21 Perempuan Perupa dalam Indonesian Women Artist 2019
A
A
A
Kesadaran dalam menyinergiskan seni, teknologi, dan ilmu pengetahuan dipastikan menjadi daya tarik sekaligus kekuatan pameran Indonesian Women Artist (IWA): “Into the Future”, yang akan berlangsung di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pada Selasa (26/2) hingga 16 Maret.
Pameran ini akan menampilkan karya-karya terbaru dari 21 perempuan perupa, yang mewakili Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.Sebanyak 21 karya instalasi dan mixed media akan ditampilkan dalam pameran IWA 2019, mulai dari linocut, tekstil, fotografi, glass, kain kasa, keramik, cat air, pelat besi, hingga ranting pohon.
Karya-karya dalam pameran ini juga hadir melalui video art, sound art, LED light, photo media, dan coding hingga penggunaan bakteri, seperti Acetobacter xylinum serta bunga bakteri dari alat kelamin perempuan sebagai bagian konsep berkarya perupa.
Pameran IWA 2019 yang digagas Cemara 6 Galeri-Museum bekerja sama dengan Galeri Nasional Indonesia, dikuratori Carla Bianpoen dan Citra Smara Dewi. Dalam pameran ini juga akan diluncurkan buku IWA 2019, yang berisi profil 21 perempuan perupa kontemporer Indonesia, perjalanan berkarya, konsep berkarya, dan capaian prestasi, termasuk pemilihan perupa berdasarkan pertimbangan konsep berkarya “Out of the Box” dengan spirit berkarya yang sangat kuat.
Carla Bianpoen dalam kuratorialnya mengakui, female spirit atau “roh perempuan” yang menekankan pada sense dan “sensitivitas” yang khas perempuan, merupakan kekuatan Pameran IWA 2019. Teknologi sedang berkembang pesat, penemuan baru ilmu pengetahuan memperkaya kehidupan dewasa ini, dan “roh perempuan” sedang membuat terobosan yang tidak dapat ditahan lagi.
Semua itu membuka tantangan dan kemungkinan serta cara baru dalam seni rupa kontemporer yang menciptakan “Art of Another Kind”. “Pameran Indonesian Women Artists: Into the Future menandakan arah kekaryaan seni rupa ke depan, di mana roh perempuan menjadi primadona dalam menentukan seni rupa baru, atau seni rupa kekinian atau bisa juga kita sebut Now Art,” kata Carla Bianpoen.
Ketua Yayasan Cemara 6, Inda Citraninda Noerhadi mengatakan, sebagai salah satu institusi kebudayaan, Cemara 6 Galeri-Museum sejak berdiri 1993, memiliki komitmen dalam memajukan seni budaya antara lain dengan memberi perhatian kepada perupa perempuan Indonesia.
“Kita berharap pameran Indonesian Women Artist (IWA): “Into the Future” dapat semakin memperkuat eksistensi perupa perempuan Indonesia dalam perkembangan seni rupa, baik tingkat nasional maupun internasional,” kata Inda.
Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto menilai, pameran yang juga dilengkapi dengan peluncuran buku tentang para perupa perempuan Indonesia ini tak hanya menyajikan karya-karya apik mereka untuk diakses dan dinikmati publik, juga sebagai bentuk pengakuan terhadap eksistensi sekaligus kontribusi para perupa tersebut yang akan tercatat dalam sejarah perkembangan seni rupa Indonesia.
Sebagai rangkaian kegiatan juga akan diadakan program edukasi publik, berupa bedah buku, pada Jumat (1/3), dengan menghadirkan nara sumber Prof Melani Budianta, Carla Bianpoen, dan Aprina Murwanti, serta moderator Debra Yatim. Ada juga Art Talk dengan tema “Art, Science and Technology”, pada Sabtu (9/3) dengan narasumber Prof Ign Bambang Sugiarto, Carla Bianpoen, Irene Agrivina, Etza Meisyara, dan Andrita Yuniza Orbandi, dengan moderator Citra Smara Dewi.
Kemudian tur kurator yang akan diadakan dua kali selama pameran, yakni pada 2 dan 9 Maret, dipandu kurator Carla Bianpoen dan Citra Smara Dewi. Ada pula diskusi dengan tema “Seni Rupa, Kekayaan Intelektual, dan Ekonomi Kreatif”, pada Kamis (14/3).
Diskusi yang dimoderatori Eddy Soetriyono ini menghadirkan narasumber Inda Citraninda Noerhadi (Seni Rupa dan Kekayaan Intelektual), Wakil Ketua Bekraf Ricky Pesik (Seni Rupa dan Ekonomi Kreatif yang Berkelanjutan), dan kolektor Wiyu Wahono (Seni Rupa dan Investasi).
Sekilas Buku IWA 2019
Sentuhan roh perempuan setiap perupa pada karyanya sebagaimana yang ditulis dalam buku IWA 2019, menjadikan buku ini sebagai penanda perubahan zaman yang sangat unik. Terlebih, setiap perupa memang memiliki keunikan tersendiri.
Ada yang memadukan seni dengan sains dan teknologi, ada yang memaknai karyanya lewat sound dan compassion, atau menggunakan silikon sebagai gantinya kanvas, ada yang meniup glass (blowing glass) seperti di Murano/Italia, ada pula yang menyulam dengan menancapkan jarum ke dalam kayu, membuat patung dengan rambut, dan banyak lagi yang menakjubkan.
Buku ini semakin istimewa karena ditulis Carla Bianpoen, yang diketahui sebagai jurnalis senior dan pernah dua kali menjadi kurator Paviliun Indonesia di Venice Biennale (2013 dan 2015). Carla Bianpoen juga telah menelusuri perkembangan seni rupa kontemporer lokal dan internasional selama 20 tahun. Buku ini juga diperkaya esai Aprina Murwanti, Inda C Noerhadi, dan Wulan Dirgantoro.
Adapun 21 perempuan perupa yang ditulis dalam buku berbahasa Inggris ini, yakni Andrita Yuniza Orbandy, Ayu Arista Murti, Cecilia Patricia Untario, Dita Gambiro, Elia Nurvista, Erika Ernawan, Etza Meisyara, Fika Ria Santika, Irene Agrivina Widyaningrum, Kinez Riza, Maharani Mancanagara, Maradita Sutantio, Natasha Tontey, Octora, Prilla Tanya, Restu Ratnaningtyas, Sanchia Hamidjaja, Syagini Ratna Wulan, Tara Kasenda, Theresia Agustina Sitompul, dan Yaya Sung.
Pameran ini akan menampilkan karya-karya terbaru dari 21 perempuan perupa, yang mewakili Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.Sebanyak 21 karya instalasi dan mixed media akan ditampilkan dalam pameran IWA 2019, mulai dari linocut, tekstil, fotografi, glass, kain kasa, keramik, cat air, pelat besi, hingga ranting pohon.
Karya-karya dalam pameran ini juga hadir melalui video art, sound art, LED light, photo media, dan coding hingga penggunaan bakteri, seperti Acetobacter xylinum serta bunga bakteri dari alat kelamin perempuan sebagai bagian konsep berkarya perupa.
Pameran IWA 2019 yang digagas Cemara 6 Galeri-Museum bekerja sama dengan Galeri Nasional Indonesia, dikuratori Carla Bianpoen dan Citra Smara Dewi. Dalam pameran ini juga akan diluncurkan buku IWA 2019, yang berisi profil 21 perempuan perupa kontemporer Indonesia, perjalanan berkarya, konsep berkarya, dan capaian prestasi, termasuk pemilihan perupa berdasarkan pertimbangan konsep berkarya “Out of the Box” dengan spirit berkarya yang sangat kuat.
Carla Bianpoen dalam kuratorialnya mengakui, female spirit atau “roh perempuan” yang menekankan pada sense dan “sensitivitas” yang khas perempuan, merupakan kekuatan Pameran IWA 2019. Teknologi sedang berkembang pesat, penemuan baru ilmu pengetahuan memperkaya kehidupan dewasa ini, dan “roh perempuan” sedang membuat terobosan yang tidak dapat ditahan lagi.
Semua itu membuka tantangan dan kemungkinan serta cara baru dalam seni rupa kontemporer yang menciptakan “Art of Another Kind”. “Pameran Indonesian Women Artists: Into the Future menandakan arah kekaryaan seni rupa ke depan, di mana roh perempuan menjadi primadona dalam menentukan seni rupa baru, atau seni rupa kekinian atau bisa juga kita sebut Now Art,” kata Carla Bianpoen.
Ketua Yayasan Cemara 6, Inda Citraninda Noerhadi mengatakan, sebagai salah satu institusi kebudayaan, Cemara 6 Galeri-Museum sejak berdiri 1993, memiliki komitmen dalam memajukan seni budaya antara lain dengan memberi perhatian kepada perupa perempuan Indonesia.
“Kita berharap pameran Indonesian Women Artist (IWA): “Into the Future” dapat semakin memperkuat eksistensi perupa perempuan Indonesia dalam perkembangan seni rupa, baik tingkat nasional maupun internasional,” kata Inda.
Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto menilai, pameran yang juga dilengkapi dengan peluncuran buku tentang para perupa perempuan Indonesia ini tak hanya menyajikan karya-karya apik mereka untuk diakses dan dinikmati publik, juga sebagai bentuk pengakuan terhadap eksistensi sekaligus kontribusi para perupa tersebut yang akan tercatat dalam sejarah perkembangan seni rupa Indonesia.
Sebagai rangkaian kegiatan juga akan diadakan program edukasi publik, berupa bedah buku, pada Jumat (1/3), dengan menghadirkan nara sumber Prof Melani Budianta, Carla Bianpoen, dan Aprina Murwanti, serta moderator Debra Yatim. Ada juga Art Talk dengan tema “Art, Science and Technology”, pada Sabtu (9/3) dengan narasumber Prof Ign Bambang Sugiarto, Carla Bianpoen, Irene Agrivina, Etza Meisyara, dan Andrita Yuniza Orbandi, dengan moderator Citra Smara Dewi.
Kemudian tur kurator yang akan diadakan dua kali selama pameran, yakni pada 2 dan 9 Maret, dipandu kurator Carla Bianpoen dan Citra Smara Dewi. Ada pula diskusi dengan tema “Seni Rupa, Kekayaan Intelektual, dan Ekonomi Kreatif”, pada Kamis (14/3).
Diskusi yang dimoderatori Eddy Soetriyono ini menghadirkan narasumber Inda Citraninda Noerhadi (Seni Rupa dan Kekayaan Intelektual), Wakil Ketua Bekraf Ricky Pesik (Seni Rupa dan Ekonomi Kreatif yang Berkelanjutan), dan kolektor Wiyu Wahono (Seni Rupa dan Investasi).
Sekilas Buku IWA 2019
Sentuhan roh perempuan setiap perupa pada karyanya sebagaimana yang ditulis dalam buku IWA 2019, menjadikan buku ini sebagai penanda perubahan zaman yang sangat unik. Terlebih, setiap perupa memang memiliki keunikan tersendiri.
Ada yang memadukan seni dengan sains dan teknologi, ada yang memaknai karyanya lewat sound dan compassion, atau menggunakan silikon sebagai gantinya kanvas, ada yang meniup glass (blowing glass) seperti di Murano/Italia, ada pula yang menyulam dengan menancapkan jarum ke dalam kayu, membuat patung dengan rambut, dan banyak lagi yang menakjubkan.
Buku ini semakin istimewa karena ditulis Carla Bianpoen, yang diketahui sebagai jurnalis senior dan pernah dua kali menjadi kurator Paviliun Indonesia di Venice Biennale (2013 dan 2015). Carla Bianpoen juga telah menelusuri perkembangan seni rupa kontemporer lokal dan internasional selama 20 tahun. Buku ini juga diperkaya esai Aprina Murwanti, Inda C Noerhadi, dan Wulan Dirgantoro.
Adapun 21 perempuan perupa yang ditulis dalam buku berbahasa Inggris ini, yakni Andrita Yuniza Orbandy, Ayu Arista Murti, Cecilia Patricia Untario, Dita Gambiro, Elia Nurvista, Erika Ernawan, Etza Meisyara, Fika Ria Santika, Irene Agrivina Widyaningrum, Kinez Riza, Maharani Mancanagara, Maradita Sutantio, Natasha Tontey, Octora, Prilla Tanya, Restu Ratnaningtyas, Sanchia Hamidjaja, Syagini Ratna Wulan, Tara Kasenda, Theresia Agustina Sitompul, dan Yaya Sung.
(don)