Review Film Aquaman

Rabu, 12 Desember 2018 - 13:30 WIB
Review Film Aquaman
Review Film Aquaman
A A A
JAKARTA - Setahun setelah tampil di Justice League, Aquaman akhirnya muncul di film solonya. Warner Bros. dan DC Entertainment mendapuk James Wan, yang dikenal sebagai spesialis film horor, untuk menukangi film tersebut.

Aquaman mengisahkan tentang perjalanan Arthur Curry (Jason Momoa) yang dikenal sebagai Aquaman. Dia adalah anak dari Ratu Atlanna (Nicole Kidman) dengan seorang manusia bernama Thomas Curry (Temuera Morrison). Thomas menyelamatkan Atlanna yang melarikan diri dari Atlantis karena tidak mau dinikahkan dengan pria pilihan ayahnya. Keduanya jatuh cinta dan lahirlah Arthur.

Tapi, Atlanna harus kembali ke Atlantis setelah keluarga kecil itu diserang prajurit kiriman ayah Atlanna. Arthur pun dirawat oleh sang ayah hingga dewasa. Sementara, Arthur kecil juga mendapatkan gemblengan dari Vulko (William Defoe), orang kepercayaan Atlanna, untuk dipersiapkan sebagai seorang raja. Arthur tidak tahu kalau dia punya adik tiri bernama Orm (Patrick Wilson) yang kemudian memerintah Atlantis setelah ayahnya meninggal dunia.

Sejak kecil, Arthur tahu kalau dia punya kemampuan khusus, yaitu mampu berkomunikasi dengan hewan laut. Ketika dia dewasa, dia pun menjadi seorang pria yang melindungi lautan. Suatu ketika, dia menyelamatkan kapal selam yang dibajak gerombolan bajak laut pimpinan David Kane (Yahya Abdul Mateen II). Upaya Aquaman membebaskan awak kapal dari pembajakan itu menewaskan ayah David. David pun memendam dendam kepada Arthur.

Di Atlantis, Raja Orm berusaha membujuk kerajaan-kerajaan bawah laut untuk bersatu dan melakukan perang dengan orang-orang di daratan yang dianggap telah mengancam keberadaan mereka. Raja Nereus (Dolph Lundgren) akhirnya mau bersatu dengan Orm setelah sebuah kapal selam menyerang mereka.

Namun, putri Nereus, Mera (Amber Heard) yang juga tunangan Orm, tidak setuju dengan hal itu. Mera dan Vulko berencana membawa Arthur ke dasar laut untuk meredam niat Orm. Mera yang kemudian menemui Arthur harus gigit jari karena Arthur menolak ajakannya itu. Namun, pikiran Arthur berubah setelah sebuah badai yang dikirimkan Orm nyaris menewaskan ayahnya.

James Wan sebagai sutradara sepertinya berjuang keras untuk membuat Aquaman ini lain setelah apa yang terjadi pada Justice League yang habis dicerca kritikus. Di film ini, dia membuat perbedaan, salah satunya adalah Arthur tidak dibesarkan oleh lumba-lumba, tapi oleh ayahnya. Selain itu, akan ada referensi terhadap Steppenwolf, yang menurut saya agak membingungkan jika dihubungkan dengan Justice League.

Aquaman menawarkan tontonan penuh warna dengan kehidupan bawah air tanpa gelembung-gelembung ketika manusia-manusia yang tinggal di sana berbicara. Selain itu, deskripsi kehidupan dengan manusia Atlantis yang hidup dengan teknologi tinggi bakal memanjakan mata penontonnya.

Anda akan disuguhi pemandangan menakjubkan di mana prajurit-prajurit Atlantis mengendarai hiu-hiu dengan baju perang dan Vulko yang menaiki hiu kepala martil sebagai tunggannya. Selain itu, Raja Nereus dan pasukannya yang mengendarai kuda laut raksasa untuk mengarungi lautan dan berperang. Gambar-gambarnya akan lebih hidup dan menarik jika ditonton di 3D dan IMAX.

Sayangnya, film ini terasa absurd ketika sejumlah adegan yang disajikan sedikit melawan hukum alam dan logika. Misalnya, ketika Aquaman dan Mera masuk mulut paus biru, ruangan di dalam mulut paus yang seharusnya besar sekali itu, terlihat seperti ruangan yang cukup kecil untuk ukuran mulut paus sebesar itu. Selain itu, sebagai makhluk dari laut, Mera bisa bernapas dengan bebas tanpa bantuan alat apa pun dalam waktu lama. Sementara, para tentara dari Atlantis harus mengenakan kostum khusus karena mereka harus bernapas melalui air. Belum lagi, bagaimana air bisa berubah menjadi plasma yang bisa meledakkan gunung? Entahlah, mungkin saya terlalu banyak memikirkan Jack Sparrow ketika nonton film ini. Dan, lagi, ini adalah film fantasi. Jadi, hukum alam dan logika mungkin tidak masuk daftar yang harus dipertimbangkan.

Di film ini, saya juga tidak menemukan chemistry yang kuat di antara pemainnya. Jason dan Amber terlihat sangat bekerja keras untuk bisa terlihat cocok satu sama lain. Namun, akting Amber tak begitu mengesankan. Dia terlalu banyak nyengir dan sepertinya ‘nggak nempel’ dengan lawan mainnya. Sedangkan, Jason sepertinya kesulitan untuk membuat karakter yang dia perankan itu menjadi sosok yang memiliki kepribadian yang gampang dicerna oleh penontonnya.

James Wan sepertinya berusaha keras mengeluarkan Aquaman dari kacaunya Justice League. Sayangnya, tak banyak usaha yang dilakukannya untuk membuat Aquaman jauh lebih menarik ketimbang sekadar film yang menyajikan pertarungan terus menerus. Sepanjang 2 jam 23 menit, film ini tidak memberikan banyak ruang untuk sedikit adegan dramatis dan emosional, tapi lebih didominasi adegan-adegan keras, dari pertarungan, badai, kejar-kejaran dan juga pertempuran dengan monster. Bahkan, adegan yang seharusnya dramatis dan emosional pun hanya berlalu begitu saja. Tanpa rasa. Hambar.

Aquaman sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda mulai hari ini, Rabu (12/12/2018). Selamat menyaksikan!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6874 seconds (0.1#10.140)