Metode Laparoskopi Bisa Jadi Alternatif Dapatkan Keturunan

Jum'at, 30 November 2018 - 08:03 WIB
Metode Laparoskopi Bisa...
Metode Laparoskopi Bisa Jadi Alternatif Dapatkan Keturunan
A A A
JAKARTA - Adanya keturunan di tengah-tengah rumah tangga menjadi dambaan setiap pasangan suami-istri. Namun, tidak semua pasangan dikaruniai anak dalam waktu singkat, bahkan bisa tidak memiliki anak sama sekali.

Kondisi ini disebut infertilitas atau ketidaksuburan. Yakni suatu keadaan di mana belum terjadi kehamilan meski tidak menggunakan kontrasepsi apapun dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur dalam 6 bulan sampai 1 tahun.

Konsultan obstetri dan ginekologi dengan subspesialisasi fertilitas Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr med Ferdhy Suryadi Suwandinata Sp OG (K FER) mengatakan, infertilitas biasanya ada penyebab utamanya.

Nah, penyebab utama inilah yang perlu dicari tahu sebelum dokter kebidanan dan kandungan dapat memberikan rekomendasi untuk program kehamilan.

"Sebelum menentukan jenis program kehamilan yang akan dilakukan, maka perlu dipastikan terlebih dahulu apa penyebab sulit hamil tersebut. Memang tidak semua dapat dijelaskan penyebabnya. Sebab ada sekitar 20 persen kasus sulit hamil tidak diketahui penyebabnya atau disebut unexplain fertility," kata Ferdhy Suryadi di RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, belum lama ini.

Menurut Ferdhy, infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor hormonal, gangguan pematangan sel telur, endometriosis, miom, kista, tumor, bahkan kanker.

"Sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri, melakukan konsultasi dengan dokter kebidanan dan kandungan untuk mendapatkan rekomendasi pengobatan dan prosedur yang tepat dan efektif. Hal ini penting dilakukan untuk dapat meminimalkan perkembangan maupun efek dari penyebab infertilitas, terutama pada kasus endometriosis," kata Ferdhy.

Ferdhy menjelaskan, penanganan dengan menggunakan obat-obatan bisa diberikan untuk penyebab infertilitas seperti faktor hormonal atau masalah pematangan sel telur. Namun, kata dia, penanganan yang berbeda seperti pembedahan dapat dilakukan untuk pasien dengan kasus endometriosis, miom, kista, tumor, dan kanker.

Adapun jenis tindakan operasi saat ini dapat dilakukan dengan teknik konvensional, yakni pasien dibedah dengan sayatan yang lebar untuk mengangkat kista atau dengan metode terkini dunia kedokteran, yaitu bedah minimal invasif yang lebih dikenal dengan istilah laparoskopi atau endoskopi.

Laparoskopi adalah sebuah teknïk bedah invasif minimal dengan menggunakan instrumen bedah berdiameter kecil (ukuran 5-10mm). "Yang biasa digunakan untuk melakukan prosedur pembedahan di dalam rongga perut," jelas Ferdhy.

Sementara itu, konsultan obstetri dan ginekologi dengan subspesialis onkologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Ong Tjandra MMPd MKes SpOG(K-Onk) menjelaskan, operasi laparoskopi untuk kasus-kasus kandungan dilakukan berdasarkan penilaian atas kondisi masing-masing individu.

Menurut Ong, teknik operasi ini memiliki beberapa kelebihan. Antara lain, luka sayatan yang sangat kecil yaitu sekitar 7 mm, jika dibandingkan dengan luka sayatan pada operasi konvensional yang dapat mencapai 100 mm. Kemudian waktu pemulihan pasien yang relatif cepat. Juga nyeri luka paska operasi minimal dan risiko komplikasi yang relatif rendah.

Ong menjelaskan, teknologi ini juga bisa diaplikasikan pada kasus-kasus keganasan. Seperti tindakan laparoskopi untuk pengangkatan kista (laparascopic cystectomy), pengangkatan polip (histeroscoplc polypectomy), pengangkatan miom (laparoscopic myomectomy) hingga pengangkatan rahim (total laparoscopic hysterectomy) untuk kasus jinak dan ganas.

"Teknik ini membuahkan hasil yang memuaskan sehingga membantu pasien mendapatkan buah hati yang didambakan," pungkas Ong.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0727 seconds (0.1#10.140)