Review Film Dumbo
A
A
A
JAKARTA - Disney kembali mempersembahkan sentuhan magis mereka pada animasi klasik dari era 40an, Dumbo, dalam versi live action. Ditangani sutradara nyeleneh Tim Burton, Dumbo mengajak penontonnya berpetualang dengan emosi yang campur aduk bersama Milly, Joe, Holt, anggota sirkus Medici Bersaudara dan tentu saja si gajah kecil yang bisa terbang ini.
Adaptasi live action Dumbo ini punya cerita yang berbeda dari versi klasik aslinya yang dirilis pada 1941. Jika di versi aslinya Dumbo memiliki mentor berupa seekor tikus berma Timothy Q Mouse, maka di versi live action, mentor Dumbo adalah dua anak Kapten Holt Farrier (Colin Farrell), yaitu Milly (Nico Parker) dan Joe (Finley Hobbins). Kedua anak itu memiliki sejumlah tikus putih yang tinggal di dalam sangkar. Mereka semua tinggal bersama rombongan sirkus Medici Bersaudara pimpinan Max Medici (Danny DeVito). Film ini ber-setting 1919.
Ketika rombongan itu sampai di Kota Joplin, Missouri, Holt tiba belakangan. Dia baru saja pulang dari perang dan kehilangan satu tangannya. Dia kecewa ketika tahu bahwa Max telah menjual seluruh kuda yang biasa dia naiki untuk beraksi di sirkus itu. Max kemudian mendapuknya untuk mengurusi gajah. Saat itu, Max baru saja membeli seekor gajah betina yang diberi nama Jumbo. Gajah itu sedang hamil.
Bersama Milly dan Joe, Holt pun menjalankan tugasnya tersebut. Hingga suatu pagi, ketika para gajah hendak dikeluarkan untuk beraksi, Jumbo menolak keluar dari kandangnya. Holt, Milly dan Joe pun berusaha mencegah para kru sirkus untuk memaksa Jumbo beraksi. Namun, hal itu tidak didengarkan. Mereka tetap mengeluarkan Jumbo dari kandangnya. Holt, Milly dan Joe melihat tumpukan jerami di kandang Jumbo. Mereka pun tahu kalau Jumbo sudah melahirkan. Namun, bayi gajah yang seharusnya lucu itu justru terlihat aneh. Anak Jumbo lahir dengan telinga yang sangat lebar. Max yang melihat bayi gajah itu pun merasa kecewa dan berniat mengembalikan Jumbo dan anaknya itu kepada penjualnya.
Ketika diperkenalkan kepada penonton, anak Jumbo itu gugup. Dia kemudian ditertawakan ketika penonton melihat bentuk kupingnya yang aneh. Bayi gajah yang kemudian dipanggil Dumbo itu ketakutan di dalam tenda atraksi. Induknya, Jumbo, yang merasakan ketakutan anaknya, masuk ke dalam tenda dan membuat kekacauan. Akibatnya, Jumbo dikandangkan dan dipisahkan dari Dumbo. Max kemudian mengembalikan Jumbo kepada penjualnya. Dia pun dipisahkan dari Dumbo setelah Max merasa Dumbo bisa menjadi atraksi menarik.
Dumbo pun sedih setelah ibunya pergi. Dia seolah tidak punya semangat untuk hidup. Namun, Milly dan Joe menemukan cara untuk mengembalikan semangat Dumbo. Mereka pun melatih Dumbo untuk terbang dengan telinganya. Dumbo segera menjadi bintang baru sirkus Medici Bersaudara.
Kekondangan Dumbo menarik perhatian VA Vandevere (Michael Keaton), pemilik Dreamland, yang culas dan serakah. Dia kemudian menawarkan untuk menggaet Max sebagai partner dan membawa semua anggota sirkusnya ke Dreamland. Dia ingin menjadikan Dumbo sebagai pusat atraksi Dreamland dan juga mengeruk keuntungan besar dari gajah itu.
Dumbo adalah tontonan yang pas untuk dinikmati anak-anak. Film ini membawa banyak elemen yang menyenangkan bagi mereka. Keajaiban di sirkus, atraksi-atraksi yang memikat mata serta cerita yang memang sangat dekat dengan mereka, yaitu ikatan keluarga.
Emosi menjadi salah satu kekuatan di film ini. Tim mampu menghadirkan sosok Dumbo yang gugup, takut dan takjub dengan apa yang terjadi di sekitarnya dengan baik. Dia mampu menghadirkan ekspresi di wajah Dumbo hingga terasa nyata, meskipun dia dibuat dengan CGI. Rintihan kesedihan Dumbo saat harus berpisah dengan ibunya pun menambah syahdu film ini. Jadi, jika Anda adalah orang yang gampang menangis, siap-siap sedia tisu saat menonton film ini. Anda akan membutuhkannya.
Sayangnya, Tim tidak terlalu mengeksplorasi ikatan antara Milly, Joe dan Holt dengan lebih detil. Emosi dalam ikatan mereka tidak terlalu tergali di film ini. Padahal jika lebih digali lagi, maka Dumbo benar-benar bakal menjadi salah satu film paling emosional yang pernah ada. Selain itu, meskipun dekat, ikatan emosional yang terbangun antara Milly, Joe dan Dumbo juga tidak terlalu ditonjolkan. Tim sepertinya lebih sibuk untuk berusaha memberikan gambaran tentang atraksi menarik dalam sebuah sirkus.
Namun begitu, Dumbo tetap menjadi tontonan yang menarik. Banyak pesan moral di dalam film ini yang bisa diajarkan kepada anak-anak. Terutama tentang menjadi berbeda dan membangkitkan rasa percaya diri. Sesuatu yang sepertinya bakal dibutuhkan banyak orang di masa kini. Selain itu, penampilan akting yang bagus dari Michael Keaton dan Danny DeVito menjadi bagian menarik lainnya dari film yang berdurasi 112 menit ini.
Dumbo sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan Anda mulai hari ini, Rabu (27/3/2019). Selamat menonton!
Adaptasi live action Dumbo ini punya cerita yang berbeda dari versi klasik aslinya yang dirilis pada 1941. Jika di versi aslinya Dumbo memiliki mentor berupa seekor tikus berma Timothy Q Mouse, maka di versi live action, mentor Dumbo adalah dua anak Kapten Holt Farrier (Colin Farrell), yaitu Milly (Nico Parker) dan Joe (Finley Hobbins). Kedua anak itu memiliki sejumlah tikus putih yang tinggal di dalam sangkar. Mereka semua tinggal bersama rombongan sirkus Medici Bersaudara pimpinan Max Medici (Danny DeVito). Film ini ber-setting 1919.
Ketika rombongan itu sampai di Kota Joplin, Missouri, Holt tiba belakangan. Dia baru saja pulang dari perang dan kehilangan satu tangannya. Dia kecewa ketika tahu bahwa Max telah menjual seluruh kuda yang biasa dia naiki untuk beraksi di sirkus itu. Max kemudian mendapuknya untuk mengurusi gajah. Saat itu, Max baru saja membeli seekor gajah betina yang diberi nama Jumbo. Gajah itu sedang hamil.
Bersama Milly dan Joe, Holt pun menjalankan tugasnya tersebut. Hingga suatu pagi, ketika para gajah hendak dikeluarkan untuk beraksi, Jumbo menolak keluar dari kandangnya. Holt, Milly dan Joe pun berusaha mencegah para kru sirkus untuk memaksa Jumbo beraksi. Namun, hal itu tidak didengarkan. Mereka tetap mengeluarkan Jumbo dari kandangnya. Holt, Milly dan Joe melihat tumpukan jerami di kandang Jumbo. Mereka pun tahu kalau Jumbo sudah melahirkan. Namun, bayi gajah yang seharusnya lucu itu justru terlihat aneh. Anak Jumbo lahir dengan telinga yang sangat lebar. Max yang melihat bayi gajah itu pun merasa kecewa dan berniat mengembalikan Jumbo dan anaknya itu kepada penjualnya.
Ketika diperkenalkan kepada penonton, anak Jumbo itu gugup. Dia kemudian ditertawakan ketika penonton melihat bentuk kupingnya yang aneh. Bayi gajah yang kemudian dipanggil Dumbo itu ketakutan di dalam tenda atraksi. Induknya, Jumbo, yang merasakan ketakutan anaknya, masuk ke dalam tenda dan membuat kekacauan. Akibatnya, Jumbo dikandangkan dan dipisahkan dari Dumbo. Max kemudian mengembalikan Jumbo kepada penjualnya. Dia pun dipisahkan dari Dumbo setelah Max merasa Dumbo bisa menjadi atraksi menarik.
Dumbo pun sedih setelah ibunya pergi. Dia seolah tidak punya semangat untuk hidup. Namun, Milly dan Joe menemukan cara untuk mengembalikan semangat Dumbo. Mereka pun melatih Dumbo untuk terbang dengan telinganya. Dumbo segera menjadi bintang baru sirkus Medici Bersaudara.
Kekondangan Dumbo menarik perhatian VA Vandevere (Michael Keaton), pemilik Dreamland, yang culas dan serakah. Dia kemudian menawarkan untuk menggaet Max sebagai partner dan membawa semua anggota sirkusnya ke Dreamland. Dia ingin menjadikan Dumbo sebagai pusat atraksi Dreamland dan juga mengeruk keuntungan besar dari gajah itu.
Dumbo adalah tontonan yang pas untuk dinikmati anak-anak. Film ini membawa banyak elemen yang menyenangkan bagi mereka. Keajaiban di sirkus, atraksi-atraksi yang memikat mata serta cerita yang memang sangat dekat dengan mereka, yaitu ikatan keluarga.
Emosi menjadi salah satu kekuatan di film ini. Tim mampu menghadirkan sosok Dumbo yang gugup, takut dan takjub dengan apa yang terjadi di sekitarnya dengan baik. Dia mampu menghadirkan ekspresi di wajah Dumbo hingga terasa nyata, meskipun dia dibuat dengan CGI. Rintihan kesedihan Dumbo saat harus berpisah dengan ibunya pun menambah syahdu film ini. Jadi, jika Anda adalah orang yang gampang menangis, siap-siap sedia tisu saat menonton film ini. Anda akan membutuhkannya.
Sayangnya, Tim tidak terlalu mengeksplorasi ikatan antara Milly, Joe dan Holt dengan lebih detil. Emosi dalam ikatan mereka tidak terlalu tergali di film ini. Padahal jika lebih digali lagi, maka Dumbo benar-benar bakal menjadi salah satu film paling emosional yang pernah ada. Selain itu, meskipun dekat, ikatan emosional yang terbangun antara Milly, Joe dan Dumbo juga tidak terlalu ditonjolkan. Tim sepertinya lebih sibuk untuk berusaha memberikan gambaran tentang atraksi menarik dalam sebuah sirkus.
Namun begitu, Dumbo tetap menjadi tontonan yang menarik. Banyak pesan moral di dalam film ini yang bisa diajarkan kepada anak-anak. Terutama tentang menjadi berbeda dan membangkitkan rasa percaya diri. Sesuatu yang sepertinya bakal dibutuhkan banyak orang di masa kini. Selain itu, penampilan akting yang bagus dari Michael Keaton dan Danny DeVito menjadi bagian menarik lainnya dari film yang berdurasi 112 menit ini.
Dumbo sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan Anda mulai hari ini, Rabu (27/3/2019). Selamat menonton!
(alv)