Tak Perlu Panik dengan Monkeypox, tapi Tetap Harus Jaga Kebersihan

Senin, 20 Mei 2019 - 15:30 WIB
Tak Perlu Panik dengan...
Tak Perlu Panik dengan Monkeypox, tapi Tetap Harus Jaga Kebersihan
A A A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik dengan pemberitaan mengenai adanya penyakit monkeypox yang kemungkinan dapat masuk ke Indonesia. Meski demikian, masyarakat diminta untuk senantiasa waspada dan menjaga kebersihan.

''Sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia,'' jelas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Anung Sugihantono, MKes.

Monkeypox merupakan penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.

Penularan pada manusia, menurut Anung, terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.

"Wilayah terjangkit monkeypox secara global yaitu Afrika Tengah dan Barat (Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon and Sudan Selatan)," tambahnya. (Baca juga: 5 Resep Obat Kumur Terbaik, Bisa untuk Menjaga Bau Mulut Selama Puasa ).

Dirjen Anung menyatakan, monkeypox dapat dicegah. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun, menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik, menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).

Anung berpesan kepada pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.

Kepada petugas kesehatan, Dirjen Anung mengingatkan agar menggunakan alat pelindung, minimal sarung tangan dan masker saat menangani pasien atau binatang yang sakit. Sementara, monkeypox pernah menjadi KLB di beberapa wilayah. Tahun 1970 terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada manusia pertama kali di Republik Demokratik Kongo.

Pada 2003 dilaporkan kasus di Amerika Serikat, akibat riwayat kontak manusia dengan binatang peliharaan prairie dog yang terinfeksi oleh tikus Afrika yang masuk ke Amerika. Pada 2017 terjadi kejadian luar biasa di Nigeria. (Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Virus Monkeypox yang Ditemukan di Singapura ).

''Bulan Mei 2019 dilaporkan seorang warga negara Nigeria menderita monkeypox, saat mengikuti lokakarya di Singapura. Saat ini pasien dan 23 orang yang kontak dekat dengannya diisolasi untuk mencegah penularan lebih lanjut,'' tutup Anung.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0761 seconds (0.1#10.140)