Alya Rohali Kenalkan Budaya Tradisional Lewat Wayang Orang
A
A
A
ARTIS Alya Rohali begitu antusias terlibat dalam pagelaran wayang orang bertajuk Bhisma Mahawira di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Lewat acara itu dia ingin mengenalkan budaya pertunjukan tradisional Jawa.
Dalam pertunjukan wayang orang pertama yang dilakoni ini, putri pasangan Rohali Sani dan Atit Tresnawati berperan sebagai Dewi Drupadi. Meski pertama kali, namun kisah pewayangan bukan hal asing baginya karena sejak kecil sudah dikenalkan oleh kedua orang tuanya.
“Pementasan wayang orang ini merupakan pertama kali bagi saya. Tapi, saya cukup familier dengan wayang orang karena saya waktu kecil suka baca komik,” kata Alya seusai jumpa pers pementasan Bhisma Mahawira di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Minggu (17/2).
Wanita yang mengawali karier sebagai None Jakarta Barat 1994 ini pun mengaku sempat kesulitan saat menghafal dan menari tarian Jawa dalam pentas wayang orang perdananya. Sebab dia bertahun-tahun sudah terbiasa dengan gerakkan cepat dalam kapasitas sebagai penari.
“Saya diajak Mas Hendro, menari Jawa, nembang , ngomong bahasa Jawa. Saya, kan suka lari maraton, semuanya benar-benar kecepatan dan tiap hari latihan selalu lupa untuk hafal gerakannya,” kata Alya. Meski terasa menyulitkan, Alya bersyukur gerakkan menarinya bisa bagus setelah melakukan latihan serius dengan waktu cukup lama.
“Menari Jawa itu harus benarbenar pakai hati. Mungkin karena saya baru pertama kali butuh adaptasi lebih banyak. Buat saya menari masih strugling banget. Di sini saya berlatih sabar sekali,” ujarnya.
Di tengah kesibukannya sebagai pelari maraton, perempuan kelahiran Jakarta, 1 Desember 1976, ini mengaku tertantang menjadi tokoh Dewi Drupadi dalam cerita pewayangan itu. Namun, dia berharap aksinya itu bisa memberikan pesan positif untuk masyarakat. “Ini tantangan untuk saya, tapi mudah-mudahan bisa mengajak orang untuk mencintai budaya bangsa. Mudahmudahan juga bisa dimaklumi kalau saya lagi nembang,” kata Alya.
Dalam acara yang diprakarsai Yayasan Alumni SMA 6 Jakarta dan Gending Eben itu, Alya mengakui banyak merasakan hal positif selama menjalani latihan. Meskipun tak bisa menampik jika ada beberapa kesulitan yang dirasakannya.
“Kesulitannya, saya pikir karena baru pertama, mungkin feeling-nya kurang. Jadi, menarinya pakai hati banget, di sini saya juga berlatih sabar, sangat melatih kesabaran saya,” katanya. Perempuan yang sukses meraih predikat Putri Indonesia tahun 1996 ini berharap keterlibatannya dalam pertunjukan wayang orang Bhisma Mahawira bisa memotivasi orang untuk lebih memperhatikan tradisi.
Dia juga berharap segmen penonton wayang orang menjadi lebih luas ke depannya. “Senang sekali bisa terlibat dalam pementasan ini. Semoga bisa mengajak lebih banyak orang untuk menonton wayang orang. Semoga yang menonton terhibur dan bisa memaklumi kalau tembangan aku ada yang kurang tepat,” kata Alya.
Pertunjukan Bhisma Mahawira merupakan pagelaran ketika yang dilakukan Yayasan Alumni SMA 6 Jakarta dan Gending Enem. Sebelumnya pada 5 November 2017, mereka mengadakan pementasan wayang orang bertajuk Aryo Penangsang dan pada 7 November 2015 mementaskan Ramayana dengan tajuk Sang Dewi Shinta.
Dalam pertunjukan wayang orang pertama yang dilakoni ini, putri pasangan Rohali Sani dan Atit Tresnawati berperan sebagai Dewi Drupadi. Meski pertama kali, namun kisah pewayangan bukan hal asing baginya karena sejak kecil sudah dikenalkan oleh kedua orang tuanya.
“Pementasan wayang orang ini merupakan pertama kali bagi saya. Tapi, saya cukup familier dengan wayang orang karena saya waktu kecil suka baca komik,” kata Alya seusai jumpa pers pementasan Bhisma Mahawira di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Minggu (17/2).
Wanita yang mengawali karier sebagai None Jakarta Barat 1994 ini pun mengaku sempat kesulitan saat menghafal dan menari tarian Jawa dalam pentas wayang orang perdananya. Sebab dia bertahun-tahun sudah terbiasa dengan gerakkan cepat dalam kapasitas sebagai penari.
“Saya diajak Mas Hendro, menari Jawa, nembang , ngomong bahasa Jawa. Saya, kan suka lari maraton, semuanya benar-benar kecepatan dan tiap hari latihan selalu lupa untuk hafal gerakannya,” kata Alya. Meski terasa menyulitkan, Alya bersyukur gerakkan menarinya bisa bagus setelah melakukan latihan serius dengan waktu cukup lama.
“Menari Jawa itu harus benarbenar pakai hati. Mungkin karena saya baru pertama kali butuh adaptasi lebih banyak. Buat saya menari masih strugling banget. Di sini saya berlatih sabar sekali,” ujarnya.
Di tengah kesibukannya sebagai pelari maraton, perempuan kelahiran Jakarta, 1 Desember 1976, ini mengaku tertantang menjadi tokoh Dewi Drupadi dalam cerita pewayangan itu. Namun, dia berharap aksinya itu bisa memberikan pesan positif untuk masyarakat. “Ini tantangan untuk saya, tapi mudah-mudahan bisa mengajak orang untuk mencintai budaya bangsa. Mudahmudahan juga bisa dimaklumi kalau saya lagi nembang,” kata Alya.
Dalam acara yang diprakarsai Yayasan Alumni SMA 6 Jakarta dan Gending Eben itu, Alya mengakui banyak merasakan hal positif selama menjalani latihan. Meskipun tak bisa menampik jika ada beberapa kesulitan yang dirasakannya.
“Kesulitannya, saya pikir karena baru pertama, mungkin feeling-nya kurang. Jadi, menarinya pakai hati banget, di sini saya juga berlatih sabar, sangat melatih kesabaran saya,” katanya. Perempuan yang sukses meraih predikat Putri Indonesia tahun 1996 ini berharap keterlibatannya dalam pertunjukan wayang orang Bhisma Mahawira bisa memotivasi orang untuk lebih memperhatikan tradisi.
Dia juga berharap segmen penonton wayang orang menjadi lebih luas ke depannya. “Senang sekali bisa terlibat dalam pementasan ini. Semoga bisa mengajak lebih banyak orang untuk menonton wayang orang. Semoga yang menonton terhibur dan bisa memaklumi kalau tembangan aku ada yang kurang tepat,” kata Alya.
Pertunjukan Bhisma Mahawira merupakan pagelaran ketika yang dilakukan Yayasan Alumni SMA 6 Jakarta dan Gending Enem. Sebelumnya pada 5 November 2017, mereka mengadakan pementasan wayang orang bertajuk Aryo Penangsang dan pada 7 November 2015 mementaskan Ramayana dengan tajuk Sang Dewi Shinta.
(don)