Review Film Robin Hood

Rabu, 21 November 2018 - 15:30 WIB
Review Film Robin Hood
Review Film Robin Hood
A A A
JAKARTA - Selama ini, Robin Hood selalu dikisahkan sebagai sosok pencuri yang dermawan. Dia piawai dengan panahnya dan selalu memberikan barang curiannya kepada kaum papa yang tertindas oleh pemerintahan kejam Sheriff Nottingham. Dalam aksinya, Robin senantiasa dibantu teman-temannya yang sering disebut Merrie Men.

Kisah ini sudah diceritakan secara turun temurun dengan berbagai variasinya. Namun, garis besarnya tetap sama. Robin adalah pembela kaum lemah.

Di banyak film, kisah tentang Robin, Merrie Men, dan musuh mereka, Sheriff Nottingham senantiasa diceritakan dengan kisah yang hampir sama. Namun, tidak sama halnya dengan film baru besutan Otto Bathurst ini.

Dibintangi Taron Egertron, Robin Hood mengisahkan tentang seorang bangsawan bernama Robin of Loxley. Robin jatuh cinta pada pencuri cantik, Marian (Eve Hewson). Di saat keduanya sedang mabuk asmara, Robin harus meninggalkan Marian dan pergi ke Jazirah Arab untuk menjadi Tentara Salib.

Selama 4 tahun, Robin bertempur sebagai Tentara Salib. Dia dikirim pulang ke Inggris setelah terluka karena membela seorang tahanan yang kemudian diketahui bernama Yahya Ibn Umar (Jamie Foxx). Kembali ke Inggris, dia menghadapi kekecewaan. Rumahnya disita Sheriff Nottingham (Ben Mendelson) yang kejam dan Marian sudah memiliki kekasih lain, yaitu Will Scarlett (Jamie Dornan).

Robin hampir putus asa ketika Yahya atau yang dalam nama Inggris adalah John muncul. Dia kemudian melatih Robin memanah dan mengajaknya membuat rencana menghentikan perang sekaligus menyingkirkan sheriff. Di sisi lain, mereka tidak tahu bahwa Marian dan Friar Tuck (Tim Michin) dengan dukungan Will juga berencana menggulingkan Sheriff.

Secara keseluruhan, Robin Hood versi 2018 ini terlihat menawarkan sesuatu yang baru. Namun, pada kenyataannya, tidak. Ceritanya memang bukan cerita populer tentang Robin yang selama ini dikenal. Sayang, penggarapannya terkesan flat dan membosankan.

Padahal, narasi awal film ini mengatakan, film ini bukanlah dongeng sebelum tidur. Sehingga ada janji bahwa akan banyak tontonan aksi dan drama yang menegangkan dan mencengangkan. Namun, selama 116 menit, banyak aksi-aksi ala Robin yang ditampilkan di film yang terkesan biasa saja. Taron Egerton memang menjadi sosok ideal sebagai Robin. Sayang, sejumlah cast di film ini tidak memiliki skill akting yang enak dilihat dan dinikmati. Selain itu, drama yang ditampilkan pun kurang menyentuh emosi dan terkesan ala kadarnya.

Sebagai satu film utuh, Robin Hood memang tidak terlalu bagus. Namun, jika Anda bosan dengan tontonan yang ada saat ini dan ingin menjajal sesuatu yang baru, Anda bisa menonton film ini. Mungkin, Anda akan menemukan kesenangan di dalamnya yang tidak saya temukan.

Robin Hood sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan Anda. Selamat menyaksikan!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1112 seconds (0.1#10.140)