Ibu Merupakan Perpustakaan Pertama untuk Buah Hatinya
A
A
A
JAKARTA - Memperingati Hari Ibu ke-90, Perpustakaan Nasional RI menggelar acara "Gerakan Ibu Bangsa Membaca". Dalam acara tersebut, sebanyak 26 tokoh perempuan dari berbagai profesi, kalangan, generasi dan komunitas tampil membacakan kutipan paragraf pilihan dari buku koleksi yang ada di aplikasi iPusnas.
Hal tersebut dilakukan sebagai cara untuk mengajak masyarakat terutama kaum perempuan untuk gemar membaca. "Tema ini diambil untuk memperingati Hari Ibu ke-90, karena ibulah sebenarnya perpustakaan pertama untuk anak-anaknya," ujar Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando kepada SINDO di sela-sela konferensi pers Gerakan Ibu Bangsa Membaca di Jakarta, baru-baru ini.
Gerakan ini akan dilangsungkan selama satu tahun dengan tujuan membangkitkan kesadaran membaca bagi para ibu. Syarif pun mengatakan, penting sekali bagi seorang ibu untuk menjadi simbol yang bisa mencerdaskan anak bangsa sehingga harus diberikan dorongan agar para ibu mau membaca.
Pembukaan "Gerakan Ibu Bangsa Membaca" ini turut dihadiri oleh istri Wakil Presiden RI, Mufidah Jusuf Kalla; Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani; penyanyi Sita Nursanti; aktris Cut Mini, Prilly Latuconsina dan tokoh perempuan lainnya.
Sebelum acara dimulai, Mufidah Jusuf Kalla membacakan deklarasi Ibu Bangsa Membaca yang diikuti oleh seluruh tokoh perempuan di atas panggung. "Karena Ibu, karena perempuan adalah peletak fondasi sumber daya manusia Indonesia, sebagai literasi, penangkis ujaran kebencian dan kebohongan serta narasi negatif lewat kegiatan membaca. Maka lewat acara ini saya menyambut baik Hari Ibu Nasional 2018, Perpustakaan Nasional mencanangkan Gerakan Nasional Ibu Bangsa Membaca," tutur Mufidah Kalla.
Sementara itu, artis Cut Mini, yang merupakan salah satu dari 26 pengisi acara dan turut membacakan kutipan paragraf pilihan, mengungkapkan bahwa semakin berkembangnya teknologi, kini kian banyak kemudahan yang didapat dari teknologi, misalnya bisa membuat orang membaca buku lewat versi digital alias ebook.
Tentunya tak perlu repot lagi membawa buku dalam bentuk fisik. Meski ringan dan praktis, namun pemilik nama lengkap Cut Mini Theo ini ternyata lebih memilih membaca buku dalam bentuk fisik dibanding membacanya dalam versi digital.
Tak hanya soal bacaan saja, ternyata ini juga berlaku untuk skenario film yang kerap diterimanya. "Saya enggak terlalu suka baca dalam versi digital, karena saya suka coret-coret kertas," kata Cut Mini.
Ketika mendapat kiriman skenario versi softcopy melalui surat elektronik, Cut Mini akan meminta skenario yang dicetak di atas lembaran kertas. Skenario dalam bentuk kertas memudahkan aktris yang juga rajin mendongeng itu membubuhkan catatan di sana-sini bila diperlukan.
Wanita kelahiran Jakarta, 30 Desember 1973 ini pun sudah tidak asing lagi dengan dunia literasi. Beberapa tahun terakhir dia aktif sebagai seorang pendongeng yang disebutnya bisa menyelami kehidupan anak. "Saya ingin mengembalikan anak Indonesia kepada buku," tegasnya.
Dia mengajak para ibu untuk meluangkan waktu mendongeng, setidaknya 15 menit per hari. Selain untuk mendekatkan diri dengan anak, mendongeng juga bisa menularkan kecintaan anak terhadap buku.
Hal tersebut dilakukan sebagai cara untuk mengajak masyarakat terutama kaum perempuan untuk gemar membaca. "Tema ini diambil untuk memperingati Hari Ibu ke-90, karena ibulah sebenarnya perpustakaan pertama untuk anak-anaknya," ujar Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando kepada SINDO di sela-sela konferensi pers Gerakan Ibu Bangsa Membaca di Jakarta, baru-baru ini.
Gerakan ini akan dilangsungkan selama satu tahun dengan tujuan membangkitkan kesadaran membaca bagi para ibu. Syarif pun mengatakan, penting sekali bagi seorang ibu untuk menjadi simbol yang bisa mencerdaskan anak bangsa sehingga harus diberikan dorongan agar para ibu mau membaca.
Pembukaan "Gerakan Ibu Bangsa Membaca" ini turut dihadiri oleh istri Wakil Presiden RI, Mufidah Jusuf Kalla; Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani; penyanyi Sita Nursanti; aktris Cut Mini, Prilly Latuconsina dan tokoh perempuan lainnya.
Sebelum acara dimulai, Mufidah Jusuf Kalla membacakan deklarasi Ibu Bangsa Membaca yang diikuti oleh seluruh tokoh perempuan di atas panggung. "Karena Ibu, karena perempuan adalah peletak fondasi sumber daya manusia Indonesia, sebagai literasi, penangkis ujaran kebencian dan kebohongan serta narasi negatif lewat kegiatan membaca. Maka lewat acara ini saya menyambut baik Hari Ibu Nasional 2018, Perpustakaan Nasional mencanangkan Gerakan Nasional Ibu Bangsa Membaca," tutur Mufidah Kalla.
Sementara itu, artis Cut Mini, yang merupakan salah satu dari 26 pengisi acara dan turut membacakan kutipan paragraf pilihan, mengungkapkan bahwa semakin berkembangnya teknologi, kini kian banyak kemudahan yang didapat dari teknologi, misalnya bisa membuat orang membaca buku lewat versi digital alias ebook.
Tentunya tak perlu repot lagi membawa buku dalam bentuk fisik. Meski ringan dan praktis, namun pemilik nama lengkap Cut Mini Theo ini ternyata lebih memilih membaca buku dalam bentuk fisik dibanding membacanya dalam versi digital.
Tak hanya soal bacaan saja, ternyata ini juga berlaku untuk skenario film yang kerap diterimanya. "Saya enggak terlalu suka baca dalam versi digital, karena saya suka coret-coret kertas," kata Cut Mini.
Ketika mendapat kiriman skenario versi softcopy melalui surat elektronik, Cut Mini akan meminta skenario yang dicetak di atas lembaran kertas. Skenario dalam bentuk kertas memudahkan aktris yang juga rajin mendongeng itu membubuhkan catatan di sana-sini bila diperlukan.
Wanita kelahiran Jakarta, 30 Desember 1973 ini pun sudah tidak asing lagi dengan dunia literasi. Beberapa tahun terakhir dia aktif sebagai seorang pendongeng yang disebutnya bisa menyelami kehidupan anak. "Saya ingin mengembalikan anak Indonesia kepada buku," tegasnya.
Dia mengajak para ibu untuk meluangkan waktu mendongeng, setidaknya 15 menit per hari. Selain untuk mendekatkan diri dengan anak, mendongeng juga bisa menularkan kecintaan anak terhadap buku.
(nug)