Review Film Glass

Selasa, 15 Januari 2019 - 20:30 WIB
Review Film Glass
Review Film Glass
A A A
JAKARTA - Awal tahun 2019, sebuah film thriller karya M Night Shyamalan hadir. Berjudul Glass, film ini adalah perpaduan sekaligus merupakan konklusi dari dua film karya Shyamalan sebelumnya, yaitu Unbreakable (2000) dan Split (2016).

Glass diambil dari julukan Elijah Price (Samuel L Jackson) yang menyebut dirinya sebagai Mr Glass. Tokoh ini muncul pertama di film Unbreakable sebagai tokoh antagonis. Bagi yang sudah menonton film tersebut, tentu ingat bahwa tokoh ini merupakan dalang dari berbagai macam kejadian pembunuhan massal yang terjadi di Philadelphia, termasuk kecelakaan kereta yang menewaskan semua orang, kecuali David Dunn (Bruce Willis).

Sekitar 19 tahun usai peristiwa di Unbreakable, David diketahui membuka toko perlengkapan keamanan rumah bersama anaknya, Joseph (Spencer Treat Clark), yang sudah beranjak dewasa. Meski begitu, David masih menjalankan aksinya sebagai pria berjas hujan hijau yang memberantas orang-orang jahat. Kali ini, dia beraksi dengan dibantu teknologi. Joseph akan memandunya lewat sambungan telepon.

David kemudian terobsesi dengan sosok The Beast (Monster) yang merupakan salah satu alter ego Kevin Wendell Crumb (James McAvoy). Di film Split, Kevin digambarkan sebagai sosok pria muda dengan 24 kepribadian berbeda. Salah satu kepribadian itu adalah The Beast (Monster) yang kejam. Kevin suka menculik para gadis remaja dan membunuh mereka. Di akhir film Split, Kevin lewat karakter The Beast membebaskan Cassie Cooke (Ann Taylor Joy) karena memiliki masa lalu yang sama dengan dirinya. Kevin dan kawanan kepribadian gandanya (Horde) tidak pernah tertangkap polisi.

Di Glass, Kevin lewat kepribadiannya yang banyak kembali menculik empat gadis remaja. David ingin memburunya dan mengakhiri kejahatan Kevin. Di sisi lain, polisi mulai membidik David karena aksinya yang disebut sebagai aksi vigilante itu dianggap telah melanggar hukum.

Review ini mengandung spoiler film Unbreakable dan Split. Jika belum menonton, lebih baik berhenti saja membaca artikel in.

David dan The Beast akhirnya bertemu. Keduanya bertarung. Namun, sebelum ada yang menang dan kalah, keduanya ditangkap polisi dan digiring ke sebuah fasilitas untuk pasien gangguan jiwa bernama Raven Hill Memorial. Keduanya ditangani seorang psikiatris bernama Dr. Ellie Staple (Sarah Paulson).

Tanpa diduga David dan Kevin, tempat itu juga menjadi tempat perawatan bagi Elijah. Di akhir film Unbreakable, Elijah ditangkap polisi dan dijebloskan ke rumah sakit jiwa. Elijah yang mendengar tentang David dan Kevin di tempat yang sama kemudian membuat sebuah rencana.

Sebagai sebuah penutup dan mengambil judul Glass, film ini diharapkan berfokus pada sepak terjang Elijah sebagai dalang berbagai peristiwa maut seperti yang terjadi pada Unbreakable. Namun, kenyataannya tidak begitu. Film ini terlalu sibuk pada sosok Kevin dan kepribadian-kepribadiannya serta pada sosok David yang sebenarnya tidak punya banyak perkembangan. Elijah baru muncul setelah film berdurasi 128 menit ini masuk menjelang film ini nyaris masuk separuhnya.

Masuknya Elijah di film ini membawa perubahan tersendiri. Jika ketika Elijah belum muncul film ini akan terasa biasa-biasa saja, maka Elijah mengubah itu semua. Penonton akan bertanya-tanya apa yang sebenarnya ada di otak Elijah dan apa yang dia rencanakan. Di Unbreakable, Elijah tergolong sebagai sosok yang mampu memanipulasi pikiran orang lain lewat kata-katanya. Inilah yang akan membawa penonton menyaksikan sebuah akhir cerita yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Selain itu, bagi yang tidak atau belum menonton Unbreakable atau Split, mungkin akan sedikit kesulitan memahami jalannya cerita ini. Shyamalan memang memberikan banyak clue dengan menyelipkan footage dari kedua film itu untuk mengatasi kebingungan bagi penonton baru film ini. Footage asli ini akan banyak membantu mereka yang kurang familiar dengan Unbreakable atau Split. Namun, jika dirasa masih kurang, ada baiknya nonton kedua film itu sebelum menonton Glass.

Di sisi lain, yang menarik dari film ini adalah akting James McAvoy. Di Split, dia menunjukkan bagaimana dia mampu berubah dari waktu ke waktu dari satu kepribadian ke kepribadian lain. Bedanya, jika di Split, perubahan itu terjadi dalam waktu lama. Satu karakter bisa bertahan selama kurang lebih 5—10 menit, sementara di Glass, hanya dalam itungan detik. Dan, dia tampil dengan baik. James mampu berpindah karakter dalam cepat dengan sangat mulus. Dia bisa menjadi sosok Jane yang sangat kemayu dan tiba-tiba menjadi sosok pria yang maskulin dan menjadi sosok Hedwig yang berusia 9 tahun. Penampilan James sebagai Kevin dan kawanannya jauh lebih matang dan tereksplorasi di Glass ketimbang di Split.

Secara keseluruhan, film ini sebenarnya asyik untuk ditonton. Dari segi cerita, agak-agak too much dan terlalu sibuk untuk mengungkapkan karakter-karakter yang memang semuanya kuat yang akhirnya membuat film ini kurang greget. Namun, ketegangan yang diciptakan di film ini sudah cukup membuat film ini menarik. Selain itu, twist endingnya yang tidak diduga juga membuatnya bisa menjadi tontonan yang dinantikan.

Glass bisa disaksikan di bioskop mulai Rabu, 16 Januari 2019. Selamat menyaksikan!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0935 seconds (0.1#10.140)