Merajut Kerukunan lewat Lagu

Minggu, 28 April 2019 - 09:11 WIB
Merajut Kerukunan lewat Lagu
Merajut Kerukunan lewat Lagu
A A A
JAKARTA - Karut-marut politik akibat Pemilu 2019 yang berdampak pada rusaknya kohesi sosial memicu keprihatinan sejumlah musisi Tanah Air.

Mereka berupaya meredam konflik dan mendorong terajutnya kembali kerukunan sesama anak bangsa lewat karya musiknya. Beberapa musisi atau band dimaksud antara lain Yovie Widianto, Ari Lasso, BIP, D’Masiv, dan Ebiet G Ade.

Melalui karyanya mereka ingin menggugah kembali semua komponen bangsa yang terlibat dalam ingar-bingar pertarungan memperebutkan kekuasaan agar tetap menjaga perdamaian dan mengedepankan persatuan. Sumbangsih musisi untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian, termasuk di level global, banyak tercatat dalam perjalanan dinamika zaman.

Kekuatan laguseperti Wind of Change yang dibawakan Scorpions dan Heal the World milik Michael Jackson pun terbukti mampu menjadi sarana mengajak publik untuk bersama-sama melawan kekerasan, konflik, peperangan, dan sebagainya. Di Tanah air juga ada lagu Perdamaian yang pernah dibawakan Nasida Ria dan band Gigi.

Barangkali inilah yang menginspirasi Yovie Widianto dkk untuk mencoba melakukan hal serupa. Yovie Widianto melalui gerakan Ruang Tengah Indonesia, misalnya, menciptakan lagu berjudul Hatiku Indonesia yang merupakan bentuk keprihatinan atas situasi bangsa yang memanas akibat banyaknya ujaran kebencian dan hoaks. Lewat Ruang Tengah Indonesia dan lagu dia ingin menyampaikan pesan kesatuan dan mencintai Tanah Air.

“Banyak hal yang bisa membuat publik mencintai Indonesia ketimbang bertengkar karena perbedaan pilihan calon presiden atau politik,” ujar Yovie kepada KORAN SINDO.

Dengan melibatkan sejumlah artis dan musisi seperti Nino “RAN”, Andien, Tulus, Febri Hivi, Eka Gustiwana, Prisia Nasution. Pentolan band Kahitna, Yovie & Nuno, dan 5 Romeo itu ingin bersama-sama mengajak masya rakat untuk tetap berpartisipasi aktif dalam demokrasi seperti pada Pemilihan Presiden 2019.

Namun di sisi lain dia ingin mengingatkan bahwa siapa pun yang dipilih, Indonesia tetaplah satu. “Pilihan kita sama, pilihan kita bisa juga beda, tapi hati kita tetap sama Indonesia,” tandasnya.

Sementara itu penyanyi solo Ari Lasso mengajak Pay dan Bongky bersama-sama meluapkan keprihatinan akan situasi bangsa Indonesia saat ini dengan membuat sebuah karya laguTak Harus Sama. Melalui lagi ini dia ingin memberikan pesan sekaligus semangat untuk merawat dan menjaga agar pemilu bisa berjalan lancar tanpa adanya kendala.

Dalam lagu tersebut, solis kelahiran Madiun, 17 Januari 1973, itu begitu tegas dan lugas berbicara tentang kondisi Indonesia kini yang diselimuti caci-maki dan saling membenci, yang berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa. “Saya dan Pay sepakat, kami harus menuangkannya dalam sebuah lagu, sebuah renungan, sebuah pemikiran, sebuah sikap, dan sebuah ajakan,” tutur Ari Lasso.

Suami Vita Dessy itu menandaskan, sebagai musisi dirinya punya kewajiban untuk menciptakan lagu yang memberikan pesan optimistis untuk kehidupan yang damai serta lebih baik, sekaligus mengajak semakin mencintai bangsa dengan memberikan yang terbaik.

Salah satunya dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara damai. Sebelumnya, jelang pelaksanaan pesta demokrasi Pemilu Serentak 2019, grup band BIP terlebih dulu merilis video musik terbaru mereka berjudul Kita Bisa yang diharapkan mampu mencairkan suasana “gerah” di tahun politik ini.

“Kita Bisa bukan hanya bercerita tentang keadaan Indonesia akhir-akhir ini yang penuh dengan dikotomi pertentangan panas kedua kubu pendukung paslon jelang Pemilu 2019, tetapi juga menjadi sebuah terapi isi kepala dan hati, yang awalnya penuh kebencian untuk kembali menuju kedamaian,” ungkap gitaris BIP Parlin B Siburian atau yang akrab dengan sapaan Pay.

Pencipta lagu resmi Asian Games 2018 bertajuk Meraih Bintang itu beranggapan bahwa membuat lagu bukan hanya berkarya, tetapi mesti membawa misi dan pesan khusus kedamaian. Sebab itulah BIP memilih menjadi musisi yang lebih menyuarakan kedamaian (peace) daripada menyuarakan pilihan politik mereka.

“Kita menulis beberapa resep, bagaimana cara kembali pada suasana damai jelang Pemilu 2019 dan itu bisa kita dengar pada kutipan lirik ‘Aku benci waktu dikuasai rasa benci, aku berharap kita bisa berbagi cinta’,” tambahnya.

Vokalis yang juga pemimpin band D’Masiv, Rian, juga tergugah menciptakan lagu bertema perdamaian setelah dirinya melihat kondisi terkini bangsa Indonesia yang belakangan diwarnai sentimen SARA dan tindak kekerasan karena perbedaan pandangan dan pilihan. Bahkan D’Masiv membuat dua lagu bertema perdamaian, masing-masing berjudul Damai dan Bersama dalam Cinta.

“Aku pingin kita tuh walaupun beda, kita masih sama-sama. Walau beda kita tuh jangan berantem-berantem lagi, jangan ada lagi yang saling merasa bener dan aku s eneng kan saling berbagi kebaikan, saling bantu,” katanya.Menurut ayah Euralia Cassidi Rian itu, di Indonesia masalah kepercayaan dan pilihan politik adalah urusan individu masing-masing dan siapa pun harus menghargai perbedaan tersebut untuk menghadirkan suasana perdamaian. Musisi senior Ebiet G Ade pun tak mau kalah berpartisipasi menciptakan suasana damai di tengah ingarbingar politik yang terjadi selama Pemilu 2019 ini dengan merilis kembali lagu Untuk Kita Renungkan.

Lagu Untuk Kita Renungkan dipilih karena diharapkan mampu mempersatukan kembali Indonesia setelah sempat berbeda pilihan politik. Dia juga mengajak siapa pun yang mendengarnya menebarkan kedamaian dengan tagar #UntukNKRIDamai.

“Indonesia harus menjadi negeri yang damai, aman dalam kesatuan yang utuh. Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang sujud dan patuh. Berusahalah untuk selalu berhati bersih, menghindari pertikaian, dan membuang perilaku nista,” kata Ebiet Selain itu, melalui lagu tersebut, Ebiet menyerukan pesan untuk merenung dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Mengingat lagu Untuk Kita Renungkan ditulis setelah bencana Gunung Galunggung pada 1982, untuk memberikan nuansa baru sekaligus diterima generasi milenial Ebiet menggandeng putranya sendiri yang juga musisi, Adera.Lagu Untuk Kita Renungkan kolaborasi Ebiet G Ade dan Adera ini sudah bisa dinikmati di seluruh platform musik digital. Pemerhati musik Wendy Putranto menilai musik selalu dapat menjadi pencair suasana dan alat untuk menenangkan ketegangan akibat konflik.

Dalam konteks kebangsaan saat ini, dia mengakui pemilu telah memolarisasi masyarakat. “Langkah (menciptakan lagu bertema perdamaian) tepat. Musik menjadi alat paling tepat untuk mendinginkan suhu politik yang memanas saat ini,” kata dia.

Meski tak tahu secara persis seberapa efektifnya musik mampu membawa pesan damai, dia melihat musik lebih mudah untuk mengajak orang. Dia pun menegaskan apa yang dilakukan para musisi tersebut merupakan bentuk kontribusi dan kepedulian mengampanye kan perdamaian di tengah polarisasi yang terjadi di dalam masyarakat saat ini. (Thomasmanggalla)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5464 seconds (0.1#10.140)