebut bahwa film produksi Palari Films itu sukses menghadirkan kisah yang berhubungan dengan keseharian, mulai pertemanan, masalah seharihari, hingga obrolan di meja makan.
“Ceritanya relate, banyak sekali pandangan dalam sehari-hari, seperti pertemanan yang dihiasi perbedaan. Tapi semuanya dijalani rileks sambil makan,” ucap Dian.
Selain menyuguhkan cerita berdasarkan kehidupan sehari-hari, film Aruna dan Lidahnya juga memasukkan unsur komedi ke dalamnya. “Tapi komedinya menawarkan rasa humor yang berbeda. Kalau biasanya humor di Indonesia lebih ke yang terbahak-bahak, terpingkal-pingkal, kalau ini mungkin nggak sampai terpingkal-pingkal, sih,” tuturnya.
Istri pengusaha Maulana Indraguna Sutowo ini mengaku senang dan puas dengan akting natural yang disuguhkannya bersama Nicholas Saputra, Hannah Al Rashid, dan Oka Antara.
Sementara itu, Oka yang banyak mendapatkan satu frame dengan Dian mengaku senang diberi kebebasan untuk menerjemahkan karakter. “Pengadeganan bisa berkembang dinamis,” ungkap Oka.
Aktor berdarah Bali ini pun menyebut bahwa gaya penulisan Laksmi Pamuntjak dalam novel Aruna dan Lidahnya memang sudah terasa genit, cerdas, dan agak jahil di beberapa bagian. Gaya semacam ini efektif menggambarkan seperti apa kepribadian Aruna.
Film layar lebar yang diadaptasi lepas dari novel karangan Laksmi Pamuntjak ini bercerita tentang Aruna yang melakukan perjalanan kerja melakukan investigasi tentang flu burung ke empat kota di Indonesia. Kunjungan kerja ini dinikmati bersama kedua temannya, Bono dan Nad, yang juga berburu kuliner.
Ketika sedang di tengah perjalanan, Aruna bertemu mantan rekan kerja yang pernah dia taksir, Farish. Sambil menikmati masakan tradisional, keempatnya terlibat dalam percakapan yang mengungkapkan jati diri dan rahasia terpendam.
Film ini ditulis Titien Wattimena dengan produser Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Aruna dan Lidahnya tayang di bioskop mulai 27 September mendatang.
Namun, perbedaan sifat dan pertentangan di antara mereka disajikan dengan gaya santai dan tidak berlebihan. “Biasanya kan kalo cerita kayak gini dibuat overdramatis. Jarang saya sebagai penonton film Indonesia melihatnya, saya menunggu film seperti ini dan akhirnya saya ada di dalamnya,” kata Dian.
Selain karakter, aktris peraih gelar Pemeran Wanita Terbaik pada Festival Film Internasional Singapura (2002) dan Festival Film Asia di Deauville, Prancis, pada 2002 lewat film Pasir Berbisik ini menyebut bahwa film produksi Palari Films itu sukses menghadirkan kisah yang berhubungan dengan keseharian, mulai pertemanan, masalah seharihari, hingga obrolan di meja makan.
“Ceritanya relate, banyak sekali pandangan dalam sehari-hari, seperti pertemanan yang dihiasi perbedaan. Tapi semuanya dijalani rileks sambil makan,” ucap Dian.
Selain menyuguhkan cerita berdasarkan kehidupan sehari-hari, film Aruna dan Lidahnya juga memasukkan unsur komedi ke dalamnya. “Tapi komedinya menawarkan rasa humor yang berbeda. Kalau biasanya humor di Indonesia lebih ke yang terbahak-bahak, terpingkal-pingkal, kalau ini mungkin nggak sampai terpingkal-pingkal, sih,” tuturnya.
Istri pengusaha Maulana Indraguna Sutowo ini mengaku senang dan puas dengan akting natural yang disuguhkannya bersama Nicholas Saputra, Hannah Al Rashid, dan Oka Antara.
Sementara itu, Oka yang banyak mendapatkan satu frame dengan Dian mengaku senang diberi kebebasan untuk menerjemahkan karakter. “Pengadeganan bisa berkembang dinamis,” ungkap Oka.
Aktor berdarah Bali ini pun menyebut bahwa gaya penulisan Laksmi Pamuntjak dalam novel Aruna dan Lidahnya memang sudah terasa genit, cerdas, dan agak jahil di beberapa bagian. Gaya semacam ini efektif menggambarkan seperti apa kepribadian Aruna.
Film layar lebar yang diadaptasi lepas dari novel karangan Laksmi Pamuntjak ini bercerita tentang Aruna yang melakukan perjalanan kerja melakukan investigasi tentang flu burung ke empat kota di Indonesia. Kunjungan kerja ini dinikmati bersama kedua temannya, Bono dan Nad, yang juga berburu kuliner.
Ketika sedang di tengah perjalanan, Aruna bertemu mantan rekan kerja yang pernah dia taksir, Farish. Sambil menikmati masakan tradisional, keempatnya terlibat dalam percakapan yang mengungkapkan jati diri dan rahasia terpendam.
Film ini ditulis Titien Wattimena dengan produser Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Aruna dan Lidahnya tayang di bioskop mulai 27 September mendatang.
(don)