Victoria's Secret Bakal Tutup 53 Toko pada Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Victoria's Secret mengumumkan rencananya untuk menutup 53 toko tahun ini karena para wanita mulai meninggalkan brand model selebritas untuk startup dan superstores. Perusahaan induk ikon pakaian dalam, L Brands, mengumumkan penurunan 7% dalam penjualan selama kuartal terakhir mereka dan 40% pada tahun lalu, meski brand andalan perusahaan, Bath and Body Works terus melakukannya dengan baik.
CNN Business menyebutkan kegagalan perusahaan untuk menghasilkan lebih banyak bra yang sesuai pesanan, serta strategi periklanan model selebritinya, sebagai alasan pergulatan brand tersebut. Sedangkan superstore seperti Walmart dan Best Buy telah melakukan peningkatan bisnis baru-baru ini, yang menunjukkan minat yang menurun pada brand yang dikenakan para model jutawan.
Dilansir dari Metro, meskipun perubahan dalam strategi tampaknya diperlukan untuk kelangsungan hidup Victoria's Secret, yang telah berpegang teguh pada strategi pemasaran yang sama selama beberapa dekade, itu mungkin tidak cocok dengan konsumen.
"Orang-orang mengidentifikasi Victoria's Secret dengan apa yang terjadi selama 20 tahun terakhir—model yang sangat seksi dan ber-airbrush," kata analis investasi Janine Stitcher.
"Jika mereka akan berputar sekarang, saya kira itu tidak akan jadi orisinal. Mereka tidak punya pilihan bagus. Tidak hanya merek pakaian dalam yang dikalahkan oleh superstores, tapi mereka juga mulai merasakan kehangatan dari startup di industri yang menampilkan wanita sehari-hari sebagai model," tambahnya.
Bahkan, startup seperti Adore Me dan Thirdlove telah membuktikan bahwa konsumen lebih terdorong untuk membeli pakaian dalam mereka dari brand yang tidak memiliki standar kecantikan yang tidak terjangkau. Selain itu, brand tersebut juga menjual berbagai macam bra yang lebih pas. Harga kompetitif juga berperan dalam penurunan Victoria's Secret.
CNN Business menyebutkan kegagalan perusahaan untuk menghasilkan lebih banyak bra yang sesuai pesanan, serta strategi periklanan model selebritinya, sebagai alasan pergulatan brand tersebut. Sedangkan superstore seperti Walmart dan Best Buy telah melakukan peningkatan bisnis baru-baru ini, yang menunjukkan minat yang menurun pada brand yang dikenakan para model jutawan.
Dilansir dari Metro, meskipun perubahan dalam strategi tampaknya diperlukan untuk kelangsungan hidup Victoria's Secret, yang telah berpegang teguh pada strategi pemasaran yang sama selama beberapa dekade, itu mungkin tidak cocok dengan konsumen.
"Orang-orang mengidentifikasi Victoria's Secret dengan apa yang terjadi selama 20 tahun terakhir—model yang sangat seksi dan ber-airbrush," kata analis investasi Janine Stitcher.
"Jika mereka akan berputar sekarang, saya kira itu tidak akan jadi orisinal. Mereka tidak punya pilihan bagus. Tidak hanya merek pakaian dalam yang dikalahkan oleh superstores, tapi mereka juga mulai merasakan kehangatan dari startup di industri yang menampilkan wanita sehari-hari sebagai model," tambahnya.
Bahkan, startup seperti Adore Me dan Thirdlove telah membuktikan bahwa konsumen lebih terdorong untuk membeli pakaian dalam mereka dari brand yang tidak memiliki standar kecantikan yang tidak terjangkau. Selain itu, brand tersebut juga menjual berbagai macam bra yang lebih pas. Harga kompetitif juga berperan dalam penurunan Victoria's Secret.
(alv)