Lewat Video Art, Dua Seniman Ini Kenalkan Filosofi Batik
A
A
A
JAKARTA - Ada banyak yang bisa kita lakukan untuk memperkenalkan, mempertahankan atau bahkan mengembangkan budaya bangsa. Salah satunya melalui industri hiburan musik Tanah Air, dalam hal ini video art.
Prihatin dengan keberlangsungan batik sebagai identitas bangsa, duet Mia Ismi dan Kiel Dharmawel menampilkan single video art-nya yang berjudul “Tentang Kami” berbalut filosofi batik. Di dalam pagelaran yang mengkombinasikan musik, tarian tradisional dan alunan biola, ini mereka mengenakan beragam batik tradisional.
“Indonesia ini penuh dengan simbol-simbol. Dan apa yang kami kenakan di dalam video klip maupun saat di panggung adalah batik-batik yang kaya akan symbol,” kata Mia Ismi saat menampilkan “Tentang Kami” di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.
Terkait sosialisasi batik, Ayu Dyah Pasha, Pendiri dan Ketua Umum Ikatan Pencinta Batik Nusantara, mengatakan dirinya mengenal Mia Ismi sejak tahun 2011. Mereka terus bersama berkegiatan sebagai pecinta batik.
“Lalu dia dapat kesempatan dari Kemenpar untuk mengenalkan batik. Lalu berangkat ke luar negeri untuk mengenalkan batik dengan cara bermain biola, bernyanyi, dan membuat workshop batik. Ini kali pertama saya melihatnya monolog dengan mengenakan batik yang kaya akan filosofi,” kata Ayu Dyah Pasha.
Dia pun menyoroti pembuat batik alusan yang sudah sangat sedikit. “Semakin banyak orang tidak tertarik membuat batik. Pembuat canting, platnya juga sudah sangat jarang. Blusukan ke Jawa tengah, tinggal generasi tuanya saja. Yang muda-muda tak mau terlibat,” keluhnya.
Terkait single “Tentang Kami” ini, Mia & Kiel menyuguhkan kisah yang tentunya pernah dialami semua manusia, yakni bahasa cinta. Perasaan jatuh cinta dengan energi tarik-menarik yang luar biasa, tapi dengan berlandaskan rasa ikhlas dan kepasrahan kepada yang kuasa.
Single ini juga merupakan bagian dari monolog dengan judul yang sama yang seringkali dibawakan keduanya di beberapa penampilan duet Mia & Kiel di Kuala Lumpur, Yogyakarta dan Jakarta dalam beberapa pertunjukan seni dan kebudayaan. Keduanya juga ingin memperkenalkan gaya baru yang sesungguhnya sudah lama menjadi moral bangsa, bahwa cinta berbeda dengan nafsu.
“Kemolekan bukan seperti halnya gaya Barat yang lebih mengumbarnya dengan aksi-aksi eksplisit. Cinta tidak harus digambarkan dengan pelukan, dan lewat video art Tentang Kami ini, Kami menyajikan makna ganda yang dapat diartikan secara lebih luas,” tutur Mia.
Lebih lanjut dikatakan, banyak kisah cinta yang dituliskan pujangga-pujangga Indonesia dari masa ke masa, sebut saja “Chentini” karya Pakubuwono V, “Aku” karya Chairil Anwar, dan masih banyak lagi.
Ada benang merah yang membuat karya-karya ini disegani dan dihormati oleh khalayak Nusantara dan dunia internasional, yakni karena filosofi dan makna besar dibalik kata-kata yang dituliskan penyairnya. “Lewat single Tentang Kami ini kami ingin membawa semangat itu ke dalam lirik lagu yang kami tampilkan dengan kombinasi nyanyian, tarian tradisional kontemporer serta alunan romantik gesekan biola didalamnya,” tutup Kiel.
Prihatin dengan keberlangsungan batik sebagai identitas bangsa, duet Mia Ismi dan Kiel Dharmawel menampilkan single video art-nya yang berjudul “Tentang Kami” berbalut filosofi batik. Di dalam pagelaran yang mengkombinasikan musik, tarian tradisional dan alunan biola, ini mereka mengenakan beragam batik tradisional.
“Indonesia ini penuh dengan simbol-simbol. Dan apa yang kami kenakan di dalam video klip maupun saat di panggung adalah batik-batik yang kaya akan symbol,” kata Mia Ismi saat menampilkan “Tentang Kami” di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.
Terkait sosialisasi batik, Ayu Dyah Pasha, Pendiri dan Ketua Umum Ikatan Pencinta Batik Nusantara, mengatakan dirinya mengenal Mia Ismi sejak tahun 2011. Mereka terus bersama berkegiatan sebagai pecinta batik.
“Lalu dia dapat kesempatan dari Kemenpar untuk mengenalkan batik. Lalu berangkat ke luar negeri untuk mengenalkan batik dengan cara bermain biola, bernyanyi, dan membuat workshop batik. Ini kali pertama saya melihatnya monolog dengan mengenakan batik yang kaya akan filosofi,” kata Ayu Dyah Pasha.
Dia pun menyoroti pembuat batik alusan yang sudah sangat sedikit. “Semakin banyak orang tidak tertarik membuat batik. Pembuat canting, platnya juga sudah sangat jarang. Blusukan ke Jawa tengah, tinggal generasi tuanya saja. Yang muda-muda tak mau terlibat,” keluhnya.
Terkait single “Tentang Kami” ini, Mia & Kiel menyuguhkan kisah yang tentunya pernah dialami semua manusia, yakni bahasa cinta. Perasaan jatuh cinta dengan energi tarik-menarik yang luar biasa, tapi dengan berlandaskan rasa ikhlas dan kepasrahan kepada yang kuasa.
Single ini juga merupakan bagian dari monolog dengan judul yang sama yang seringkali dibawakan keduanya di beberapa penampilan duet Mia & Kiel di Kuala Lumpur, Yogyakarta dan Jakarta dalam beberapa pertunjukan seni dan kebudayaan. Keduanya juga ingin memperkenalkan gaya baru yang sesungguhnya sudah lama menjadi moral bangsa, bahwa cinta berbeda dengan nafsu.
“Kemolekan bukan seperti halnya gaya Barat yang lebih mengumbarnya dengan aksi-aksi eksplisit. Cinta tidak harus digambarkan dengan pelukan, dan lewat video art Tentang Kami ini, Kami menyajikan makna ganda yang dapat diartikan secara lebih luas,” tutur Mia.
Lebih lanjut dikatakan, banyak kisah cinta yang dituliskan pujangga-pujangga Indonesia dari masa ke masa, sebut saja “Chentini” karya Pakubuwono V, “Aku” karya Chairil Anwar, dan masih banyak lagi.
Ada benang merah yang membuat karya-karya ini disegani dan dihormati oleh khalayak Nusantara dan dunia internasional, yakni karena filosofi dan makna besar dibalik kata-kata yang dituliskan penyairnya. “Lewat single Tentang Kami ini kami ingin membawa semangat itu ke dalam lirik lagu yang kami tampilkan dengan kombinasi nyanyian, tarian tradisional kontemporer serta alunan romantik gesekan biola didalamnya,” tutup Kiel.
(tdy)