Mengisahkan Perjuangan Amir Hamzah di Panggung Teater

Minggu, 16 Desember 2018 - 12:14 WIB
Mengisahkan Perjuangan Amir Hamzah di Panggung Teater
Mengisahkan Perjuangan Amir Hamzah di Panggung Teater
A A A
Suasana revolusi kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang memicu kerusuhan di seluruh wilayah Tanah Air, tak terkecuali Kesultanan Langkat, Sumatera Utara-tempat penyair besar Amir Hamzah membangun kehidupan dan menelurkan karya.

Atas hasutan segolongan Laskar Rakyat dengan agenda politik mereka meletuskan kerusuhan sosial. Istana Langkat diserbu dan dijarah. Begitu pula dengan nasib Amir Hamzah. Amir Hamzah diculik, ditahan, dan disiksa di sebuah perkebunan, lalu dipenggal.

Seperti perpisahan Amir dengan kekasih tercinta, Iliek Sundari, juga pernikahan Amir dan Tengku Putri Kamaliah-putri Kesultanan Langkat yang penuh kepentingan politik kolonial, demikian tragisnya kematian Amir Hamzah yang diwarnai kekacauan dan intrik politik kala itu.

Semua kisah ini akan diceritakan di sebuah panggung pementasan teater bertajuk Nyanyi Sunyi Revolusi. Pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi sebagai bentuk komitmen Titimangsa Foundation mengangkat sastra Tanah Air ke dalam seni pertunjukan.

Didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, pementasan yang menceritakan kisah hidup penyair Amir Hamzah ini akan dipentaskan pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta. Amir Hamzah adalah salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, Sumatera Utara.

Lewat kumpulan puisi Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), nama Amir Hamzah demikian penting dalam kesusastraan Indonesia. HB Jassin bahkan menyebutnya “Raja Pujangga Baru”.

Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga dikenal sebagai Pahlawan Nasional. Dalam melakukan riset naskah pentas mengenai sosok Amir Hamzah ini, banyak bersumber dari buku karya Nh Dini berjudul Amir Hamzah, Pangeran dari Seberang.

Pementasan ini pun salah satunya sebagai bentuk salam hormat dari Titimangsa untuk penulis kebanggaan Indonesia yang baru saja berpulang, Nh Dini.

“Saya merupakan penggemar dari puisi-puisi Amir Hamzah Puisinya penuh dengan kesenduan, tetapi juga dengan kuat mengungkapkan banyak lapisan baru dalam karya puisi pada zaman itu. Selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga punya peran besar dalam lahirnya republik,” ujar Happy Salma, Kamis (13/12).

Masih menurut owner Titimangsa Foundation, saat masih sekolah di AMS Solo, Amir Hamzah sudah aktif bersama teman-teman sekolahnya dalam berbagai perkumpulan pemuda seperti Jong Sumatera dan Indonesia Moeda, yang menyuarakan kesadaran nasionalisme melawan kolonialisme Belanda.

“Meskipun banyak prestasi, jalan hidup Amir sesungguhnya sangat tragis. Kesedihan cinta yang diputuskan oleh politik kolonial yang bersembunyi di balik adat, juga kematiannya yang menyedihkan di tengah revolusi kemerdekaan,” kata Happy, saat syukuran dimulainya proses persiapan pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi, bertempat di Kantor Titimangsa Foundation Jakarta Selatan.

Happy mengungkapkan, kisah hidup inilah yang terceritakan sangat apik dalam buku yang ditulis seorang Nh Dini. “Saya selalu mengagumi tulisan Nh Dini. Kekaguman saya pada Amir Hamzah dan Nh Dini inilah yang mendorong saya untuk berupaya mewujudkan cita-cita ini.

Setahun lalu, genap sudah harapan saya bahwa kisah Amir Hamzah akan dipentaskan dengan dukungan dari Bakti Budaya Djarum Foundation,” ucap Happy yang juga produser pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi.

Naskah pementasan ini ditulis Ahda Imran dan didukung para kreator berpengalaman dan berdedikasi di bidangnya. Disutradarai Iswadi Pratama, pementasan ini akan ditangani Iskandar Loedin sebagai penata artistik, Retno Damayanti sebagai penata kostum aktris, Handradjasa sebagai penata rias, dan Jaeko sebagai penata musik.

“Kekuatan karya Amir Hamzah terletak pada estetika bahasa yang merdu, menggali kata dari berbagai khazanah bahasa lama, terutama Melayu, tapi dengan makna yang lebih segar, baru, dan sesuai dengan semangat zaman saat itu.

Ketika modernisme kian tumbuh jadi kesadaran dalam sastra dan budaya, sajak-sajak Amir memberi darah baru pada yang lama,” ucap Ahda Imran. Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan, Amir Hamzah merupakan tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia.

Amir yang selalu hadir dalam perkumpulan pemuda di Solo mengusulkan untuk selalu menggunakan bahasa Melayu yang merupakan asal usul dari bahasa Indonesia, dalam pertemuan-pertemuan dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat menggunakan bahasa Melayu ini yang menjadi cikal bakal dicetuskannya poin bahasa pemersatu, bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda 1928.

“Kiprah Amir Hamzah inilah yang harus disebarluaskan kepada generasi saat ini bahwa bahasa Indonesia melalui proses tidak mudah untuk menjadi bahasa pemersatu seperti yang kita kenal saat ini. Melalui pementasan ini, harapan kami masyarakat Indonesia menjadi lebih bangga pada bahasanya dan khazanah sastra Indonesia,” ucap Renitasari.

Nyanyi Sunyi Revolusi berkisah tentang Amir Hamzah dalam hubungannya dengan percintaan terhadap manusia dan negaranya.

Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang putri Jawa, Iliek Sundari. Di tengah kemesraan mereka itulah, Amir kehilangan ibunya, lalu ayahnya setahun kemudian. Biaya studinya lalu ditanggung oleh Sultan Mahmud dari Kesultanan Langkat.

Paman Amir sekaligus Sultan Langkat itu sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan. Apa yang dikerjakan Amir dianggap bisa membahayakan kesultanan.

Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia memanggil Amir pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Putri Kamaliah.

Amir bisa saja menolak. Tapi, ia sadar betapa dirinya telah berutang budi pada Sultan Mahmud. Amir dan Iliek akhirnya dipaksa untuk menyerah, menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir meski keduanya masih kuat saling mencintai.

Pernikahan Amir Hamzah dan Tengku Putri Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya terpaksa harus menjalani pernikahan itu meski saling tahu bahwa masingmasing tak saling menyintai.

Sementara kerinduan dan kehilangan Amir tetap kuat membekas di hati Iliek Sundari. Dan, ternyata diam-diam pula Tengku Putri Kamaliah mengetahui kisah cinta kasih Amir dan Iliek Sundari.

Yang sangat menyentuh, Tengku Putri Kamaliah turut merasakan kesedihan cinta Amir yang tak sampai itu, dan berniat mengajak Iliek Sundari ke Mekkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, jika Amir ingin tetap menikahi Iliek Sundari, ia merelakannya.

Namun, sebelum semua tercapai, suasana revolusi kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang memicu kerusuhan di seluruh Langkat hingga merenggut nyawa Amir Hamzah.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3435 seconds (0.1#10.140)