Sukses Bikin Buku dengan Davy, Tulus Ingin Menulis Buku Lagi
A
A
A
JAKARTA - Apa jadinya jika dua seniman lintas prinsip, yakni penyanyi Muhammad Tulus dan perupa Davy Linggar bertemu dan melakukan kerjasama? Ya, dari kolaborasi mereka berdua lahir sebuah buku berjudul "Tulus x Davy Linggar: Yang Juga Mendengar".
Buku tersebut, kata Tulus, berisi tentang kumpulan karya fotografi yang diresponsnya dengan tulisan-tulisan imajinatif. Ketika dibuka lembar per lembar halaman, akan terasa sangat abstrak dan personal. "Namun, itu harapannya, saat pegang bukunya setiap orang bisa menanggapi dengan personal juga bisa dipakai untuk melamun, cari ide coret-coret," ucap Tulus saat ditemui di kawasan Bintaro, Jakarta, beberapa hari yang lalu.
Penyanyi kelahiran Bukittinggi, 20 Agustus 1987 ini menilai proses penggarapan buku tersebut menarik dan menjadi kebalikan dari kebiasaan selama ini, yang biasanya Davy merespons lirik lagu dalam bentuk visual dalam video klip atau foto dan proyek musik lainnya. Akan tetapi, dalam buku ini, Tulus yang merespons gambar dari Davy menjadi sebuah tulisan.
Sebelum disatukan menjadi sebuah buku, foto dan respons yang dibuat Tulus dalam bentuk tulisan ini sempat dipamerkan di ArtJog 2018 di Museum Nasional Yogyakarta, 4 Mei-4 Juni tahun lalu. "Awalnya tahun lalu saya diajak sama Davy, karena dia ikut diundang ArtJog untuk pameran di sana, Davy kepikiran bikin karya saya kolaborasi sama dia," tukas Tulus.
Lebih dari 50 foto dipilih dan diberikan Davy kepada Tulus untuk diberi respons. Tulus pun menerimanya dengan senang hati. "Gambar itu saya lihat satu-satu, begitu yang saya lihat ada rasanya, saya fokus dengan gambar itu beberapa saat," kata Tulus.
"Kalau saya pribadi dari sudut pandang seorang penulis lagu, saya selalu mencoba menulis lagu yang tidak hanya bisa saya rasakan sendiri tapi juga yang mendengarkan, membaca serta menyimak bisa ikut merasakan. Saya yakin juga fotografi seperti itu," tuturnya.
Dalam penyusunan buku ini, Tulus hanya menghadirkan tulisan-tulisan pendek baik berupa dialog-dialog atau pernyataan singkat. Tujuannya agar secara instan pesan yang ditulis bisa sampai secara personal kepada pembaca.
Ke depan, pelantun lagu "Jangan Cintai Aku Apa Adanya" itu berencana membuat karya buku lain, dan tak menutup kemungkinan akan menceritakan pengalaman mengenai proses kreatif sebuah lagu dan akan mengalihbahasakan buku ini kedalam bahasa Jepang, di mana fansnya cukup banyak di Negara Matahari Terbit itu.
"Jujur saya enggak pernah menutup diri untuk apapun berkaitan dengan karya dan kreativitas, sehingga sangat mungkin karena menyenangkan prosesnya," tutupnya.
Buku tersebut, kata Tulus, berisi tentang kumpulan karya fotografi yang diresponsnya dengan tulisan-tulisan imajinatif. Ketika dibuka lembar per lembar halaman, akan terasa sangat abstrak dan personal. "Namun, itu harapannya, saat pegang bukunya setiap orang bisa menanggapi dengan personal juga bisa dipakai untuk melamun, cari ide coret-coret," ucap Tulus saat ditemui di kawasan Bintaro, Jakarta, beberapa hari yang lalu.
Penyanyi kelahiran Bukittinggi, 20 Agustus 1987 ini menilai proses penggarapan buku tersebut menarik dan menjadi kebalikan dari kebiasaan selama ini, yang biasanya Davy merespons lirik lagu dalam bentuk visual dalam video klip atau foto dan proyek musik lainnya. Akan tetapi, dalam buku ini, Tulus yang merespons gambar dari Davy menjadi sebuah tulisan.
Sebelum disatukan menjadi sebuah buku, foto dan respons yang dibuat Tulus dalam bentuk tulisan ini sempat dipamerkan di ArtJog 2018 di Museum Nasional Yogyakarta, 4 Mei-4 Juni tahun lalu. "Awalnya tahun lalu saya diajak sama Davy, karena dia ikut diundang ArtJog untuk pameran di sana, Davy kepikiran bikin karya saya kolaborasi sama dia," tukas Tulus.
Lebih dari 50 foto dipilih dan diberikan Davy kepada Tulus untuk diberi respons. Tulus pun menerimanya dengan senang hati. "Gambar itu saya lihat satu-satu, begitu yang saya lihat ada rasanya, saya fokus dengan gambar itu beberapa saat," kata Tulus.
"Kalau saya pribadi dari sudut pandang seorang penulis lagu, saya selalu mencoba menulis lagu yang tidak hanya bisa saya rasakan sendiri tapi juga yang mendengarkan, membaca serta menyimak bisa ikut merasakan. Saya yakin juga fotografi seperti itu," tuturnya.
Dalam penyusunan buku ini, Tulus hanya menghadirkan tulisan-tulisan pendek baik berupa dialog-dialog atau pernyataan singkat. Tujuannya agar secara instan pesan yang ditulis bisa sampai secara personal kepada pembaca.
Ke depan, pelantun lagu "Jangan Cintai Aku Apa Adanya" itu berencana membuat karya buku lain, dan tak menutup kemungkinan akan menceritakan pengalaman mengenai proses kreatif sebuah lagu dan akan mengalihbahasakan buku ini kedalam bahasa Jepang, di mana fansnya cukup banyak di Negara Matahari Terbit itu.
"Jujur saya enggak pernah menutup diri untuk apapun berkaitan dengan karya dan kreativitas, sehingga sangat mungkin karena menyenangkan prosesnya," tutupnya.
(nug)