Emak Meninggalkan Bekas yang Begitu Dalam kepada Nirina Zubir
A
A
A
JAKARTA - Aktris Nirina Zubir memperoleh pengalaman yang berkesan usai memerankan karakter Emak dalam film Keluarga Cemara. Karakter tersebut benar-benar begitu membekas ke dalam diri wanita berusia 38 tahun itu.
Ketika ikut dalam theater visit biokop ke beberapa daerah, para penonton terus menerus memanggilnya dengan sebutan Emak. "Jadi ketika Nirina ke daerah gitu ke bioskop, Nirina tuh sampai dipanggil Emak sama semua penontonnya. Senang sih kayak sampai membekas banget peran Nirina," kata Nirina Zubir saat dijumpai SINDOnews di Jakarta Selatan, awal pekan ini.
Tidak hanya dipanggil Emak, Nirina Zubir pun sampai dicubit-cubit penonton, yang disebut olehnya berusia sekitar 60-70 tahunan. "Ya gua dicubit-cubit lah sambil dibilang Emak gitu. Terus gua bilang, 'Bisa kali bu panggil Nirina aja', gua bilang gitu ke mereka, karena gua dipanggil Emak terus. Tapi mereka enggak mau," ucapnya.
Memerankan Emak dalam Keluarga Cemara, Nirina juga berbagi cerita mengenai dampak yang dirasakannya. Terdapat satu kisah yang membuat hati Nirina tersentuh saat teather visit ke sebuah daerah, yakni ada satu keluarga yang mengikutinya sampai masuk ke dalam lift.
"Ada tiga orang liatin Nirina yang kasak kusuk gitu ngeliatin Nirina. Saat sampai di lift, ada ibu-ibu yang sungkan ajak ngobrol. Tapi tiba-tiba dia ajak ngobrol, 'mbak filmnya bagus', yang ngomong bapaknya. 'Iya mba kita bertiga nangis-nangisan,' istrinya ngomong juga," jelasnya.
"Kemudian, mereka sama anaknya pegangan tangan bertiga di dalam lift. Jadi suasananya melow banget," tambahnya.
Tentunya Nirina sangat senang bahwa filmnya yang dibintanginya memberikan dampak yang besar bagi orang-orang dan pecinta film Indonesia. "Senang banget karena filmnya kena banget pesan dan nilai-nilai sosial ke masyarakat. Selain jumlah penonton, dampak ke penonton ini yang paling berharga," tukasnya.
Selain itu, suami gitaris Ernest Fardiyan Sjarif ini mengaku dirinya jadi lebih dekat pada keluarga setelah memerankan Emak. "Aku jadi lebih didekatkan dengan keluarga, jadi lebih istilahnya kayak di film ini ya ampun ketampar banget ya," kata Nirina.
Film yang digarap Visinema Pictures itu juga memberikan pelajaran bagi Nirina dalam perannya sebagai seorang ibu yang baik di tengah keluarganya. "Jadi ibu itu zaman sekarang kan gimana caranya kita survive, gimana caranya kita dua-duanya bekerja aktif tapi yang terbaik buat anak. Kita lupa bahwa yang terbaik buat anak sebenarnya adalah just to be attend, just to play a card atau apapun itu," tutur Nirina.
"Dari film ini aku sendiri pun belajar menjadi emak yang kita semua tahu, jadi ibu enggak ada sekolahnya. For me film ini kayak sekolah jadi diingatkan kembali bagaimana menjadi ibu," imbuhnya.
Nirina Zubir mencontohkan, misalnya menganggap kalau giat bekerja adalah untuk kebaikan anak. Padahal jutru anak-anak menginginkan bisa bersama-sama dengan orangtuanya melakukan permainan yang mereka suka.
Ketika ikut dalam theater visit biokop ke beberapa daerah, para penonton terus menerus memanggilnya dengan sebutan Emak. "Jadi ketika Nirina ke daerah gitu ke bioskop, Nirina tuh sampai dipanggil Emak sama semua penontonnya. Senang sih kayak sampai membekas banget peran Nirina," kata Nirina Zubir saat dijumpai SINDOnews di Jakarta Selatan, awal pekan ini.
Tidak hanya dipanggil Emak, Nirina Zubir pun sampai dicubit-cubit penonton, yang disebut olehnya berusia sekitar 60-70 tahunan. "Ya gua dicubit-cubit lah sambil dibilang Emak gitu. Terus gua bilang, 'Bisa kali bu panggil Nirina aja', gua bilang gitu ke mereka, karena gua dipanggil Emak terus. Tapi mereka enggak mau," ucapnya.
Memerankan Emak dalam Keluarga Cemara, Nirina juga berbagi cerita mengenai dampak yang dirasakannya. Terdapat satu kisah yang membuat hati Nirina tersentuh saat teather visit ke sebuah daerah, yakni ada satu keluarga yang mengikutinya sampai masuk ke dalam lift.
"Ada tiga orang liatin Nirina yang kasak kusuk gitu ngeliatin Nirina. Saat sampai di lift, ada ibu-ibu yang sungkan ajak ngobrol. Tapi tiba-tiba dia ajak ngobrol, 'mbak filmnya bagus', yang ngomong bapaknya. 'Iya mba kita bertiga nangis-nangisan,' istrinya ngomong juga," jelasnya.
"Kemudian, mereka sama anaknya pegangan tangan bertiga di dalam lift. Jadi suasananya melow banget," tambahnya.
Tentunya Nirina sangat senang bahwa filmnya yang dibintanginya memberikan dampak yang besar bagi orang-orang dan pecinta film Indonesia. "Senang banget karena filmnya kena banget pesan dan nilai-nilai sosial ke masyarakat. Selain jumlah penonton, dampak ke penonton ini yang paling berharga," tukasnya.
Selain itu, suami gitaris Ernest Fardiyan Sjarif ini mengaku dirinya jadi lebih dekat pada keluarga setelah memerankan Emak. "Aku jadi lebih didekatkan dengan keluarga, jadi lebih istilahnya kayak di film ini ya ampun ketampar banget ya," kata Nirina.
Film yang digarap Visinema Pictures itu juga memberikan pelajaran bagi Nirina dalam perannya sebagai seorang ibu yang baik di tengah keluarganya. "Jadi ibu itu zaman sekarang kan gimana caranya kita survive, gimana caranya kita dua-duanya bekerja aktif tapi yang terbaik buat anak. Kita lupa bahwa yang terbaik buat anak sebenarnya adalah just to be attend, just to play a card atau apapun itu," tutur Nirina.
"Dari film ini aku sendiri pun belajar menjadi emak yang kita semua tahu, jadi ibu enggak ada sekolahnya. For me film ini kayak sekolah jadi diingatkan kembali bagaimana menjadi ibu," imbuhnya.
Nirina Zubir mencontohkan, misalnya menganggap kalau giat bekerja adalah untuk kebaikan anak. Padahal jutru anak-anak menginginkan bisa bersama-sama dengan orangtuanya melakukan permainan yang mereka suka.
(nug)