Gaya Visual Spider-Man: Into The Spider-Verse Akan Dipatenka
A
A
A
FILM animasi Spider-Man: Into The Spider-Verse yang sedang tayang di bioskop dunia, termasuk Indonesia, mendapat respons yang sangat positif dari para kritikus film dan pencinta film.
Dari situs web Rotten Tomatoes yang melakukan agregasi ulasan dari para kritikus, film produksi Sony Pictures Animation dan Columbia Pictures ini mendapat rating spektakuler 98%. Sementara dari situs web yang mengumpulkan pendapat dari penonton film, Cinemascore, film ini juga mencatat nilai tertinggi A+.
Mengambil latar dunia paralel dengan dunia Spiderman versi Peter Parker, film yang digarap keroyokan oleh Bob Persichetti, Peter Ramsey, dan Rodney Rothman ini mendapuk Miles Morales (disuarakan Shameik Moore), seorang bocah SMP berdarah Afrika-Meksiko, sebagai Spiderman remaja.
Dengan format animasi, Sony Pictures Animation berhasil menyajikan visual berbeda, yaitu dengan memberikan sentuhan gambar manual (dengan tangan) pada animasi CGI demi mendapatkan atmosfer visual layaknya di komik.
Hasilnya, penonton ibarat membaca komik di layar lebar, mulai pencahayaan yang mirip gambar di komik, visual yang jika diperhatikan detail seperti terdiri dari piksel-piksel di komik cetak, hingga penggunaan panel-panel dan editing gambar seperti di komik.
Dengan visual ini, Spider-Man: Into The Spder-Verse sukses memberikan fan service bagi penggemar komik Spider-Man, termasuk komik versi Miles Morales. Karena inovasinya itu, Sony pun dikabarkan akan mematenkan gaya visual ini.
Dikutip Deadline , Sony harus memenuhi beberapa kriteria yang tidak sedikit untuk mendapatkan hak paten tersebut. Meski begitu, Sony hingga kini menolak berkomentar tentang hal tersebut. Tidak hanya ciamik dalam menyajikan visual, film yang ditulis Phil Lord dan Rodney Rothman ini juga sanggup menyajikan cerita kuat, storytelling mengagumkan, serta padat humor.
Dikisahkan, Miles remaja harus pindah sekolah ke tempat yang lebih “elite”. Dia merasa kurang nyaman dengan hal tersebut, tapi ayahnya, Jefferson (Brian Tyree Henry), tetap memaksanya. Miles yang merasa ayahnya tidak pengertian akhirnya menurut.
Satu-satunya orang yang bisa diandalkan Miles untuk berkeluh kesah hanyalah pamannya, Aaron (Mahershala Ali). Di tengah perjalanan film, Miles digigit laba-laba hingga mengubahnya menjadi Spiderman. Perubahan yang dialaminya semakin membuat Miles jauh dari keluarga, sekaligus memberinya banyak masalah tapi juga teman-teman baru.
Yang tidak disangka, banyak Spider-man dan Spiderwoman lain di dunia paralel yang akan membantu Miles mengatasi masalah dan musuhnya. Dengan cerita yang hangat dengan humor yang tepat sasaran, film ini akan membuat penonton keluar bioskop dengan hati senang.
Sejauh ini setidaknya para juri di Golden Globe Awards dan Critics Choice Awards setuju untuk memasukkan film ini sebagai nomine film animasi panjang terbaik. Tentu saja nominasi dari Oscar hanya tinggal menunggu waktu.
Dari situs web Rotten Tomatoes yang melakukan agregasi ulasan dari para kritikus, film produksi Sony Pictures Animation dan Columbia Pictures ini mendapat rating spektakuler 98%. Sementara dari situs web yang mengumpulkan pendapat dari penonton film, Cinemascore, film ini juga mencatat nilai tertinggi A+.
Mengambil latar dunia paralel dengan dunia Spiderman versi Peter Parker, film yang digarap keroyokan oleh Bob Persichetti, Peter Ramsey, dan Rodney Rothman ini mendapuk Miles Morales (disuarakan Shameik Moore), seorang bocah SMP berdarah Afrika-Meksiko, sebagai Spiderman remaja.
Dengan format animasi, Sony Pictures Animation berhasil menyajikan visual berbeda, yaitu dengan memberikan sentuhan gambar manual (dengan tangan) pada animasi CGI demi mendapatkan atmosfer visual layaknya di komik.
Hasilnya, penonton ibarat membaca komik di layar lebar, mulai pencahayaan yang mirip gambar di komik, visual yang jika diperhatikan detail seperti terdiri dari piksel-piksel di komik cetak, hingga penggunaan panel-panel dan editing gambar seperti di komik.
Dengan visual ini, Spider-Man: Into The Spder-Verse sukses memberikan fan service bagi penggemar komik Spider-Man, termasuk komik versi Miles Morales. Karena inovasinya itu, Sony pun dikabarkan akan mematenkan gaya visual ini.
Dikutip Deadline , Sony harus memenuhi beberapa kriteria yang tidak sedikit untuk mendapatkan hak paten tersebut. Meski begitu, Sony hingga kini menolak berkomentar tentang hal tersebut. Tidak hanya ciamik dalam menyajikan visual, film yang ditulis Phil Lord dan Rodney Rothman ini juga sanggup menyajikan cerita kuat, storytelling mengagumkan, serta padat humor.
Dikisahkan, Miles remaja harus pindah sekolah ke tempat yang lebih “elite”. Dia merasa kurang nyaman dengan hal tersebut, tapi ayahnya, Jefferson (Brian Tyree Henry), tetap memaksanya. Miles yang merasa ayahnya tidak pengertian akhirnya menurut.
Satu-satunya orang yang bisa diandalkan Miles untuk berkeluh kesah hanyalah pamannya, Aaron (Mahershala Ali). Di tengah perjalanan film, Miles digigit laba-laba hingga mengubahnya menjadi Spiderman. Perubahan yang dialaminya semakin membuat Miles jauh dari keluarga, sekaligus memberinya banyak masalah tapi juga teman-teman baru.
Yang tidak disangka, banyak Spider-man dan Spiderwoman lain di dunia paralel yang akan membantu Miles mengatasi masalah dan musuhnya. Dengan cerita yang hangat dengan humor yang tepat sasaran, film ini akan membuat penonton keluar bioskop dengan hati senang.
Sejauh ini setidaknya para juri di Golden Globe Awards dan Critics Choice Awards setuju untuk memasukkan film ini sebagai nomine film animasi panjang terbaik. Tentu saja nominasi dari Oscar hanya tinggal menunggu waktu.
(don)