Du’Anyam Promosikan Kerajinan Tangan Flores di Dunia

Rabu, 24 Oktober 2018 - 13:48 WIB
Du’Anyam Promosikan Kerajinan Tangan Flores di Dunia
Du’Anyam Promosikan Kerajinan Tangan Flores di Dunia
A A A
FLORES dikenal dengan kerajinan tangannya. Dalam upaya melestarikan dan mempromosikan, Du’Anyam yang diprakarsai tiga wanita muda Indonesia, yaitu Azalea Ayuningtyas yang akrab disapa Ayu, bersama partnernya, Hanna Keraf dan Melia Winata, serta DBS Foundation berkolaborasi membantu para perajin tersebut di Flores.

Du’Anyam merupakan satu dari dua wirausaha sosial terpilih dalam program hibah Social Enterprise Grant Programme Se-Asia yang diselenggarakan DBS Foundation Sebelumnya saat berkunjung ke Flores, mereka melihat penduduk setempat yang kekurangan gizi, terutama ibu dan anak, karena kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan.

“Waktu itu kami bertiga jalan-jalan ke Flores dan melihat ibu dan anak di sana kekurangan gizi yang ternyata diakibatkan rendahnya pendapatan mereka sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi sendiri.

Lapangan kerja di Flores juga cenderung sulit saat itu,” ungkap Ayu. Melihat kondisi tersebut, tiga sekawan dari SMA ini bertekad memulai usaha yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan melestarikan kerajinan tangan Flores melalui Du’Anyam.

Nama Du’Anyam berasal dari bahasa daerah Flores, yaitu du’ayang berarti ‘ibu’ dan anyamyang berarti ‘anyam’, sehingga Du’anyam diartikan sebagai ibu anyam. Saat ini Du’Anyam telah berhasil memberdayakan lebih dari 450 wanita Flores dalam melestarikan kerajinan tangan anyaman.

Beberapa waktu lalu, DBS Foundation mengajak media untuk mengunjungi dan melihat kerja para perajin tersebut di Flores. Kawasan Flores Timur, tepatnya di Solor, Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan salah satu daerah yang mempunyai budaya unik, yaitu menganyam.

Terlihat jari-jemari para ibu terampil mengkreasikan daun lontar sebagai bahan utama kerajinan tangan tersebut. Daun lontar ini dikreasikan menjadi alat kebutuhan rumah tangga, seperti tikar, wadah, sandal, tas.

Setelah itu, hasilnya diperjualbelikan. Sayangnya, masih ada persoalan yang menjadi isu utama, khususnya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, yang relatif masih fluktuatif.

Menurut data Departemen Kesehatan (SDKI 2007) di Indonesia, NTT adalah satu provinsi termiskin dengan salah satu tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir tertinggi di Indonesia. Diare adalah salah satu penyakit utama.

Karena masalah sosial tersebut, Du’Anyam sebagai wirausaha sosial yang bertujuan meningkatkan kemampuan finansial kaum wanita di NTT diharapkan mampu terus memajukan perekonomian di kawasan tersebut.

“Angka kematian sangat tinggi, rata-rata karena masalah kekurangan gizi. Mereka tidak berdaya karena secara ekonomi tidak ada pendapatan tetap. Pernah ada kasus ibu hamil, tetapi tidak pernah periksa ke dokter.

Saat sudah waktunya melahirkan perjalanan ke rumah sakit jauh sehingga melahirkan dijalan, anaknya meninggal di tempat, ibunya sekarat,” tutur Hanna Keraf, Co-founder Du’anyam, di acara DBS Daily Kindness Trip di Flores Timur, NTT, Kamis (11/10).

“Target kami membuat para wanita di sini berdaya secara ekonomi. Dari penghasilan kerja anyaman ini, diharapkan tingkat kesadaran untuk menjaga kesehatan pun bisa meningkat,” ucap Hanna kepada KORAN SINDO.

Perubahan pun sangat dirasakan ibu-ibu di Flores sejak bergabung bersama Du’Anyam. Para ibu yang tersebar di 22 desa di Flores Timur berhasil mengukir prestasi dengan menjadi salah satu pemenang Inacraft Award 2018 di kategori Natural Fiber dan pada tahun yang sama menjadi satu-satunya official merchandiser Asian Games 2018 yang berbasis kerajinan.

Sebelum bergabung dan mendapat binaan dari Du’Anyam, aktivitas menganyam ibu-ibu hanya ala kadarnya dan masih tradisional. Hasil anyaman pun hanya dapat dijual di pasar tradisional sekitar.

Kini penjualan kerajinan anyam ini sudah memasuki lintas benua dan dijual di sosial media. “Sebelum bergabung di Du’Anyam, kami menganyam di rumah dan dijual di Pasar Larantuka, Lembaka.

Setelah bergabung di Du’Anyam pada 2016, saya bisa menambah pengalaman dan teman, setiap bulan ada kunjungan dari luar kota dan luar negeri,” ujar Mama Ervina saat berbincang dengan media di Rumah Anyam, Wulublolong, Solor Timur, Flores.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8809 seconds (0.1#10.140)